Episode 15 Figuran

48 13 2
                                    

"Mas Arka, aku boleh nanya nggak sih?"

"Tanya apa?"

"Kalau memang Mas Arka sesayang itu sama mantan Mas Arka, kenapa putus?" tanya Mesa dengan hati-hati.

Langit tak menyiratkan mendung, berbanding terbalik dengan suasana hati lelaki berkacamata itu. Seharusnya, kemuramannya bisa menyebar ke seluruh alam semesta, sehingga ia tak merasa sendirian. Seolah semesta tengah mengkhianatinya. Bahwa di tengah kesedihannya, ia tidak punya siapa-siapa atau apa-apa untuk membuatnya terhibur. Raut wajah Arka segera saja diliputi kelabu.

Mencintai seorang Luna Piscesa, bukan perkara yang bisa diluapkan dalam satu atau dua kata. Bahkan menggambarkan bagaimana karakter perempuan yang bertahta di hatinya selama lima tahun itu saja, Arka tidak punya kata yang tepat. Apakah Luna seorang yang lembut dan bersahaja, atau dia lugu dan sederhana atau berjiwa bebas dan tak bisa terikat, tidak ada yang bisa cocok dengan Luna di mata Arka. Luna selalu berubah-ubah, bahkan hingga di detik terakhir kebersamaan mereka, Arka tak pernah bisa mengerti.

"Kamu selalu saja sama, Ta. Kamu berada di zonamu sendiri yang itu nggak ada ruang buat aku." Kalimat yang meluncur dari bibir Luna itu selalu bergaung dalam benak Arka, seolah terpatri dalam di kepala, tak bisa dihapus begitu saja. "This is your home, and there's no place for me to stay."

"YOU are MY HOME, Luna. YOU WERE AND ARE ALWAYS BE."

"Kita tidak menginginkan hal yang sama. Aku pergi, dan jangan kejar aku lagi, Ta."

Jika Luna begitu ingin berpisah dengannya, mengapa derai air mata membasahi wajahnya saat itu? Arka menarik napas panjang. Lalu ia mendengar perempuan itu akan menikah dengan lelaki yang Arka tahu selalu memuja Luna. Sejak dulu. Luna selalu mengatakan Leo—calon suami Luna—itu hanya penggemar yang obsesif. Perempuan itu tidak tertarik dengan ketampanan dan kepopuleran Leo. Tapi lihatlah, kini mereka bahkan hendak mengikat janji sehidup semati. Arka sungguh tidak bisa memahami bagian dari mananya Leo yang bisa menjadi rumah untuk perempuan seperti Luna, berdasarkan omongan mantannya itu.

Istilah zaman sekarang yang paling tepat adalah red flag. Bendera merah, sebuah simbol atau alarm tanda bahaya yang ditujukan kepada orang yang tengah mendekati atau berhubungan dengan kita. Di dalam hubungan selama lima tahun yang diwarnai putus nyambung, mungkin saja Arka sudah banyak melihat red flag di mana-mana saat bersama Luna. She's the real red flag.

Arka menoleh ke Mesa dan memberikan jawaban, "Mungkin karena sejak awal, dia cuma pengen mempermainkan aku aja. Karena aku sama dia udah putus nyambung beberapa kali, banyak orang di sekitar kami yang udah ngasih peringatan bahwa kami itu nggak cocok satu sama lain. Sahabatku bilang, Luna itu ... manipulatif. Tapi aku ... ya aku. Aku udah ngerasa nyaman sama dia, dan pertengkaran yang muncul selama ini masih bisa kutoleransi. Jadi kukira, saat dia minta putus yang terakhir kali, dia bakal berubah pikiran seminggu atau sebulan lagi. Dia bakal telepon, minta maaf dan ngajak balikan. Udah biasa."

Tak ada respons, selain diamnya Mesa yang seolah menunggu kalimat Arka berlanjut. Lelaki itu menghela napas beberapa kali.

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.
travelove (Diterbitkan oleh Karos Publisher)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora