30

831 137 31
                                    

Jam menunjukkan angka 5 pagi saat Hyungwon terbangun karena merasakan napas hangat seseorang mengenai tengkuknya. Dia melirik perutnya dan mendapati tangan Wonho melingkar di sana.

Hyungwon mampu mengingat percakapan terakhirnya dengan Wonho sebelum ia tertidur. Dia yakin sekali meminta untuk dibangunkan ketika film sudah selesai, tapi mengapa mereka malah berakhir tidur bersama di atas sofa?

"Bangun woi," seru Hyungwon sambil membebaskan diri dari pelukan Wonho.

Tak membutuhkan waktu lama sampai Wonho membuka mata dan beradu pandang dengan Hyungwon yang menatapnya tajam.

"Good morning," sapa Wonho dengan suara serak.

Hyungwon mendengus lalu pergi meninggalkan Wonho. Bukan pertama kali dia bangun di samping lelaki itu, tetap saja rasanya aneh, meskipun mereka tidak melakukan apa-apa semalam.

"Mau ke mana?" ucap Wonho heran melihat Hyungwon mengambil handuk dan melangkah menuju kamar mandi. Sekarang masih gelap, matahari belum terbit, tumben Hyungwon tidak kembali terlelap padahal hari ini dia libur.

"Mandi. Badan gue baunya kayak lo," sahut Hyungwon. Sejujurnya dia menyukai aroma yang menguar dari Wonho. Namun dia merinding kala mencium harum tubuhnya kini bercampur dengan milik Wonho, seolah mereka telah berbuat sesuatu yang tidak-tidak.

"Ikut."

"Sembarangan," sungut Hyungwon yang disambut oleh tawa Wonho.

Beberapa hari ini, Wonho menjadi makin terang-terangan, dan membuat Hyungwon bertambah bingung. Di sisi lain, dia juga tidak keberatan. Lagipula, memangnya siapa yang bisa menolak seorang Lee Hoseok?

Selesai membersihkan diri, Hyungwon memperhatikan Wonho yang tengah berada di balkon, seperti biasa, menyaksikan matahari terbit. Entah setan apa yang membujuk Hyungwon sehingga ia berhenti mengeringkan rambut dan beranjak menghampirinya.

Menyadari dia tidak sendirian, Wonho menoleh kemudian tersenyum melihat Hyungwon berdiri di sampingnya, dengan wajah segar dan rambut setengah basah.

Dalam hati, Wonho sibuk memuji penampilan Hyungwon. Dia tidak tertarik lagi memandangi sunrise, karena menurutnya manusia di hadapannya jauh lebih indah.

"Ngapain?" tanya Hyungwon kepada Wonho yang tiba-tiba merebut handuknya.

"Bantu ngeringin rambut lo."

Setelah yakin tidak ada air yang menetes dari rambut Hyungwon, Wonho menghentikan gerakan tangannya dan mengembalikan handuk tersebut ke pemiliknya.

"Lo make shampoo gue," kata Wonho, lebih terdengar seperti pernyataan daripada pertanyaan.

"Iya, wanginya enak."

"Padahal barusan ada yang ngeluh ga suka bau badannya kayak bau gue," sindir Wonho.

"Gue ga bilang ga suka."

"Oh," Wonho melengkungkan bibirnya hingga membentuk seringai tipis, "Jadi.. lo suka?"

"Stop," Hyungwon mundur selangkah tatkala Wonho berjalan ke arahnya, "Jangan ke sini."

"Kenapa?"

Hyungwon refleks memejamkan mata ketika tangan Wonho terus mendekat. Dia bertanya-tanya, bagian apa yang akan disentuhnya kali ini.

"Lo boleh pake shampoo gue kok," ujar Wonho seraya menyelipkan jarinya di antara helai rambut Hyungwon. Dia berusaha menahan diri agar tidak mendaratkan jemarinya ke tempat lain, dia tidak mau Hyungwon merasa tak nyaman.

"Oke."

Tidak sanggup menghadapi kecanggungan yang mendadak menyelimuti mereka, akhirnya Hyungwon memutuskan untuk menjauh dari Wonho dan kembali ke kamarnya.

"Aneh banget.." keluh Hyungwon sembari memegang dada, berharap dapat menenangkan detak jantungnya. Dia duduk di atas kasur dan mengamati langit-langit ruangan, "Kayaknya gue udah gila."

Sebenarnya apa yang diinginkan Wonho? Dia mengaku sedang menggodanya, tapi dia tidak pernah membahas mengenai perasaan. Seakan ia hanya bermain-main dan sengaja membuat Hyungwon kebingungan.

Kalaupun Wonho menyimpan perasaan untuknya, Hyungwon tidak tahu bagaimana menanggapinya, karena dia tidak mengerti apa yang ia rasakan. Hyungwon memang mulai terbiasa dengan eksistensi Wonho, namun ia tidak berharap hubungan mereka berubah, begini saja sudah cukup.

Hyungwon menghela napas panjang, lantas meraih ponsel dari laci samping tempat tidur. Dia segera mencari nomor Wonho dan mengganti nama kontaknya.

Hoseok.

Setidaknya dia menganggap Wonho bukan orang asing lagi.

between daylight and darkness | hyungwonho ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang