{ 11 }

583 57 3
                                    

" eum... " Membuka mata perlahan, Elizabeth tersenyum kecil. Tangan nya meraba tempat kosong di sebelahnya. Berharap ada seseorang yang akan memeluk nya di pagi hari, seperti biasanya. Namun nihil, ia hanya menemukan kekosongan. Tak ada siapapun di situ. Suasana mansion juga terlihat sangat sepi.

Tok tok tok

" Maaf , Nonna. Ini waktu nya sarapan. Nonna silahkan ke bawah. Saya pamit."

Elizabeth menoleh , melihat jam dinding yang kini sudah menunjukkan pukul enam pagi. Ia meraih sebuah kotak bewarna merah pekat, yang menarik perhatiannya sejak mata nya terbuka.

Membuka nya dengan perlahan, senyum Elizabeth seketika mengembang saat mengetahui isi kotak merah itu. Dan apa itu... Ada surat di nakas? Apa Garden yang memberikan ini semua? Tapi.... Untuk apa

" Ini cantik." Gumam nya sembari menatap kalung emas berkelip indah di dalam kotak merah itu.

Kini mata nya beralih di mana surat itu berada. Ia tersenyum tipis , menyibakkan selimut tebal yang menutupi tubuh mungilnya. Sedikit bergeser untuk meraih secarik surat yang entah apa itu isi nya.

Yang jelas, saat mata nya mulai menerangi setiap kalimat yang ada dalam surat itu, di situ lah Elizabeth merasa dirinya di bodohi. Sejak dulu ia memang tak pernah percaya apa itu cinta. 

• • •

" Bibi Rie."

" Oh Nonna , Kenapa nonna terlihat sangat rapi pagi-pagi seperti ini? Dan.... Untuk apa koper berisi itu?"

Elizabeth menoleh, menatap sekilas koper yang ia bawa. Kemudian tersenyum manis kepada bibi Rie yang kini sudah menatap nya cemas.

" Ku pikir... Waktu ku di sini sudah habis."

Menenggang , bibi Rie merasakan hal aneh saat itu juga. Ia mulai berdiri, bersejajar dengan di mana Elizabeth tengah tersenyum menatap nya.

" Apa maksud nonna...? Nonna tidak berpikiran untuk meninggalkan bibi Rie bukan?"

Menghembuskan nafas pelan , Elizabeth menunduk takut. Tangan nya sudah bertautan dengan gusar, menandakan bahwa ia tak baik-baik saja.

" Aku.... Aku akan pergi, kembali ke tempat asal ku, kembali kepada orang tua ku." Sahut Elizabeth dengan senyum tipis di bibirnya.

Hening. Hanya terdapat suara burung berkicau dengan angin menghempas. Bibi Rie menatap nya tak percaya, bahkan kedua mata nya sudah berkaca-kaca.

" maaf bibi Rie , tapi aku sudah mendapatkan ijin dari tuan mu. Maaf sekali lagi, aku harus segera kembali." Elizabeth meraih koper nya, kaki mungilnya mulai melangkah ke pintu depan. Namun seketika suara bibi Rie menghentikan nya.

" Apa maksud nonna? Tuan Garden tidak mungkin melakukan itu, dia sangat mencintai nonna. Bahkan untuk melepaskan nonna? Itu mustahil. Tuan Garden pergi ke jepang, dia ada urusan di sana. Dia belum tentu akan kembali lusa tapi... Bisakah nonna bertahan di sini?"

Mata Elizabeth memanas. Ia kembali meremas dress panjang yang ia kenakan. Mendongak ke atas, menatap langit-langit atap mansion sembari mengatakan selamat tinggal dalam diam.

" Bertahan di sini? Untuk menunggu tuan mu? Tchh! Apa aku semurah itu hingga harus menunggu seseorang yang pergi begitu saja dari ku? Memberikan ku kalung emas yang tak ada apa-apanya dibandingkan kasih sayang dan kehormatan. Apa aku ini bagi nya? Pelarian? Cih! Maaf bi, waktu ku habis. Aku harus pergi, dan... Terimakasih atas sambutan mu dahulu, aku pamit."

Cool Sadistic ( END ) Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz