TLIMH || 18

1.7K 120 5
                                    

Maaf guys, up nya lama><

Happy Reading!!

"Memberi kesempatan pada orang yang melakukan kesalahan bukan suatu hal yang buruk, karena pada dasarnya semua manusia itu tidak ada yang sempurna" ~ Fvekbel26



"Btw sejak kapan lo pake cincin, Wa?" tanya Vanessa mengamati cincin di jari manis Salwa.

Salwa yang tengah menulis, seketika tersedak air liurnya sendiri mendengar pertanyaan Vanessa.

"Hati-hati, Wa," ujar Abel sambil menepuk-nepuk pelan pundak Salwa.

"Oh iya, gue baru sadar kalo lo make cincin. Emang sejak kapan lo make cincin?" lanjut Abel penasaran. Matanya memicing menatap Salwa penasaran.

Salwa menggerutu dalam hati bingung harus memberikan alasan apa. Biasanya cincin nikahnya selalu ia lepaskan jika ingin ke kampus. Namun, hari ini sepertinya Salwa lupa melepaskan cincin itu.

"Ini hadiah dari bunda," alibi Salwa gelagapan.

"Tapi kayak cincin nikah loh, Wa." Vanessa memicingkan matanya menatap Salwa penuh selidik. Yang di angguki Abel.

Salwa kian gelagapan saat Abel dan Vanessa mendekatkan wajah pada Salwa. Mata kedua gadis itu menatap Salwa penuh kecurigaan. Apalagi saat melihat gelagat aneh Salwa.

"Ga usah deket-deket, ish," jengkel Salwa menjauhkan kedua wajah gadis itu.

Salwa menghela nafas panjang. Sebenarnya Salwa sudah lama ingin memberitahu kedua temannya ini. Salwa sering kali merasa bersalah karena terus berbohong pada Abel dan Vanessa. Rasa takut selalu Salwa rasakan saat melihat wajah Abel dan Vanessa. Salwa takut jika Abel dan Vanessa akan memandangnya jijik setelah mengetahui semuanya. Lalu meninggalkan Salwa sendiri. Rasa itulah yang selalu menghantui Salwa saat kerap kali ia mempunyai niat untuk memberitahu kedua temannya.

"Oke, aku akan jujur," cicit Salwa pelan.

Gadis itu melirik sekitar memastikan tidak ada orang di sana. Karena posisi mereka saat ini sedang berada di dalam kelas.

"Sebenarnya aku udah nikah," bisik Salwa pelan.

Dalam hati Salwa berdoa agar kedua temannya tidak berteriak heboh seperti di novel-novel yang sering ia baca.

Sedangkan Abel dan Vanessa masih terdiam mencerna ucapan Salwa barusan. Otak mereka masih belum loading dengan beberapa saat.

Di luar dugaan hingga seperkian detik, tawa Abel dan Vanessa menggelegar memenuhi seisi ruangan. Untung saja di sana hanya ada mereka karena yang lainnya telah lama pergi ke kantin.

Abel mengusap sudut matanya yang berair karena terlalu keras tertawa.

"Ngadi-ngadi lo, Wa. Orang lo pacaran aja ga pernah, yakali lo udah nikah." Abel terkekeh geli merasa tak percaya dengan ucapan Salwa.

"Halu lo, Wa," timpal Vanessa terkekeh geli.

Salwa berdecak kesal. "Yaudah kalo ga percaya," jengkel Salwa. Sudah diberitahu, dikatai halu pula. Benar-benar Salwa di buat jengkel dengan keduanya.

Baik Abel maupun Vanessa, keduanya yang semula menatap Salwa tak percaya, kini kembali mendekatkan kursi mereka agar lebih dekat dengan Salwa. Tak lupa tatapan serius di wajah keduanya.

"Serius lo, Wa?" tanya Vanessa tak yakin.

"Iyalah, ngapain juga aku bohong." Salwa memutar bola mata malas.

"Lo nikah sama siapa? Terus kenapa lo tiba-tiba udah nikah dan ga ngundang kita?" Todong Abel dengan pertanyaan bertubi-tubi.

Salwa terdiam sejenak. Menatap Abel dan Vanessa dengan tatapan tak terbaca. Hingga gadis itu menghembuskan nafas pelan.

PAK DOSEN ITU SUAMIKU!Where stories live. Discover now