Bab 4: Future of Jene

7.2K 822 119
                                    

Selamat malam minggu!

Yang belum tidur dan nungguin diapelin bang Nox yuuk merapat 😜

Selamat membaca guys🙏🏻
👇🏻👇🏻👇🏻


"Jangan bergerak," ujarku kemudian dengan wajah kesal. Ya, ini kesempatanku untuk menyerang Nox.

Namun, pria berambut perak itu malah memamerkan senyum tipisnya padaku. Tangannya perlahan mulai menyentuh pipiku, "Kau tidak akan bisa membunuhku, Jene."

Sial. Dikiranya aku sedang bercanda sekarang?!

"Benarkah-"

Baru saja aku ingin menggerakkan pedang di tanganku, pria itu mendorongku secepat kilat hingga pedang yang kupegang tadi terhempas kuat. Kini tubuhnya yang berada di atasku dan dia menahan kedua tanganku dengan cengkeramannya. Sial!

Aku memang tidak seharusnya melawannya. Dia bukan lawan yang sepadan untukku. Tentu saja, dia seorang Lord Nox, Jene. Dia bisa saja membunuhku dalam satu kedipan matanya.

"Kau masih belum percaya padaku?" Nox kemudian membuka mulutnya persis di depan wajahku. Tatapannya benar-benar setajam itu sampai aku rasanya ingin memejamkan mataku.

"Percaya pembunuh sepertimu?" sergahku.

"Ya... membunuh ayahmu... adalah suatu kesalahan."

Refleks aku menghela nafas kasar dan tersenyum geli. Dia bilang mengatakannya dengan santai. Dia pikir menyesali perbuatannya sekarang akan menghidupkan ayahku kembali?

"Aku ingin menebusnya dengan menikahimu," lanjutnya.

"Hei, lebih baik kau bunuh aku."

Tanpa sadar mataku kembali berkaca-kaca. Aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi dan musuhku malah mengajakku menikahinya. Aku tidak bisa hidup seperti ini. Tidak. Aku tidak mau menjadi istri pria kejam seperti dia!

"Apa kau tahu? Semakin membenciku, semakin kau mencintaiku."

Satu detik setelah membuka mulutnya, pria itu langsung membungkam mulutku dengan bibirnya.

Gosh! Apa-apaan ini?!

***

(Nox POV)

"Hei lebih baik kau bunuh aku."

DEG.

Darahku rasanya berhenti mengalir saat itu. Dia lebih memilih mati dari pada bersamaku? Dia sudah mengambil hatiku, dia juga yang mematahkannya sekarang. Sial! Kalau saja aku tidak terbunuh kemarin! Jene pasti sudah menyambutku dalam dekapannya.

Tanpa sadar aku menurunkan wajahku lagi dan mendaratkan bibirku ke bibir ranumnya. Ya, aku tidak tahan lagi. Kenyal dan manis. Aku sudah membayangkan seperti apa rasanya berciuman dengannya lagi. Bibirnya benar-benar membuatku ketagihan, bahkan makanan terenak sekali pun tidak dapat mengalahkan kelezatannya.

"Ummm..."

Sayangnya mulut Jene terus memblokir lidahku. Tangannya yang kutahan dengan hati-hati terus bergerak, berusaha lepas dariku. Dia tidak suka aku melakukannya? Kukira ini bisa meredakan amarahnya sekarang.

"Kau sudah gila ya?!" Wanita itu langsung berteriak saat aku melepaskan bibirku darinya.

Sial! Aku melakukan suatu kesalahan. Kenapa aku tidak bisa lebih bersabar lagi?

"Ukh... huuuu..."

Parahnya lagi, air mata sudah berguling ke pipinya tanpa jeda. Mataku langsung membulat. Aku tidak menyangka dia akan menangis seperti ini. Aku buru-buru melepaskan tangannya dan dia langsung menutup wajahnya menggunakan kedua tangan itu.

The Lonesome LordWhere stories live. Discover now