Worried

2.6K 298 8
                                    

Hanji menatap Levi yang masih mendekap Mikasa dengan wajah penuh kecemasan. Ini dia, ia sudah mengetahuinya. Hanya karena Mikasa Levi bisa sekalut ini.

"Levi heichou,  sebaiknya cepat bawa Mikasa kepada tim medis! Sepertinya ia terluka cukup parah." ucap Jean.

Levi hendak menggendong Mikasa, "Levi, kakimu memang tidak apa-apa?" tanya Hanji. Seingatnya saat misi terakhir mereka kaki Levi terkilir.

Levi tidak menjawab pertanyaan Hanji. Ia menggendong Mikasa dan pergi menggunakan maneuvernya. Rasa sakit di kakinya tertutupi oleh rasa cemas yang begitu dalam.

 Rasa sakit di kakinya tertutupi oleh rasa cemas yang begitu dalam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

pict from ig : king_queen_ackerman

"Tidak ku sangka Levi heichou bisa sekhawatir itu pada Mikasa." ucap Jean.

***

Levi menunggu Mikasa yang sedang diobati. Ia berdiam diri di luar ruangan dengan tatapan yang kosong.

Apakah Mikasa akan baik-baik saja? pikir Levi.

Cih, ia membingungkan dirinya sendiri. Mengapa ia sangat cemas dengan kondisi Mikasa saat ini? Apa hanya karena ia trauma untuk kehilangan seseorang lagi?

Hanji dan Moblit menghampiri Levi yang sedang berdiri di luar ruangan. Tatapannya kosong. Bersama Levi dalam survey corps dengan waktu yang cukup lama membuat Hanji cukup tahu bagaimana pria tersebut.

"Levi, bagaimana Mikasa?" tanya Hanji

"Ntahlah."

"Ah aku tidak menyangka kau akan sekhawatir itu melihat Mikasa terluka. Anggota lain pun sampai kaget melihatmu seperti itu."

"Bodoh, siapa yang tidak khawatir melihat lukanya yang parah seperti itu?"

"Kau selalu saja mengelak, Levi."

Armin sedang menjaga Eren yang belum sadar juga. Ia masih memikirkan apa sebenarnya tujuan Annie? Jika ia mengkristalkan diri, bukankah berarti ini sia-sia? Kami tidak bisa mendapat informasi apapun darinya.

Armin teringat kondisi Mikasa. Ia harus melihat kondisi Mikasa. Ia yakin Mikasa terluka parah. Armin menuju ruangan Mikasa. Saat membuka pintu kamar Mikasa, Armin dibuat terkejut karena ada Levi di dalam sedang memandang Mikasa.

Levi yang merasa ada orang cukup terkejut dan langsung mengalihkan pandangannya pada orang tersebut-- Armin.

"Tch, ketuklah pintu terlebih dahulu." ucap Levi.

"Ah, maaf heichou. Aku kira tidak ada orang di sini."

Sejujurnya, Armin lebih terkejut karena Levi ada di dalam. Mengapa Levi bisa menemani Mikasa seperti ini? Bukankah Levi adalah orang yang cuek? Apakah Mikasa dan Levi sedekat ini? Seingatnya Mikasa tidak menyukai Levi karena Levi pernah memukuli Eren, dan Levi pun seperti tidak peduli pada Mikasa.

Levi menyadari perilaku Armin yang menurutnya sangat aneh, "Buang pikiranmu jauh-jauh." ucap Levi seolah-olah bisa menebak apa yang dipikirkan Armin.

"Ah iya, heichou."

"Aku akan keluar dahulu. Beritahu aku jika dia sudah sadar."

"Baiklah, heichou."

***

Mikasa mengerjapkan matanya perlahan, berusaha menyesuaikan sinar yang datang. Rasa pusing memenuhi kepalanya membuat ia sedikit mengerang.

"e-eung"

Matanya menelisik. Di mana dia? Apa yang terjadi padanya? Ah, ia mengingatnya. Ia mengalami luka yang cukup parah di kepalanya. Berapa hari ia tidak sadarkan diri?

Saat hendak membangkitkan tubuhnya, Mikasa melihat seorang laki-laki tertidur pulas dengan kepala yang ditundukkan ke ranjang Mikasa.

'Armin?' tanya Mikasa dalam hati.

Tiba-tiba Mikasa teringat tentang Eren. Bagaimana kondisi Eren? Ia takut terjadi apa-apa pada Eren. Ia berusaha membangkitkan tubuhnya, tetapi usahanya gagal, tubuhnya masih terasa sangat sakit.

Pergerakan Mikasa membangunkan Armin, "E-eh, Mikasa kau sudah sadar?" tanya Armin.

"Armin, berapa lama aku tidak sadarkan diri?"

"Sekitar 2 hari, Mikasa."

Dua hari?! Lama sekali. Ia pasti melewatkan banyak hal, "Ah, Armin bagaimana kondisi Eren?"

"Ia baik-baik saja, Mikasa. Tubuhnya hanya lemah karena energinya terkuras habis saat ia menjadi titan." jelas Armin.

"Sebentar Mikasa, aku akan memanggil Levi heichou."

"Untuk apa?" Mikasa mengerutkan dahinya heran.

"Apa kau tahu Mikasa? Levi heichou yang membawamu kesini. Ia juga yang menjagamu selama kau tidak sadarkan diri."

Mikasa tertegun mendengar penjelasan Armin. Benarkah semua itu? Ah, ia mengingatnya. Levi lah yang waktu itu menggendongnya saat ia tidak bisa menahan rasa sakit di tubuhnya. Mengapa Levi bersikap sangat baik padanya?

"Mikasa?" panggil Armin.

"Ah iya, Armin."

Tak berselang lama, Levi datang ke kamarnya. Ia hanya mentap Mikasa dengan pandangan datar, "Ternyata kau bisa sakit juga."

Ia masih saja menyebalkan, "Kau pikir aku bukan manusia?" balas Mikasa dengan ketus.

Ekspresi Mikasa berubah menjadi sedikit halus saat mengingat perkataan Armin, "U-um, heichou. Terima kasih." ucap Mikasa.

Ucapan terima kasih itu terasa sangat tulus. Belum lagi, ekspresi lembut yang diberikan Mikasa kepadanya. Levi sempat terpaku dengan wajah Mikasa --cantik.

'Sial, apa yang barusan saja ku pikirkan?'

Levi menatap Mikasa dan mendekatkan dirinya pada Mikasa, "Iya, dan lain kali kau harus lebih berhati-hati bocah. Pikirkan juga dirimu sendiri."

"H-hai"

***

Hai semuaa!
Aku update pagi disela-sela sekolah online WKWKWK.
Semoga suka ya ceritanya!
Kalau ada kritik dan saran bisa comment aja, ya!

Jangan lupa vote!❤

The Sound of The Rain [COMPLETED]Where stories live. Discover now