{ 19 }

1.1K 82 11
                                    

Mata Elizabeth terbuka perlahan, gadis itu menatap buram di mana ia berada. Setelahnya mata nya terbuka sempurna, ia dapat melihat jelas apa yang ada di sekelilingnya. Kamar tidur berukuran besar, dengan tataan yang mewah dan bertema gelap itu teramat dingin. Tangan mungilnya menyibakkan selimut tebal yang menutupi tubuhnya.

Cles!

Elizabeth terkejut saat mendapati tubuhnya tanpa benang. Ia meringis takut. Mata nya menatap sekeliling dengan ragu. Keringat dingin mulai membasahi nya.

Ceklek..

Hingga suara pintu terbuka mengalihkan pandangan nya, terpampang lah pria tampan dari arah kamar mandi kamar itu. Mata biru itu kini menatap nya, membuat jantung Elizabeth terpacu dengan cepat.

" Sudah bangun hm? Ahh... Sayang tubuh mu eum."

Garden tersenyum tipis sembari menatap Elizabeth yang tengah linglung. Namun sedetik kemudian gadis itu tersadar, jika selimut nya terlepas dari tubuh nya, dan lagi... Ia lupa jika dirinya tengah telanjang tanpa sehelai benang pun. Membuat Elizabeth dengan cepat meraih selimut itu kembali. Mencoba menutupi aset berharga nya.

" Berhenti bermain-main Garden, aku lelah! Hikss lepaskan aku... Ku mohon..."

Elizabeth menangis tersedu-sedu, air mata itu teramat mengungkapkan jika dirinya sedang tak baik-baik saja. Namun Garden acuh, tak memperdulikan bagaimana gadisnya merintih sakit. Ia hanya ingin Elizabeth terus bersama nya.

" Sshh... Diam sayang, diam. Tenang saja, aku belum menyentuh mu kembali setelah perpisahan kita yang konyol itu. Kau penuh darah tadi, sekarang waktunya kau memakai piyama mu."

Garden menoleh, menatap pria yang wajah nya sama mirip dengan nya di hadapan pintu kamar. Alis tebal nya menungkik, tanda bahwa ia tengah bertanya apa yang di lakukan kembaran nya itu.

" Maaf mengganggu kalian, aku akan kembali ke gedung itu. Dan... Apa kau sibuk?"

Garden mendengus kesal saat kembaran nya mengoceh. Bertanda jika pria itu tengah membutuhkan bantuan nya. Dan ia tahu bantuan apa yang akan ia lakukan kali ini.

" Aku akan mengurus kucing nakal ini sebentar, dan keluarlah dahulu zex! Kau selalu saja mengganggu ku."

Zex menggerucut kesal, pria itu menutup pintu kamar kakak nya dengan kasar. Kemudian berjalan sarkas turun ke lantai bawah. Menunggu kakak nya yang tengah mengurus sang pujaan hati.

Berbeda dengan Elizabeth yang kini tengah menatap Garden dengan tak percaya. Tangan nya bergetar takut. Tubuh mungil itu mundur hingga menabrak dinding ranjang.

" Sshh sayang jangan takut, kau belum pernah mengetahui ini memang hmm."

Garden tersenyum hangat, ia berjalan. Melangkah untuk menaiki ranjang besar nan empuk milik nya. Tangan besar nya menarik pinggul Elizabeth dengan lembut. Di cium nya kening dan leher gadis itu.

" Ingin mendengar cerita sayang?"

Garden bertanya lembut. Ia menelusuk masuk ke dalam selimut yang sama dengan Elizabeth. Kini tubuh gadis itu menenggang. Ia dapat merasakan tangan Garden yang tengah melingkar sempurna di pinggangnya. Dan deru nafas pria itu, membuatnya menahan nafas.

" Dia memang mirip dengan ku, tapi tidak dengan kepribadian ku dengan nya. Kami sangat berbeda, dan itu sangat. Aku memang tak pernah menceritakan kembaran ku kepada mu sayang. Karena aku takut kau tidak bisa membedakan mana aku dan mana kembaran ku. Aku takut kau justru mencintai zex, kembaran ku. Dahulu sewaktu kita tengah menginjak sekolah menengah pertama... Zex-kembaran ku, dia memasuki kelas B. Berbeda dengan kelas yang kita tempati. Dia memiliki sikap yang santun, hormat, dan... Sehat tentunya. Tidak seperti ku, yang gila akan dirimu sayang..."

Garden menjelaskan semua nya dengan senyum tipis. Tangan nya menarik semakin dekat Elizabeth ke dalam pelukannya. Ia mencium surai gadisnya dengan lembut. Mencoba memberi kenyamanan dan kehangatan untuk sang pujaan hati.

