(4) Warta Catur : Pohon Tarum di Rumah Ayuni

186 60 12
                                    

| 𝐓𝐇𝐄 𝐑𝐈𝐕𝐄𝐑 𝐎𝐅 𝐏𝐀𝐒𝐓 & 𝐅𝐔𝐓𝐔𝐑𝐄 |

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

| 𝐓𝐇𝐄 𝐑𝐈𝐕𝐄𝐑 𝐎𝐅 𝐏𝐀𝐒𝐓 & 𝐅𝐔𝐓𝐔𝐑𝐄 |

Satu hari menjelang dilaksanakannya ekspedisi, Bayu mengadakan pengarahan khusus terkait metode penelitian, teknis, dan prosedur yang akan digunakan untuk penelusuran situs-situs peninggalan Kerajaan Tarumanegara bagi para anggota tim yang terjun langsung ke area penelitian, kemudian ia juga menjelaskan susunan kegiatan mereka selama 10 hari ke depan. Selain itu, ia merincikan daerah-daerah tertentu yang akan menjadi fokus pencarian mereka. Tak lupa, ia pun mengingatkan tentang prioritas ekspedisi ini adalah menemukan benda sekecil apapun yang berhubungan dengan bukti peradaban kerajaan tersebut.

“Merujuk pada beberapa manuskrip yang menyebutkan jika daerah kekuasaan Tarumanegara meliputi Jawa Barat dan sekitarnya, ditambah dengan lokasi prasasti terdahulu yang ditemukan di daerah Jawa Barat seperti Bogor, Cirebon, Karawang, dan Banten, maka diputuskan bahwa fokus penelusuran kita akan dititikkan pada daerah Jawa Barat di sepanjang sungai Citarum.”

“Data arkeologi apapun yang dapat ditemukan seperti artefak, ekofak, fitur, konteks, dan sebaran akan sangat berharga bagi keberhasilan ekspedisi kali ini. Maka dari itu, kami meminta kerjasama dan partisipasinya secara totalitas selama kegiatan penelusuran ini berlangsung.”

Rapat kali ini berjalan dengan lancar, karena tidak ada sorakan protes dari anggota tim. Semua telah sepakat dan memahami seutuhnya peraturan yang dijelaskan oleh Bayu, sehingga rapat dapat selesai dengan cepat. Besok pagi mereka akan kembali berkumpul di depan halaman Balai Arkeologi Nasional untuk mengikuti Upacara Pemberangkatan Ekspedisi. 

Pratama menghampiri Bayu yang tengah meninjau ulang beberapa buku literatur yang rencananya hendak ia bawa sebagai rujukan ketika kegiatan penelusuran dilakukan. Menyadari jika seseorang sedang berdiri di belakangnya, Bayu pun menengok sekilas ke arah lelaki itu.

“Ada apa?” seloroh Bayu.

Pratama berdeham sejenak. “Tadi malam aku melihat mimpi kelima, dan itu mengerikan. Aku sampai terbangun dengan napas terengah-engah dan takut untuk tidur kembali.”

Bayu segera menutup buku yang ia baca, lantas langsung mencengkram bahu Pratama dan menatapnya tak sabaran. “Apa yang terjadi di dalam mimpi tersebut?”

Pratama mengatur napasnya sebentar. “Mimpi itu terlihat begitu samar dan susunannya teracak. Untuk pertama kalinya sosok yang serupa dengan Ayuni muncul, namun dengan keadaan terkulai lemah dan mulut yang terus-menerus mengeluarkan darah akibat meminum racun. Disitu kau berteriak melihat kondisi perempuan itu, namun kau tak bisa melawan karena tubuhmu terikat dan terjebak di balik kerangkeng besi. Seorang wanita paruh baya bersorak kegirangan melihat Ayuni akhirnya tewas. Lalu tiba-tiba latar mimpinya berubah, aku melihat kabut asap yang begitu tebal, ternyata istana itu dilahap oleh kobaran api yang begitu besar, kemudian aku melihat kau berjalan gontai dengan pedang yang bersimbah darah seakan baru saja digunakan untuk melibas tubuh seseorang. Seisi istana telah kau bantai sampai habis---sepertinya kau sedang membalaskan kematian dari Ayuni, tapi itu hanya tebakanku saja. Aku pun mencoba melarikan diri karena takut akan menjadi korban incaranmu selanjutnya. Aku mengajak Amina untuk ikut kabur bersamaku, namun ia terjebak di sela-sela kayu yang berjatuhan, dan ia terbakar hidup-hidup. Ia berteriak padaku agar aku bisa menyelamatkan dirinya, namun aku tak dapat berbuat apa-apa. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana sekujur tubuh Amina menggosong hitam hingga mengelupas karena api menghabisinya tanpa ampun.”

The River of The Past & FutureWhere stories live. Discover now