Page 05

162 21 1
                                    

"Zweissy! Selamat ulang tahun! Sampai sekarang gue masih mengharapkan kehadiran lo di sisi gue. Sorry, tadi sore gue cengeng banget. Lo jangan marah, ya, sama gue karena udah bikin ibu nangis."

Gue memegang dada sembari melihat langit yang ditaburi bintang yang saling berkerlip. Mungkin kalau Sisy di sini, gue tidak sendirian. Berebut bintang yang paling terang.

"Sy, diantara jutaan bintang yang ketangkap sama penglihatan gue, lo yang mana? Pasti salah satu benda langit itu ada lo, kan? Pasti lo bintang yang paling indah dan paling bersinar. Gue denger setiap orang itu punya bintangnya."

Tidak peduli gue berdialog sedirian. Tiga tahun terakhir ini gue tidak menemui dia di tempat istirahatnya. Dan itu sangat membekaskan rindu yang tidak dapat terobati.

"Gue inget ucapan lo dulu pas gue lagi setengah sadar di atas brankar. Kata lo, gue harus kayak bintang, karena bintang itu selalu bersinar di kegelapan. Gue belum tahu apa arti dari kalimat lo itu, Sy. Andai aja lo sekarang ada di sini, pasti gue udah tahu arti yang sebenarnya."

Gue menghirup dalam-dalam oksigen di sekitar. Gue tidak boleh seperti ini. Gue tidak boleh bikin Sisy kecewa.

Oke, gue alihin perasaan pilu ini. Ada PR yang harus gue kerjakan, mungkin dengan cara itu gue bisa lupa sama kejadian hari ini. Tadi gue sudah membuka kado dari ayah, isinya kamera analog berdesain modern yang sempat gue cari tahu di internet. Senangg, dan gue sudah mengucapkan makasih juga sama ayah, lewat WhatsApp. Walalupun ayah belum membalas, gue rela menunggu. Atau mungkin ayah balas langsung? Tadi itu tidak mungkin.

Sekarang gue sudah stay di meja belajar. Niatnya akan mengerjakan pekerjaan rumah dari pak Tirta. Tetapi, saat membuka tas, ada benda berbentuk persegi yang menarik perhatian. Gue ambil kotak itu. Ukuran sisinya kurang lebih sepuluh senti, artinya volumenya berukuran tiga puluh senti kubik. Warnanya abu sedikit ada bercak-bercak hitamnya. Satu lagi, ada pitanya.

Kotak kado?

Gue duduk di tepi kasur sembari bawa kotaknya. Sebentar diamati dengan seksama. Gue tidak langsung membukanya, takut milik orang nyasar di tas gue. Tapi ternyata ada kertas kecil dan di sana tertulis untuk gue. Langsung dibuka pelan-pelan saja.

Isinya gelang dan gantungan kunci yang kelihatannya satu jenis. Gue ambil, di gelang tersebut ada bandul yang sama juga dengan bandul gantungan kuncinya. Miniatur kamera yang menurut gue sangat menggemaskan, apalagi digelangnya terdapat huruf 'Z'-nya.

Ternyata ada satu lagi. Kertas yang dilipat menjadi beberapa lipatan, mungkin menyesuaikan sama kotaknya.

Gue buka lipatan kertas itu. Ini surat, dari ... Cellin? Jadi, ini kado dari Cellin? Tulisan paling atas berbunyi, "Happy Birthday!". Dia tahu hari ini gue ulang tahun dari mana?

From: Cellina Angeline

Happy Birthday!

Kamu nggak usah pikirin aku tahu tanggal ulang tahun kamu dari mana. Intinya aku dulu pernah diem-diem foto biodata kamu waktu bu Sinta staff TU minta tolong aku nge-data.

Ah, nggak penting. Selamat ulang tahun, ya, Zweitson! Semoga suka sama kadonya. Kalau kamu nggak suka jangan dibuang. Itu aku bikin sendiri soalnya. Bikinnya juga lama banget! Sampai gagal beberapa percobaan.

Tuh, kan, ini juga nggak penting. Mau ganti kertasnya tapi sayang aku udah usahain tulisannya sebagus ini.

Pengen deket sama kamu susah banget, ya, Zwei? Aku itu selalu mikir pake acara gimana lagi tahu, kerena cara yang itu nggak berhasil-berhasil terus.

Udah ah makin ngawur. Semoga aku bisa lihat kamu pake gelang sama gancinya.

Wish u all the best, boy! God bless u! ❣️

Ntah kenapa, gue terkekeh saja ketika membaca tuntutan kata di dalam surat tersebut. Judulnya saja selamat ulang tahun, isinya curhatan dia.

Gue mengamati gelang dan gantungan kuncinya. Not bad juga kalau gue besok pakai ke sekolah. Gue ambil handphone di nakas, buka aplikasi Line terus cari grup kelas. Akhirnya gue menemukan kontak Cellin.

Jari gue usdah siap mengetik di room chatt Cellin, ternyata dia penah chat gue. Tapi gue urungkan, tadinya ingin sekadar mengucapkan kata terima kasih. Tapi ... tidak usah saja. Besok gue tidak usah pakai hadiahnya juga. Kata Cellin jangan dibuang, kan? Besok hadiah itu bakalan gue kembalikan lagi kepada yang memberikan. Hm.

Gue simpan lagi gelang, surat dan gancinya di dalam kotak seperti semula. Lalu, ingat tujuan utama gue buka tas, mengerjakan PR matematika.

***

Nah, pernah nanya baca Cellin apa dulu karena ini. Sellina, ya.

Zwei tega banget mau balikin kadonya, mendingan buat readers Zweitson aja, iya gak? Hehe.

21 Mei 2021

ZWEITSON Where stories live. Discover now