Episode 10 Keputusan Tergila

65 18 3
                                    

Arka tergelak lepas, kemudian menatap wajah gadis manis di hadapannya. Ada helaian rambut yang menutupi mata Mesa, lengket terkena air laut dan menempel di sana. Tangan Arka terangkat dan menyingkirkan helaian rambut itu dengan lembut, hingga gadis itu tersentak dan reflek memundurkan kepala. Bibir Arka melengkung ke atas dan sorot matanya teduh mengarah pada Mesa.

"Terima kasih, ya, Mesa."

"Ma ... makasih buat apa?" Rona merah menyergap pipi gadis itu, seiring dengan bola matanya yang bergerak gelisah.

"Karena udah bikin duniaku jungkir balik, sampai aku lupa rasanya sakit hati itu kayak apa."

***

Bu Sekar mondar-mandir dengan gawai tergenggam. Bibirnya mengerucut sementara dahinya berkerut, menyebabkan suasana di sekitarnya ikut merasa gelisah. Sudah beberapa jam yang lalu Arka mengabari akan menyusul ke hotel tempat mereka sekarang singgah, tapi entah mengapa lelaki berkaca mata itu belum terlihat batang hidungnya.

Mata perempuan paruh baya itu kembali menatap layar ponsel, tetapi tak ada apapun di sana yang bisa meredakan kepanikannya. Hingga akhirnya benda pipih itu berbunyi, menandakan ada panggilan masuk dari seseorang yang sudah ia nantikan.

"Mas Arka, sudah sampai lobi?" Bu Sekar segera bertanya tanpa sempat bertukar sapa. Setelah itu ia mematikan panggilan tersebut dan tergopoh-gopoh keluar dari kamarnya. Setelah melewati lorong, menaiki lift dan melangkah menuju lobi, ia akhirnya bertemu dengan lelaki yang seharusnya menjadi salah satu anggota tur yang ia pimpin.

Cengiran di wajah Arka menghapus semua kegundahan yang mengungkungnya sedari tadi. Perempuan itu tersenyum lega, meskipun ekspresi cemas masih menghinggapi wajahnya.

"Ya Allah, Mas Arka. Samean itu bikin saya spaneng! Mumet!" Bu Sekar menepuk pundak lelaki itu dengan gemas.

"Maaf, Bu. Makasih udah repot bawain koper saya ke mana-mana. Bu Sekar memang tour leader top deh!" puji Arka yang membuat hidung perempuan paruh baya itu kembang kempis.

"Yungalah ... samean sekarang kok cengar-cengir terus, padahal pas di kapal mberengut kayak ikan cucut. Samean lho belum ikut acara sama sekali. Pake bilang saya tour leader top. Ya udah, ini, kopernya samean ada di kamar saya. Ini kunci kamar samean di lantai empat, nanti saya suruh si bellboy nganter koper samean di sana."

Tangan Arka segera terangkat untuk menghentikan perkataan perempuan paruh baya itu. "Bu Sekar, maaf nih. Saya sebenarnya kemari mau ngomong sesuatu." Lelaki itu menarik napas panjang, kemudian menaruh kedua tangan ke dalam saku jaket yang ia kenakan sekarang. "Saya kayaknya nggak ikut turnya Ibu dulu. Tenang aja, saya nggak akan minta uang saya kembali. Kan emang semua akomodasi udah dibayar."

Seketika gurat-gurat kecewa menghiasi wajah perempuan paruh baya itu. "Lho kenopo, Mas?"

"Nggak papa, Bu. Pelayanan Ibu dan travel Ibu baik kok. Cuma ... anu, saya ... mau jalan-jalan sendiri."

"Lha jalan-jalan sendiri gimana? Apa nggak sayang, Mas? Toh hotel dan tempat wisata yang kami tawarkan sudah sesuai dengan standar terbaik lho, Mas." Bu Sekar masih gigih membujuk.

"Iya, saya tahu, Bu. Lain kali saya pasti pake jasa travel Ibu. Cuma sekarang ... anu ...." Kata-kata yang sudah ia susun sepanjang perjalanan ke hotel ambyar sudah. Arka menggigit bibir dengan gelisah.

Kemudian senyuman maklum terbit di wajah Bu Sekar. "Oalah, pasti mau pedekate sama Mbak Mesa ya?"

"Bukan, Bu. Bukan begitu ...."

