Episode 6 Sweet Things

78 22 2
                                    

Arka merebahkan tubuh di atas ranjang, kemudian menutup indera penglihatannya dengan lengan. Apa yang akan terjadi setelah ini? Masa depannya redup bersama kisah cintanya yang kandas.

Tak lama terdengar bunyi familiar nan samar. Arka tersentak sebelum akhirnya bangkit dan duduk di sisi ranjang. Ia ingin memastikan benar-benar mendengar suara tersebut, bukannya sedang halu. Namun ternyata suara itu menyapa telinganya sekali lagi. Bibir Arka melengkung, sebelum ia menelusuri asal suara tersebut, yang rupanya adalah bunyi peringatan ponselnya yang habis daya. Ia tidak kehilangan gawainya!

Arka menajamkan pendengaran dan merangkak ke bawah ranjang. Di sanalah terdapat benda-benda yang tadi ia yakini hilang : mulai ponsel, apapun yang tersisa dari laptop, tas serta gumpalan kain yang tampak seperti pakaian yang ia kenakan tadi malam. Wajah lelaki itu semringah, karena ia tak jadi menggembel!

Tanpa menunggu lama, tangan Arka segera meraih benda-benda tersebut dan meneliti satu per satu. Dari semua tempat, ia memang belum melongok ke kolong ranjang, karena menganggap bahwa tak mungkin barang-barangnya ada di sana. Namun ternyata justru yang tidak ia cari, malah menjadi tempat bersembunyi. Lelaki itu menghela napas, saat baru saja mengusap layar gawainya, benda tersebut malah mati. Sepertinya baterainya harus di isi. Arka membuka tas dan mencari pengisi daya yang ia taruh rapi di sebuah wadah. Setelah menancapkan charger, ia kemudian mengambil pakaiannya dan menaruhnya di kotak laundry kamar hotel. Pikiran bahwa ia tak akan menggelandang di kota Mataram lagi benar-benar membuatnya bahagia.

Arka kemudian membeli pakaian yang tersedia di hotel tersebut, meskipun secara pilihan tidak banyak. Ia belum bisa menghubungi pemandu wisatanya sebelum baterai ponselnya penuh, jadi ia memilih untuk membeli pakaian baru saja. Setidaknya ia bisa mengenakan baju yang sesuai seleranya dengan lebih nyaman.

Setelah baterai ponselnya penuh, Arka menyalakan benda tersebut. Hal pertama yang ingin ia pesan adalah tiket pesawat kembali ke Surabaya. Lelaki itu sudah tak sabar ingin menyudahi petualangannya dan pulang, memeluk bantalnya yang akrab dan familiar di rumah. Namun, ada pemberitahuan lima panggilan tak terjawab. Dahi Arka berkerut. Rupanya itu Bu Sekar yang sejak pagi meneleponnya. Merasa tak enak karena sejak kemarin tak berkabar, ia menelepon perempuan itu.

"Ya ampun, Mas. Saya kira samean kenapa-kenapa, Mas. Saya teleponin nggak diangkat-angkat. Kata Mbak Mesa samean mau nyusul ke hotel pagi ini, soalnya tadi malem mobilnya samean mogok. Lha kok sampai sore nggak ada kabar."

Mata Arka mengerling ke arah pintu, merasa aneh dengan apa yang disampaikan oleh sang pemandu wisata. "Em, maksudnya mogok, Bu?"

"Lha kan katanya Mbak Mesa mobilnya mogok, jadi nggak bisa sampe tepat waktu. Terus tadi pagi Mbak Mesa ngabarin lagi, kalau Mas Arka mau ke hotel aja nyusul ke sini. Sekarang gimana, Mas? Ini kita mau ke hotel yang kedua, soalnya udah mau makan malam jadwalnya."

"A-anu, Bu. Ibu kasih aja nama hotelnya, nanti saya susul pakai taksi. Makasih ya, Bu," pungkas Arka segera. Setidaknya ia sudah tidak membuat perempuan yang baru dikenalnya sehari itu cemas. Lagipula, ia tidak terlalu membutuhkan pakaian sekarang. Namun yang paling menggelitik adalah mobil yang membawa mereka berdua kemarin mogok? Mengapa ia tidak mengingat apapun?

Arka segera menekan ikon aplikasi tiket daring yang sudah biasa ia gunakan, tetapi ia tak sengaja membuka galeri. Ada beberapa video dan foto yang ia bahkan tak ingat kapan diambilnya. Dengan jantung berdebar, ia membuka satu persatu foto terbaru yang tersimpan di sana. Mesa dengan rambut yang disanggul rapi, dengan berbagai pose terpampang di layar. Mata Arka membulat. Untuk apa foto gadis nyeleneh itu ada di sini? Saat ia mengecek keterangan tanggal dan jam foto tersebut, ternyata diambil tadi malam. Berarti ... dirinya yang mengambil foto ini?

travelove (Diterbitkan oleh Karos Publisher)Where stories live. Discover now