Part 8

3 0 0
                                    

(Meanwhile Akbar)


Pukul 08:00


Setelah berjuang menahan gempuran para partisipan dan geng rival yang menghadang, Akbar, Andri dan rombongan gengnya tiba di tujuan mereka. Markas Besar Batalyon Perhubungan TNI AD, satu dari sekian banyak bangunan pemerintah yang tak dihuni selama minggu pembersihan.


Akbar membentangkan secarik kertas ukuran sedang. Mereka semua mendekat dan mengelilingi kertas bergambar denah dalam gedung militer itu.


"Oke, sekarang kita pencar jadi lima kelompok. Masing-masing kelompok empat orang, standby di sini, sini, sini, sama sini. Lainnya ikut gue sama Andri masuk ke got di sini." Akbar memberikan instruksi sembari menunjuk ke beberapa titik pada gambar di kertas, semuanya mengangguk.


Dengan sigap, layaknya pasukan elit yang sedang beroperasi di belakang garis musuh, semua berpencar ke posisi masing-masing sembari menunduk. Senapan serbu SG552 sudah tergenggam di masing-masing tangan mereka. Suasana masih begitu sepi meski kemungkinan kelompok penjahat yang masih berkeliaran tetap ada. Jantung berdegup cepat, mata dan telinga dipasang lebar-lebar. Ini harus menjadi 'misi besar' yang berakhir dengan cepat, jika mereka masih ingin hidup.


Di ujung sana, Akbar, Andri dan enam orang lainnya masuk ke sebuah got besar tak jauh dari gedung itu. Di dalam gorong-gorong, terdapat lubang besar yang tersembunyi. Mereka memasuki lubang itu sembari menutup mulut dan hidung, akibat aroma air kotor yang sangat menusuk.


Sekitar beberapa belas meter di dalam sana, mereka menemukan satu lubang lagi yang lebih gelap. Lubang itu mengarah ke atas dan diberi tangga bambu kecil. Akbar pun menaiki tangga itu, dan begitu tiba di ujung, ia seperti menggeser sesuatu.


Itu adalah lantai keramik besar di dalam sebuah bilik WC. Dengan hati-hati mereka keluar dari dalam lubang itu, sembari sesekali melihat situasi di sekelilingnya. Sepi, tak ada siapapun."Kagak sia-sia gue nyiapin ini semua dari jauh-jauh hari," gumam Akbar bangga.


Setelah orang terakhir keluar dari lubang itu, mereka semua memeriksa situasi di luar WC. Yakin suasananya sepi, Akbar memimpin mereka menyusuri area dalam markas militer itu. Sepi, dan sunyi, hanya beberapa lampu koridor yang menyala remang.


"Psssst," desis Akbar, dengan sigap mereka merapat di dinding saat mendekati sebuah pintu. Akbar yang berada paling depan mengintip melalui celah pintu itu yang setengah membuka.


HOOOEEEKKK...

Suara yang terdengar seperti kambing disembelih tertangkap di telinga Akbar. Selebihnya, yang ia dengar hanyalah rintihan wanita.

Di dalam sana, ia melihat sekelompok pemuda tengah asik merekam prosesi penyembelihan leher beberapa orang pria berdasi hidup-hidup. Nampak, pria berdasi itu mengejang-ngejang dan kakinya pontang panting menahan sakit yang luar biasa. Sayangnya, ia tidak bisa berontak karena tangan, bahu dan kepalanya dipegang kuat oleh para penjagal itu.

Beberapa pria berdasi lainnya dikuliti hidup-hidup. Tubuh mereka yang tersisa, ditusuk dengan kait besar dan digantung di langit-langit. Membuatnya terlihat seperti daging ternak yang masih segar. Kulit mereka yang terlepas diregangkan dengan cara dipaku di dinding.

Di pojok ruangan, tiga orang wanita baru saja diperkosa secara brutal dengan kedua tangan dan kaki diikat. Kewanitaan mereka dijejali tombak besi hidup-hidup hingga tembus keluar mulut. Kedua ujung tombak itu juga digantung. Membuat tubuh malang itu berayun-ayun akibat kejang-kejang menahan sakit, sebelum akhirnya mengkaku.


Akbar menatap fokus ke arah kulit wajah di dinding. Ia tahu persis siapa mereka, para pelaku kasus korupsi milyaran rupiah yang masih melenggang leluasa sejak sebelum NFFA muncul di Indonesia.


Dengan isyarat tangan, Akbar memberi komando untuk mencari jalan memutar diam-diam. Mereka pun berbalik menuju koridor lain, yang akhirnya membawa mereka ke pojok lobby utama. Mereka masih bersembunyi dibalik dinding koridor, memastikan bahwa lobby itu aman.

"Oke, elu maju kesana. Periksa masih ada apa nggak," bisik Akbar pada salah satu rekannya.

Pemuda pendek itu berlari cepat sembari menunduk. Secepat kilat ia menaiki tangga besi di area luar yang mengarah ke atap. Usai beberapa saat melihat sekeliling atap yang sudah dipastikan sepi, ia menatap ke arah Akbar yang masih menunggunya di pojok lobby. Jempolnya mengacung mantap.


Akbar dan yang lainnya mendekati si pendek dengan hati-hati. Mereka menaiki tangga besi dan berkumpul di pojok atap. Menatap kagum ke arah sebuah UH-60 Armed Black Hawk Helicopter yang terparkir di tengah atap. Secepat kilat, mereka masuk ke dalam kabinnya dan mencoba menyalakan helikopter itu.


"Sippp lah, bensin banyak, roket sama peluru minigun juga masih banyak, nggak sia-sia gue bikin persiapan dari jauh-jauh hari," seru Akbar bangga. Jemarinya sibuk mengutak-atik tombol dashboard untuk menyalakan mesin.


"Lu tau darimana kalo ini barang bakalan masih ada di sini?" tanya Andri.


"Hoo hooo, gue punya banyak koneksi ke semua orang dalem di seluruh Indonesia."


"Sombong amat," ketus Andri sembari tertawa.


NGIIIIIIIINGGGG WUNG WUNG WUNG WUNG WUNG


Baling-baling capung besi itu mulai berputar. Suaranya yang bising menjadi sinyal bagi tim-tim lain yang masih berjaga di sudut bangunan untuk segera berkumpul di atap.

"Woy ngapain lu?!" dari sebuah palka di ujung atap, muncul beberapa orang pemuda yang sedari tadi asik membunuh di ruang bawah. Mereka mulai menodongkan pistol uzi ke arah helikopter.


BBBRRRRRRTTTTTTTT


Beberapa peluru sukses mengenai helikopter. Andri sendiri tertembak di bagian bahu. Namun dengan cepat pula mereka membalas tembakan, demi mencuri aset pemerintah di tengah hari-hari penuh kekacauan.


"Woy buruan masuk!" teriak Andri pada beberapa timnya yang sudah naik ke atas atap.Buru-buru mereka naik meninggalkan beberapa gelimpangan mayat dari orang-orang yang nyaris membunuh mereka. Helikopter pun mengudara, terbang meninggalkan markas militer yang kini mulai dipenuhi orang-orang penjagal, yang terlambat mencegah kaburnya Akbar dan teman-temannya. Mereka tertawa terbahak-bahak, merayakan suksesnya aksi pencurian kendaraan terbang sebagai salah satu sarana mereka untuk bertahan hidup selama lima hari lagi.


Bersambung...


.


Maaf kalau bagian ini mengecewakan, karena yang satu ini memang cuma spin off yang diisi hanya oleh tokoh sampingan. Tapi ini masih berkaitan dengan seperti apa klimaks dari cerita ini. Kisah Wandri termasuk Kisah Bang Jabir yang sempat tertunda akan saya lanjutkan lagi di seri berikutnya.


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

INDONESIAN PURGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang