Bab 10: Raven's Encounter

4.5K 542 40
                                    

"Kau tidak ingin aku datang ke kamarmu malam ini?"

Tepat sekali. Rupanya dia mengerti maksudku. Aku tersenyum paksa padanya, tetapi rahangnya tampak mengeras saat itu juga.

Ukh.

Apa dia marah padaku? Tamat sudah riwayatku.

Perlahan kuteguk salivaku.

Bagaimana ini? Aku harus mengatakan apa? Aku tidak ingin tidur dengannya.

"Baiklah."

Suara Nox yang rendah kemudian membuat alisku terangkat.

"Aku tidak akan mengganggu istirahatmu kali ini," imbuhnya sambil berjalan menjauhiku. Pria itu bahkan tidak melirikku lagi setelah itu. Dia membuka pintu dan menutupnya agak kasar. Sudah kuduga, dia pasti marah padaku. Namun, itu lebih baik dari pada aku harus tidur satu ranjang dengannya. Fyuh.

Tunggu, tadi dia bilang 'kali ini'? Berarti... oh, tidak. Alasan apalagi yang harus kubuat agar dia tidak mendatangi kamarku?!

Aku menghela nafas panjang, berusaha menenangkan diri. Membayangkan tidur dengannya saja sudah membuat pipiku seperti terbakar. Aku tidak ingin dia melihat pipiku merah seperti tomat karena tersipu. Ukh...

Tanpa sengaja mataku menangkap cincin pemberian Nox tadi. Sial. Benda itu seakan mengingatkanku kalau aku sudah menjadi istrinya. Ya, aku tidak bisa terus-terusan menolaknya, tapi paling tidak, aku bisa tenang dulu sekarang.

Tok. Tok.

"Yang Mulia, saya membawakan semua keperluan Anda."

Tak lama, suara seorang wanita terdengar setelah bunyi pintu diketuk. Aku yakin dia adalah pelayan yang datang tadi. Aku langsung menegakkan kepalaku, "Ya."

Pintu terbuka lebar dan betapa kagetnya aku saat melihat beberapa pelayan sedang membawa dua sampai empat gaun di tangannya. Dua orang di antara mereka juga membawakan nampan berisi makanan dan minuman, lalu meletakkannya di atas meja bundar dekat sana. Masalahnya bukan hanya lima orang saja, kira-kira lebih dari sepuluh pelayan muncul secara bergantian membawakan gaun dengan warna berbeda. Aku sampai tidak bisa berkata-kata lagi.

Diorka, pelayan senior yang sebelumnya datang padaku, membuka salah satu dinding kayu di pojok kiri kamar itu. Rupanya ada bilik lagi di sana dan mereka memajang gaunnya di sana. Aku baru tahu kalau itu adalah ruangan khusus menyimpan baju dan aksesoris.

"Ratuku, silakan, air mandi Anda sudah siap."

Seorang gadis berambut cokelat kemudian muncul dihadapanku dan hampir mengejutkanku. Catia. Aku ingat, dia gadis yang bersama Diorka tadi. Sejak kapan dia menyiapkan air? Aku sampai tidak melihatnya masuk.

Aku pun mengangguk dan terpaksa mengikutinya berjalan ke pintu kayu yang lebih kecil dari pintu utama kamar itu.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
The Lonesome LordWhere stories live. Discover now