Part 6

3 0 0
                                    

(Meanwhile Wandri)


Mentari sudah sedari tadi menarik diri ke ufuk barat. Menyeret sinar dan kehangatannya, menyisakan kerak bumi sendirian berteman kubah atmosfer berwarna hitam. Gemintang di angkasa seolah enggan memancarkan sinarnya, ke tanah hijau zamrud khatulistiwa yang kini berubah merah berselimut teror. Hanya rembulan yang menyuplai sinar dan energinya yang menawan namun juga mengerikan. Seolah membangkitkan lolongan dari tiap-tiap jiwa werewolf dalam diri para partisipan yang sudah siap untuk kembali memangsa.Malam kedua telah tiba.


Kembali, area luar kontrakan kos Novi ramai oleh partisipan yang melanjutkan pesta darah mereka. Jam di dinding menunjukkan pukul 21:00. Seperti biasa, mereka mematikan semua lampu dan berusaha untuk tetap hening. Membiarkan area luar tetap ramai oleh keributan.Pesan masuk muncul di grup chat whatsapp. Mereka berempat seketika memfokuskan mata ke layar smartphone Mbak Anies. Terlihat sebuah video yang dibagikan oleh salah seorang rekan kerja Mbak Anies.


Villa tempat Pak Trisno berlindung di minggu pembersihan terbakar habis. Orang-orang yang tinggal di sekitar villa, berusaha memadamkan api. Namun semua sia-sia, si jago merah sudah terlanjur merubuhkan bangunan besar berhias kolam renang dan padang rumput itu. Dalam video tersebut, diperlihatkan pula beberapa jasad yang digantung di atas pohon dalam keadaan terbakar hidup-hidup. Dari keterangan warga sekitar, sudah dipastikan semua penghuninya tewas.


Obrolan via chat pun dimulai.


Mbak Anies : "Itu beneran? Semua orang di sana nggak ada yang selamat?"Pak Umar : "Udah dipastiin, Mbak. Semua warga udah pada meriksa."Meydina : "Iya, Bu. Ibu Sully juga nggak tau gimana kabarnya di pabrik produksi."Rias : "Bu Sully teh saha?"Mella Dian : "Istrinya Pak Trisno, Rias."Reza : "Ridwan, gimana kalian yang di pabrik?"Pak Sutejo : "Pak Umar, tapi katanya sebelum kejadian, ada tiga mobil yang datang ke lokasi, ya?"Pak Umar : "Iya, Pak. Dan tiga mobil itu main terobos aja, katanya."Pak Uud : "Kami di pabrik lagi sibuk, anak-anak preman di sini lagi nyerang kita."Reza : "Bang Jabir gimana di sana?"Ridwan : "Bener, Bang Reza. Kami pada kewalahan di sini. Bang Jabir sama Marjun sama bocah masih di sini."Herman : "Astagfirullah, Pak Trisno itu yang dibakar di pohon???"Adi : "Kayaknya mah."Pak Sutejo : "Mbak Anies sendiri gimana di sana?"Mbak Anies : "Saya masih sama Novi, Della juga Wandri di sini."


Mbak Anies menutup smartphonenya. Napasnya kembang kempis membayangkan rekaman video yang diyakini baru saja diupload tak lama setelah peristiwa pembakaran itu terjadi. Wandri, Della dan Novi saling tatap penuh tanda tanya.


***


Pukul 02:30, mereka semua tertidur saling bersandar satu sama lain. Kelelahan menunggu pagi yang seolah enggan muncul di ufuk timur. Mbak Anies yang semula masih terbuai dalam mimpi, ogah-ogahan terjaga dengan mulut dipenuhi air liur. Usai memasangkan kembali kacamatanya, ia menarik napas dalam-dalam kala menjawab sebuah panggilan masuk. Mpok Mirna -pembantunya yang saat ini mengasuh kedua anaknya.


"Mbak Anies, tolong saya! Saya dan suami mmmppfffff....!"


Sontak Wandri, Della dan Novi terjaga mendadak akibat suara itu. Terlebih Mbak Anies yang langsung gelagapan, keringatnya berkucuran membayangkan apa yang terjadi pada mereka, terlebih pada Danti dan Iqbal.

INDONESIAN PURGEWhere stories live. Discover now