; 24

780 48 8
                                    

pau benar-benar kecewa pada ari. hatinya sakit, hancur, tidak tahu harus melakukan apa. sudah hampir seminggu pau mengurung diri di kamar. kemarin, ari datang mengunjungi rumahnya. tetapi pau tidak mau keluar dari dalam kamar meskipun ibundanya telah memanggilnya. alhasil, ari pulang tanpa mengatakan apa pun pada pauline. ia hanya memberikan sepucuk surat pada adiknya, maurine.

knock knock knock...!

"kak, buka pintunya, ini gue."

maurine berdiri di depan pintu kamar pauline yang tertutup rapat dan terkunci dari dalam. maurine terus mengetuk pintu kamar pauline sampai akhirnya knop pintu terputar dari dalam.

pauline membuka pintunya secara perlahan, memunculkan setengah wajahnya dari celah pintu sambil menatap maurine dalam diam.

"nih, surat dari kak ari," ucap maurine sambil memberikan sepucuk surat pada pauline.

"gue nggak mau baca!" pauline segera menutup pintunya kembali dan menguncinya rapat-rapat.

"kak—"

"buang aja suratnya, gue gak butuh!" teriak pauline dari dalam kamar.

maurine menatap surat yang berada di tangannya, kemudian ia mempunyai ide. maurine jongkok dan memasukkan surat tersebut ke celah pintu bagian bawah, kemudian mendorongnya hingga surat tersebut benar-benar masuk ke dalam kamar pauline.

"liat ke bawah pintu, suratnya gue masukin. kalo nggak mau baca, buang aja sendiri!" sahut maurine dari luar kamar pauline.

dari dalam, pauline mengarahkan pandangannya seperti apa yang di ucapkan maurine. ia bangun secara perlahan dan berjalan menghampiri sepucuk surat yang tergeletak di lantai. tangan kanannya meraih surat tersebut, kertas berwarna biru muda yang tergulung dengan pita merah maroon yang terikat di sana.

pauline mulai melepas ikatannya dan membuka gulungan kertas tersebut.

to: pauline adeline
from: ari prinslo

direct messageWhere stories live. Discover now