Jemari lentik dihiasi aneka cincin menutupi mulut perempuan yang kini tertawa itu. "Nggak usah malu-malu, Mas. Saya juga dulu pernah muda. Yawes, saya suruh bellboy buat ngambil kopernya Mas Arka dulu ya." Bu Sekar bergegas memutar tumit dan melangkah menuju resepsionis. Tak lama, perempuan tersebut menoleh dan mengedipkan mata ke arah Arka. "Tunggu sini ya, Mas. Saya ke kamar dulu."

Arka tak sempat mengelak atau melontarkan sanggahan. Ia menggigit bibir bawah, sembari menggaruk rambutnya yang kini mulai kaku karena terkena air laut. Saat ia berganti baju setelah bermain air laut tadi, ia hanya membilas rambut dan badannya sekadar agar tidak lengket. Namun, saat ia mengingat betapa riangnya wajah Mesa tadi, ia tersenyum. Sepertinya perempuan ceria itu punya magnet untuk membuat siapapun mengikuti dirinya. Karena sekarang Arka pun masih tidak tahu alasan gila apa yang membuatnya mengambil koper di travel Bu Sekar dan akan mengikuti Mesa ke Bukit Korea Dopang bersama kru TV9.

***

Mesa berdiri dengan kaki mengentak-entak, demi mengusir hawa dingin yang menyergapnya. Siapa suruh bermain air malam-malam begini? Apalagi ia sudah menaruh tas yang berisi pakaiannya di mobil. Untungnya tadi Arka berbaik hati membelikan pakaian ganti yang tersedia di hotel, sehingga ia tidak harus mengenakan pakaian basah. Namun, tetap saja, ia masih merasa kedinginan. Saat ini ia berada di halaman depan hotel di mana Arka sedang mengambil kopernya. Entah angin apa yang membuat lelaki itu mendadak ingin mengikutinya ke Bukit Korea. Padahal Mesa hanya memberikan celetuk iseng seperti biasanya.

"Mas Arka ikut aja ke Bukit Korea Dopang, seru lho. Anak-anak ini mau nyoba naik ntar malam buat lihat sunrise. Sekalian liputan. Makanya ini kita udah checkout dan nginep di hotel deket sana." Gadis itu hanya menawari, karena sepertinya Arka tidak berminat ikut rombongan tur Bu Sekar. Padahal destinasi wisata yang disusun juga tak kalah menarik. Mesa menduga karena sifat Arka yang introver dan tak mau berinteraksi dengan banyak orang yang membuatnya begitu.

"Sunrise?"

"Iyalah. Mumpung di sini. Rugi kalo langsung pulang. Kenapa nggak Mas Arka manfaatin buat keliling Mataram, sekalian healing, menghibur dan merayakan hari patah hatinya Mas Arka yang ditinggalin nikah," cetus Mesa tanpa berpikir. Kemudian ia membekap mulutnya sebentar sebelum berucap, "maaf, Mas."

"Nggak papa, toh semua orang dan penonton TV9 udah tahu." Arka menghela napas.

"Makanya mumpung di sini, ayok kita hepi-hepi. Nggak usah sedih-sedih!"

Arka mendengkus geli. "Iya, iya. Aku berusaha kok. Setelah mantanku nikah, uang tabunganku juga rasanya nggak akan dipergunakan dalam waktu dekat. Mungkin aku bisa make itu buat seneng-seneng sekarang."

"Nah itu dia. Abis dari Bukit Korea Dopang, kita rencananya mau ke beberapa spot pantai dengan pemandangan terbaik. Pasti Mas Arka bakal seneng lihat ombak di sana. Bagus banget kok kayak pantai ini," ujar Mesa dengan antusias.

"Kamu mau?" tanya Arka tiba-tiba.

Mata gadis itu membulat. "Hah?" Ia sedikit aneh dengan pertanyaan lelaki itu, juga tak bisa menebak ke arah mana pertanyaan itu akan berlanjut.

"Kamu mau keliling ke pantai-pantai itu? Jalan-jalan keliling Mataram?" Meskipun tampak ragu, Mesa mengiakan. Arka menyunggingkan senyum. "Ya udah. Aku mau, selama kamu yang nemenin aku."

*episode10*

Uh, si Arka jadi sweet kayak gini, kesurupan setan pantai Senggigi apa gimana nih? 🤭🤭

travelove (Diterbitkan oleh Karos Publisher)Where stories live. Discover now