Elizabeth yang mendengar itu semua sontak menutup mata, menghela nafas kecewa dengan air mata yang tersisa. Ia mencoba melepas dekapan Garden di tubuhnya, namun sia-sia. Tenaganya tak sekuat pria itu. Ia memilih untuk pasrah dengan keadaan ini. Mencoba untuk tidak peduli.

Dirinya yang dulu mengira jika Garden seorang anak tunggal nyatanya salah. Pria itu memiliki kembaran yang sama mirip dengan nya. Zex , kembaran sekaligus adik kandung Garden. Zex yang usia nya sama mirip dengan kakak nya itu memiliki kepribadian yang teramat jauh.

Zex terpaksa menerima ajakkan sang kakak untuk mendapatkan pujaan hati nya kembali. Itu gila, namun apa daya nya yang memiliki mental sehat. Bukan psikopat maupun orang berpenyakit jiwa, tidak seperti Garden, pria dengan mental dan kejiwaan yang telah lama terganggu.

" Siapa... Siapa yang menikah?"

Elizabeth mendongak, menatap mata tajam Garden sembari menunggu jawaban dari pria itu. Sontak pertanyaan itu membuat Garden terkekeh geli.

" Zex , kau tahu saat di stasiun kereta api? Itu zex dengan istrinya. Dia yang menikah, kau tahu sayang? Tadinya ia menolak saat aku memaksa nya untuk menikahi jesline, gadis yang tadinya ingin di nikahkan dengan ku. Namun ku tolak mentah-mentah hingga aku menyuruh Zex untuk menggantikan posisi ku. Tadinya ia frustasi dan keberatan, tapi entah apa yang dilakukan Jesline hingga membuat Zex jatuh hati padanya."

Garden menoleh, menghentikan ucapannya dengan menatap kebawah di mana Elizabeth menatap nya juga. Ia tersenyum tipis, kemudian merangkul gadis itu ke dalam pelukannya dengan sangat erat.

" Aku mencintaimu..."

Elizabeth membeku, ia menutup mata saat merasakan lehernya di kecup hangat oleh Garden. Tangan mungil itu melingkar sempurna di leher pria gagah nan maskulin itu.

" Di... Di mana daddy? Frendi? Di mana mereka? Hikss di mana.."

Garden tersenyum mendengar gadisnya merengek. Ia mengecup bibir mungil itu lembut. Membawa Elizabeth di atas tubuhnya. Menatap manik bulat itu dengan intens.

" Kau lupa sayang? Mereka mati. Kini tersisa kau dan aku, kita..., Hm? Mengerti sayang? Kita akan menikah, esok hari kau akan resmi menjadi istriku."

Garden tersenyum manis, mengecup bibir gadisnya dengan lembut. Kemudian menyibakkan selimut yang menutupi tubuh keduanya.

" KAU GILA!! GARDEN LEPAS!! HIKSS ENGH AKHH GARDEN!! HENTIKAN! APA YANG KAU LAKUKAN! STOPPED PLEASE."

Elizabeth terus berteriak takala Garden mulau mengikat kedua tangan dan kaki nya di ujung ranjang dengan borgol. Gadis itu hanya bisa berteriak histeris sembari menunggu takdirnya setelah ini.

" Sshh sayang... Diam hmm, kita akan melakukannya dengan baik. Ingat nama ku, kau tidak boleh mengingat nama lain selain dari ku sayang, kau milikku, akan tetap menjadi milik ku, milik Garden, Garden Mark, persetan dengan semua nya. Aku mencintaimu, sangat mencintai mu. Elizabeth... Kau milik Garden seorang."

Garden tersenyum manis membiarkan Elizabeth terus memberontak dan berteriak histeris. Tangisan gadis itu ia acuhkan. Yang sekarang ia fokuskan ialah, membuat Elizabeth menjadi miliknya kembali. Mencoba  membuat gadis itu mengandung anak nya.

Dan di malam itu, menit itu, bulan dan bintang menjadi saksi di mana Garden melucuti tubuh Elizabeth dengan kecupan-kecupan lembut, dengan bisikkan hangat, dan kalimat kasih sayang. Di mana Elizabeth hanya tergeletak lemah di atas ranjang dengan Garden di atas tubuhnya. Ia tak tahu setelah ini dirinya akan tiada atau tersiksa dengan pria yang ia cintai, pria yang tengah menyentuhnya malam ini. Di mana Elizabeth dan Garden dinyatakan bersama, di bawah bulan dan bintang.

Di malam yang indah, dengan hubungan mereka yang mulai menyatu. Kepasrahan dan keputusasaan sudah melanda Elizabeth. Gadis itu hanya menutup mata. Membiarkan takdir mempergerakkan segalanya. Membiarkan tuhan mengatur hidupnya. Ia akan seperti ini..., Berada di bawah kungkungan Garden dengan putus asa yang menggumpal.

" Aku mencintaimu."

• • •

-THE END-

Cool Sadistic ( END ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang