PDIS || 04

1.8K 118 5
                                    



Di ruang dosen.

Drttt... Drttt....

Suara getaran ponsel milik seorang pria yang tengah sibuk dengan laptop di depannya terdengar. Namun karena terlalu fokus, ia masih tak menyadarinya hingga seseorang memberitahu nya.

"Permisi pak Alif, sepertinya ada yang menelpon anda," ucap perempuan yang mejanya tak terlalu jauh dari tempat Alif.

"Hm," dehem Alif singkat, lalu segera mengangkat telponnya yang terus bergetar.

"Hm?" dehem Alif datar.

"......"

"Tapi saya sedang berada di kampus,"

"......"

"Baiklah setelah urusan saya di sini selesai, saya akan segera ke sana." lalu Alif memutuskan panggilan sepihak.

Alif kembali berkutat dengan laptop yang ada di hadapannya. Namun, lagi-lagi suara perempuan yang ada di sampingnya kembali terdengar, membuat Alif berdecak kesal.

"Pak Alif tidak pergi ke kantin dulu?" tanyanya lagi, sebut saja nama perempuan itu Dita.

"Tidak," balas Alif singkat.

"Saya mau ke kantin, mending kita ke kantin dulu, saya liat-liat pak Alif belum sarapan sejak pagi," lagi-lagi suara Dita menganggu konsentrasi Alif.

"Kamu pergi saja, saya belum lapar," tolak Alif dengan wajah datar.

"Ayolah pak Alif, saya juga tidak ada temannya." Dita yang terus memaksa membuat Alif menggeram tertahan.

Karena tak ingin lagi mendengar suara Dita yang terus memaksanya, akhirnya Alif mengiyakan saja, jika saya ia tak ingat jika Dita adalah seorang perempuan, mungkin sudah sejak tadi Alif membentaknya. Namun ia tak ingin melanggar prinsipnya sendiri, ia tak ingin bersikap kasar pada seorang perempuan, karena menurutnya perempuan itu harus di jaga, bukan untuk di kasarkan. 

"Hmm,"

Setelah itu keduanya berjalan bersisihan menuju kantin.

Tak jarang para mahasiswi menyapa Alif saat berlintasan dijalan. Namun sang empu hanya acuh.

Setibanya di kantin, keduanya memilih duduk ku kursi yang berada di tengah-tengah kantin, bukan Alif yang ingin duduk di sana, awalnya ia menolak namun Dita kekeuh untuk duduk disana. jujur Alif sangat risih diperhatikan banyak orang, namun karena tak ingin berdebat akhirnya ia mengiyakan saya.

Seorang ibu-ibu kantin menghampiri mereka. " Mau pesan apa, pak, buk?" tanyanya sopan.

"Saya pesan Mie ayam sama soto, terus minumnya jus alpukat," ucap Dita, lalu melirik ke arah Alif, "kamu pesan apa pak Alif?" tanya Dita.

"Samakan saja," Dita mengangguk.

"Ngomong-ngomong pak Alif sudah punya pacar?" tanya Dita spontan.

Alif sedikit terkejut atas pertanyaan Dita yang tiba-tiba.

"Untuk apa kamu tau?" tanya Alif datar.

Dita nampak menatap Alif tak enak. "Maaf pak Alif, saya cuma bertanya." kata Dita tersenyum tak enak.

Alif tak membalas ucapan Dita, ia sibuk dengan ponsel yang ada di tangannya.

Tak lama ibu-ibu kantin datang membawakan pesanan mereka.

"Ini pesanannya pak, buk," ucapnya sambil meletakkan pesanan keduanya.

"Terima kasih,"

Lalu Alif segera menghabiskan makanannya, ia sedikit tak suka makan berdua dengan Dita, apalagi banyak pasang mata yang menatap ke arah mereka.

PAK DOSEN ITU SUAMIKU!Where stories live. Discover now