Vol 1 - Chapter 6 : Ini Pertama Kalinya Aku Melihat Bayangan Kematian

Mulai dari awal
                                    

Yuuki kemudian tertawa sambil menyingkir dari atasku dan meninggalkan Ruangan.

Haah, astaga….”

Aku bangun dan duduk di tempat tidur.

“….”

Aku melihat … mimpi yang nostalgia.

Kenangan cinta pertamaku.

Masa-masa terindah yang pernah aku alami sepanjang hidupku.

Aku biasa bertemu dengannya di Taman dan bermain dengannya.

Karena aku ingin berbicara dengannya, jadi aku dengan serius belajar bahasa Rusia.

Meski Orang Tuaku tidak akur dan aku ditinggal sendirian di Rumah Kakek, aku tidak merasa kesepian karena dia ada di sana.

Itu benar, aku pasti telah jatuh cinta dengan gadis itu.

Namun … aku bahkan tidak bisa mengingat wajahnya mau pun namanya.

“… Cih.”

Tentu saja, lagipula, aku adalah putra dari Ibu itu.

Dia adalah Manusia tak berperasaan yang bisa dengan mudah melupakan orang yang dulu sangat dicintainya.

Di dalam dadaku, sesuatu yang dingin perlahan menumpuk.

Perasaan cinta dan motivasi yang telah membara di masa lalu kini terkubur dalam-dalam di bawah dan tidak terlihat lagi.

Selalu ada alasan untuk kehilangan motivasiku.

Aku selalu bisa menyalahkan orang lain.

Tapi, tidak peduli alasan apa yang aku buat atau siapa pun yang aku salahkan, pada akhirnya, aku akan sampai pada kesimpulan bahwa aku hanyalah Manusia sampah yang menganggap semua hal itu terlalu merepotkan.

Cowok keparat yang mengagumi orang yang bekerja keras, dan benci yang namanya bekerja keras, Si Pecundang yang mengira kalau dirinya lebih baik dari Pecundang lainnya karena Ia sadar akan hal itu, Cowok suram yang menghibur dirinya dengan kepuasan diri tingkat rendah.

Itulah diriku.

“Mana mungkin… orang seperti itu cocok untuk menjadi anggota OSIS, ‘kan?”

Terlebih lagi, bahkan menjadi wakil ketua OSIS.

Aku tahu ini – tepatnya karena aku tidak bisa menolak permintaan Yuuki, menjadi rekannya dan Wakil Ketua OSIS sekolah menengah tanpa berpikir.

Jabatan tersebut bukanlah posisi yang bisa kau dapatkan tanpa hasrat mau pun tekad yang kuat.

Pada saat pemilihan dimana Yuuki terpilih menjadi Ketua OSIS, aku melihat sosok kandidat lainnya yang menangis di belakang Auditorium.

Aku mengkhianati harapan orang tuaku,”

Aku tidak yakin ekspresi macam apa yang harus aku tunjukkan saat pulang nanti.”

Gadis yang menangis tersedu-sedu di depan teman-temannya yang merupakan –sesama– rekan yang aktif dalam berbagai kegiatan OSIS selama 1 tahun terakhir.

Sosoknya yang berpura-pura tegar di hadapan Yuuki dan saling memuji atas persaingan bagus satu sama lain, membuatku merasa shock sekaligus bersalah.

Yuuki juga sama, dia mengemban harapan dari Keluarga besarnya.

Tapi bagaimana denganku?

Aku, yang menjadi Wakil Ketua OSIS hanya karena kasih sayang Keluarga dan rasa bersalah terhadap Yuuki?

[LN] Tokidoki Busotto Roshia-Go De Dereru Tonari No Alya-SanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang