Bab 8: Queen of Albatraz

4.8K 559 43
                                    


Tepat setelah mendengar perintah Nox, pria bernama Bass itu langsung membawaku keluar dari tempat itu. Aku tidak heran lagi saat ia menggunakan sihir teleportasi, sama persis dengan yang Nox lakukan saat membawaku ke tower itu.

Kini aku sudah berada di sebuah kamar yang luasnya hampir dua kali dari kamarku di Morrac. Bahkan ranjangnya pun bisa untuk lima orang bertubuh besar. Kamar bernuansa ungu dan emas itu terlihat sangat berkelas. Sebenarnya ungu bukanlah warna kesukaanku, tapi entah kenapa kesannya jadi bagus jika dipadukan dengan warna gold.

 Sebenarnya ungu bukanlah warna kesukaanku, tapi entah kenapa kesannya jadi bagus jika dipadukan dengan warna gold

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"My Queen, tempat ini akan menjadi kamar Anda seterusnya." Tiba-tiba pria yang mengantarku itu mengejutkanku. Tunggu, kenapa dia menyebutku...

"My Queen?"

"Tentu saja, Anda baru saja menikah dengan Yang Mulia Lord," jawabnya dengan wajah santai.

Menikah? Jadi hanya seperti itu? Lalu kenapa aku harus memakai gaun putih seperti ini kalau menikah yang dikatakannya hanya meneteskan darah di buku aneh itu?! Apa semua orang di Albatraz menikah seperti ini? Astaga. Aku seperti tengah berada di dunia lain.

"Sepertinya saya harus segera kembali. Saya akan memanggilkan seseorang untuk melayani Anda." Bass sedikit membungkuk, lalu memutar badannya.

"Tunggu."

Aku buru-buru menghentikan langkahnya dan dengan cepat ia menoleh kembali padaku.

"A-apa aku bisa menemui Agripina? Maksudku bibiku?"

Aku sengaja menyelipkan senyum simpul padanya. Sesuai permintaanku, Agripina dan pamanku masih terkurung di sini. Ya, aku meminta Nox untuk tidak membunuhnya.

"Permintaan Anda akan saya sampaikan pada Yang Mulia."

"Terima kasih."

ZUUNG!

Satu detik kemudian pria berkacamata itu sudah lenyap dari hadapanku dan bersamaan dengan itu...

KLEK.

Pintu lebar yang terletak di ujung kamar terbuka. Dua orang wanita berpakaian putih-cokelat tiba-tiba muncul dari sana. Mereka menunduk bersamaan dan tersenyum simpul.

"Selamat datang, Ratuku. Saya Diorka, pelayan senior yang akan melayani Anda mulai hari ini." Salah seorang dari mereka yang terlihat lebih tua memperkenalkan dirinya dari jauh. Namun, aku terdiam. Ya, aku belum terbiasa dengan sebutan 'Ratuku' itu.

"Dan yang di sebelah saya adalah Catia. Dia juga akan membantu Anda ke depannya," lanjutnya tanpa mengurangi senyum di wajahnya.

Mataku pun beralih ke gadis muda yang berdiri di samping kanannya. Rambut cokelatnya terikat dengan rapi dan wajah polosnya menarik perhatianku. Berbeda dengan wanita yang memperkenalkannya, dia terus menunduk dan terlihat begitu gugup.

"Oh, Anda pasti lelah. Saya akan menyiapkan baju ganti dan minuman untuk Anda."

"I-itu tidak perlu. Aku membawa semua pakaianku ke-"

The Lonesome LordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang