s e m b i l a n b e l a s

105K 13.1K 3.7K
                                    

Hi! Cici is here! ❤

Maaf telat update, karena jadwal padat bangettt!

Spam 3,5k ntar langsung next 😚😚

Jangan lupa follow AloisiaTherin biar bisa baca sampai end 🤩

🦛🦛🦛

"Om, opo aku iki icih kurlang ayu, icih kurlang cekci to Om.."

Di dalam mobil yang sedang di kendarai oleh Bian, suara cempreng dan cadel Joilin mengalun.

Gadis kecil itu membawa bunga krisan putih di pangkuannya. Rambutnya di kepang cantik dan memakai gaun anggun berwarna pink muda.

"Joiy, masih kecil, gausah main om-om an." Tegur Bian.

Joilin merenggut kesal. Bibirnya cemberut, maju ke depan.

"Kan Joiyin ngelti lagu itu darli Mamah Nyanya!" Adunya.

Nah, kan... Padahal Anya sedari tadi diam di kursi depan, dan asik menikmati perjalanan menuju makam mantan istri Bian, lho.

"Kok jadi Nyanya? Kan yang nyanyi kamu." Sahut Anya dengan santai.

"Udah, kalo bertengkar terus, Papabi suruh kalian berdua jalan." Bian melerai dengan sebuah ancaman.

"Yey! Acik! Jalan! Nanti Mamah Nyanya gendong Joiyin ya!" Joilin bersorak senang.

Anya mendelik mendengar pernyataan yang keluar dari bibir Joilin. Ia masih ingat ya, boyoknya sampai encok karena harus menjadi kuda yang di tunggangi Joilin!

Apalagi Joilin dengan santainya menyuruh Anya untuk berteriak seperti kuda, biar menjiwai katanya.

Sungguh, Anya masih ingat bagaimana rasa encok di punggungnya. Anya juga masih ingat bagaimana rasanya tidak sadarkan diri karena punggungnya terasa patah.

"Ich! Gaacik! Joiyin ganti lagu aja deh!" Gerutu gadis kecil itu.

"Paijo mumet ndace, ditinggal bojone, minggat dadi tekawe~"

Bian hanya bisa menghela nafas panjang mendengar nyanyian putri kecilnya itu.

***

Bibir bian mengecup nisan yang terukir nama Naresa, mantan istrinya.

"Gimana kabarnya, Nana?" Bian mengelus nisan itu dengan lembut.

Suasana tenang, hening, dengan angin sepoi sepoi membuat hati Bian merasa semakin tenang saat ia berjongkok di samping nisan istrinya yang sudah tiada.

Joilin sudah menaruh bunga cantik di depan nisan, ia sudah menabur bunga, dan menyiram gundukan tanah tersebut dengan air, membuat aroma tanah basah tercium.

"Aku mau nikah, lagi." Ujar Bian dengan lembut.

Ia mendudukan diri di tanah, mendekat pada sang istri yang sudah berbeda alam.

"Anya namanya. Mirip kamu, tapi dia lebih galak. Mirip preman, hobinya ngomel ngomel." Kekeh Bian.

Bian mendongak, menatap Anya yang berteriak memanggil nama Joilin yang terus terusan berlari menghindari kejarannya.

"Aku harap kamu bahagia disana. Aku jaga Joilin dengan baik, Na. Dia gembul, gemesin. Wajahnya mirip kamu, tapi masih ada miripnya sama—"

"Papabi! Nyanya jatuhhh!!!!" Teriak Joilin.

Bad Duda [END]Where stories live. Discover now