Kupu-kupu Pertama

1.2K 188 17
                                    

"Kania tuh lewat." Eric menyenggol Damian disampingnya ketika mereka bertiga—bersama Zello juga— sedang duduk di kantin sembari menyantap makanannya.

"Masih suka Kania, lo?" Zello menoleh kearah perempuan yang dimaksud sebelum bertanya pada Damian.

"Belum putus anjir dari pacarnya. Cape gue nunggunya." Damian kembali menyantap bakso dihadapannya tanpa peduli dengan perempuan yang sedang duduk di taman sekolah dekat kantin yang menjadi objek pembicaraan teman-temannya.

"Langgeng juga ya mereka. Siapa sih pacarnya?"

"Mario." Jawab Damian singkat.

Eric terkekeh. "Dendam banget kayaknya lo sama si Mario."

"Kalo kalah perang emang biasanya gitu." Eric dan Zello kemudian tertawa bersama setelah berhasil menjahili Damian disana.

"Tapi..." Kemudian Damian mengehentikan aktivitasnya dan mulai berbisik. "Kayaknya gue punya target baru deh sekarang."

Eric terkejut. "Serius lo? Siapa-siapa?"

Damian tersenyum dan netranya kembali kearah Kania yang sedang duduk bersama teman-temannya.

Zello dan Eric pun mengikuti. Menatap para gadis disana yang sedang bercengkrama dengan bahagia.

Tunggu. Kenapa tiba-tiba perasaan Zello jadi tidak enak?

"Temennya Kania?" Lebih lagi Eric ikut mempertegas perasaannya.

"Sinthya?" Tebak Zello

"Bukan." Setelahnya Zello diam. Kembali kearah Kania dan teman-temannya.

Jika bukan Sinthya maka,

"Lo suka sama Gisa, Dam?" Eric terkejut. "Jauh banget dari Kania ke Gisa?"

"Emang kenapa?" Damian bertanya tidak terima.

Mendapati perkataannya salah arti, Eric buru-buru mengoreksi. "Maksud gue berkebalikan banget, njir. Kania kan orangnya friendly, terbuka, asik gitu sama orang-orang. Nah sedangkan Gisa, dia tuh cewe pendiem yang nggak suka keliatan. Tertutup banget itu orang."

"Nah justru itu." Damian menjentikkan jarinya. "Gue butuh suasana yang beda."

Eric menggelengkan kepalanya. "Ada-ada aja lo."

Damian terkekeh senang. "Menurut lo gimana, Zell?"

"Siapa?"

"Gisa."

Zello mengangkat bahunya. "Nggak tau. Gue nggak kenal."





Setelah mengantar buku-buku pelajaran ke perpustakaan untuk membantu gurunya, Zello memutar arah sebelum kembali ke kelasnya.

Langkahnya ia bawa perlahan dengan telinga tertutup earphone dan tangan yang sibuk pada ponsel yang dibawanya.

"Eh, eh, maaf."

Langkah Zello berhenti ketika seseorang hampir saja menabrak tubuhnya karena buku bertumpuk yang dibawa orang tersebut.

"Kalo jalan liat-liat."

"I—iya, maaf." Zello mendongak dan akhirnya mengetahui siapa lawan bicaranya disana. "Kalo gitu gue permisi dulu."

"Tunggu."

Dengan hembusan nafas, akhirnya Zello berbalik dan mengambil setengah buku yang di bawa perempuan tersebut. "Biar gue bantu."

"Eh, nggak usah."

"Dan biarin lo nabrak orang lagi?" Kemudian perempuan itu bungkam. Berakhir membiarkan Zello untuk membantunya.

"Kenapa sendiri? Temen-temen cowo lo mana?" Zello bertanya dengan tanpa memandang lawan bicaranya.

Dangerous Butterfly | JENSELLEWhere stories live. Discover now