T i g a p u l u h s e m b i l a n

68.1K 9.2K 3.6K
                                    

3 chapter lagi tamat!

Gak siap sih 😭 MAKANYA UPDATE LAMA!

Sad ending / Happy ending?!

Aku mau komen 2K disini! Wkwkwk

Maaf ya lama.. 😭😭 SOALNYA MAU KASIH PLOT TWIST YG BIKIN DAG DIG DUG SER! DAN MEMBUAT KALIAN TERKEJUT KARENA TIDAK SEMUDAH ITU BESTIE!! Wkwkwk

Tandai kalo typo! Soalnya langsung publish!

💐💐💐

Joilin menatap Oliver dengan lekat, dari atas sampai bawah. "Om, om kok mirlip cama om om yang datengin Joiyin waktu Joiyin galau di depan lumah, ya?" Tanya Joilin, sembari menatap Oliver begitu dekat.

Oliver memundurkan kepalanya. Ia sedang main game di ponselnya. Namun Joilin tiba-tiba mendekat sembari mengamatinya lekat.

"Apa?" Tanya Oliver.

"Om penguntit ya!" Telunjuk Joilin mengacung sampai mengenai pipi Oliver.

Oliver menggigit gemas tangan Joilin. "Diem. Kamu bocil. Gak usah banyak tanya ya."

Joilin mengerucutkan bibir. Dia mendekat pada Oliver yang masih asik melanjutkan game yang sempat ia pause sebentar.

"Om kok noob cih! Om Calga pinterl banget main ini!" Ledek Joilin, ketika Oliver kalah dalam permainan.

Oliver yang mendengar itu lantas mendelik. Dia menjauh dari Joilin yang cekikikan melihat ekspresi kesalnya.

"Anya! Anak lo kenapa julid banget sih!" Pekik Oliver sembari mendelik ke arah Joilin yang menjulurkan lidah ke arahnya.

Anya yang baru saja keluar dari kamar langsung menghampiri dua makhluk dengan umur jauh berbeda itu, agar tidak bertengkar.

Oliver memang golongan manusia manja yang sok sok an jadi pahlawan kesiangan. Sedangkan Joilin, ya tau sendiri lah. Bocil julid.

Anya duduk di antara keduanya yang kini sudah saling tatap tatapan dengan sinis. Ada pernah dingin tanpa kata di antara mereka.

"Udah ah! Males!" Oliver tiba-tiba memiringkan tubuhnya, memunggungi Anya dan Joilin.

"Lah, ngambek?" Gumam Anya, melihat kelakuan Oliver kali ini.

Berbanding terbalik dengan Oliver yang menggerutu kesal, Joilin malah cekikikan, karena berhasil membuat pria berumur Senin Sarga itu ngambek.

"Joiyin mau cama engkok kakek eyang atok embah aja deh!" Ujarnya, lalu turun sari atas sofa, dan berlari mencari kakeknya.

Sedangkan di sisi lain, Bian sudah bersiap untuk menyusul sang istri.

"Jamal!" Ia memanggil Jamal yang tiba-tiba muncul di depan pagar. Padahal tadi Jamal sudah pergi. Tapi tiba-tiba pria itu sudah datang dengan moge dan jaket hitam ala geng motor.

"Napa?!" Jawab pria itu ketus. Kaca mata hitam bertengger di hidungnya, menambah kesan keren dari pria itu sendiri.

"Lo ngapain disini?!" Pekik Bian.

"Mau nungguin mbak Anya. Firasat saya mengatakan mbak Anya akan memeluk saya hari ini." Ujar pria itu, sembari bersedekap dada.

Bian mendecih. Sepertinya ia harus mengecek kewarasan Jamal ke rumah sakit jiwa. Soalnya Jamal ini sedikit miring otaknya, sepertinya. Setidaknya seperti itu yang ada di pandangan Bian.

"Loe mau kemana?" Tanya Jamal, melihat Bian mengeluarkan mobilnya.

Hatinya tidak enak hari ini, membuat i meninggalkan semua pekerjaannya, dan memilih mengunjungi sang istri, daripada harus berkutat dengan tugas kantor.

Bad Duda [END]Where stories live. Discover now