; 27 - akhir

247 26 10
                                    

pauline segera membuka pintu kamarnya dengan gerakan cepat, ia berlari melewati adiknya yang berdiri di depan pintu dan langsung menuruni anak tangga hingga hampir terjatuh.

maurine, adiknya memperhatikan kakaknya dari atas. ia bisa melihat bagaimana kakaknya mencari keberadaan ari ke sana ke mari sambil berkata, "ari, kamu di mana?!"

maurine terkekeh pelan bersama dengan lelaki yang berdiri di sampingnya. "orangnya di sini, kak!" ucap maurine sedikit berteriak.

tubuh pauline mematung seketika. ia menolehkan wajahnya ke atas, ke arah di mana maurine berada. pauline meneteskan air matanya sambil tersenyum lebar melihat seorang lelaki yang berdiri di samping adiknya itu.

di atas sana, ari tersenyum pada pauline sambil melambaikan satu tangannya. wajahnya terlihat pucat dan tubuhnya terlihat kurus. rambutnya yang dulu gondrong sekarang dipotong dengan pendek dan rapi. banyak perubahan dalam fisiknya.

ari berjalan menuruni anak tangga, menghampiri pauline yang tidak melepaskan pandangannya dari dirinya. ari senang melihatnya, ia benar-benar merasa bahagia.

ketika ari menuruni anak tangga terakhir, pauline dengan cepat berlari ke arahnya dan menubruk tubuh ari. ia memeluknya erat, sangat erat hingga ari merasakan dada pauline menempel di dadanya. ari mendadak gugup karena hal itu, tetapi ia berusaha mengontrol dirinya dan mulai membalas pelukan pauline. ari menepuk punggung pauline dengan lembut dan sesekali mengelus rambut panjang pauline.

"i miss you so much, please don't leave me anymore..." sebuah kalimat yang keluar dari mulut pauline dan berhasil membuat ari merasa hidup. ari tersenyum lebar mendengar ucapan mantan tersayangnya itu.

"i miss you more, pau. i miss you a lot." ari mengeratkan pelukannya sebelum ia melepaskan pelukannya dan menatap pauline dengan lembut. ia menangkup kedua pipi pau yang basah karena air mata bahagia. "aku gak ke mana-mana, pau. aku bakal di sini terus sama kamu. jangan nangis lagi, ya?" ucap ari berusaha menenangkan pauline yang masih terisak.

"t-tapi... kamu bilang di surat itu kalau kamu bakal pergi ke jepang...?" pau bertanya sambil terisak.

"enggak, pau, aku bohong kalau soal itu. aku tetep jalanin pengobatan di sini. maaf ya aku bohong? aku terpaksa lakuin itu karena aku takut kamu gak mau ketemu aku, jadi aku bilang gitu deh... gak marah sama aku, kan?" ari menatap pau dengan gugup.

pau mencubit perut ari hingga ari mengaduh kesakitan. "nyebelin!" kata pau sambil mengerucutkan bibirnya.

ari tersenyum senang melihatnya, pau tidak marah. ari kembali memeluk pauline dengan penuh kasih sayang. "aku sayang kamu, selalu sayang kamu. ayo kita sama-sama lagi?"

pau melepaskan pelukan ari, mendongakkan wajahnya menatap ari yang lebih tinggi darinya. ia diam tak menjawab, sementara ari masih diam menunggu jawaban pauline.

satu detik... dua detik... tiga detik... empat detik... lima detik... dan tanpa aba-aba pauline mencium bibir ari dan membuat ari terkejut bukan main. pauline mengalungkan kedua tangannya di leher ari, dan ari mulai membuka mulutnya untuk membalas ciuman pauline.

"oh my god..." sahut maurine dari atas yang menyaksikan adegan tersebut. sementara dua sejoli di bawah sana mengabaikan ucapan maurine dan tetap melanjutkan aktivitasnya.

💌

pau dan ari kembali bersama menjadi sepasang kekasih. setiap seminggu sekali pau selalu menemani ari check up untuk memeriksa kesehatannya terutama jantungnya yang sangat lemah. namun semakin hari kondisi ari semakin membaik, mungkin soal asmara dapat membantu kesehatannya menjadi lebih baik.

direct messageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang