Melarikan diri

1K 165 11
                                    

"Gisa, Gisa, Gisa!"

"Apa sih?!" Namun Kania segera membawa Gisa bersembunyi dibalik tembok.

"Damian."

Setelahnya mata Gisa melotot ketika nama itu keluar dari bibir cherry Kania.

"Disini?" Gisa berbisik. Dan Kania juga melakukan hal yang sama. "Iya."

"Ya ampun... Ayo kabur."

Kemudian keduanya pergi kearah yang berlawanan.

Gisa tak tau kapan itu dimulai, tapi tiba-tiba saja laki-laki bernama Damian dari kelas sebelah itu sudah melakukan pergerakan untuk mendekatinya.

Dimulai dari mengirim pesan, menyapa, bahkan Damian juga tak segan-segan untuk berbincang ketika ada kesempatan.

Membuat pembawaan Gisa yang tenang di sekolah seketika terguncang. Karena ada saja kelakuan-kelakuan yang tidak bisa diprediksi oleh Gisa dari laki-laki itu.

"Gila! Cape banget main kucing-kucingan sama tuh cowo."

Kania bersandar pada tembok samping wastafel setelah Sinthya yang melihat keduanya sedang sembunyi-sembunyi segera menggiring mereka ke arah toilet khusus perempuan.

"Damian lagi ya?" Keduanya mengangguk. "Beneran suka sama Gisa?" Kali ini hanya Kania yang mengangguk.

"Astaga, emang kenapa sih? Caranya aneh buat deketin lo, Gis?" Gisa hanya diam dan membiarkan Kania untuk menjadi juru bicaranya.

Sinthya, Kania dan Gisa memang sudah berteman dari awal mos berlangsung. Ketiganya juga mendapat kelas yang sama ketika kelas 10, namun sayangnya, ketika kenaikan kelas 11 Sinthya terpisah dari Kania dan Gisa.

"Bukan aneh loh, Sin. Tapi agresif! Lo tau kan setenang apa Gisa di sekolah? eh tiba-tiba Damian dateng. Berasa diobok-obok tuh ketenangannya Gisa."

"Haha, bahasa lo diobok-obok." Sinthya tertawa. "Tapi Damian cakep loh, Gis."

Gisa tau dan ia juga tak mengelak. "Tapi kan dulu dia ngejar Kania."

"Oh iya!!!" Ketiganya tiba-tiba teringat akan kenangan masa lalu itu. "Kok gue lupa ya?"

Kania kemudian berdecih. "Dia nggak bermaksud buat gue cemburu kan ya?"

"Emang lo suka Damian?" Kania menggeleng. "Sayangnya gue sebucin itu sama Kak Mario."

"Nah, jadi mungkin aja si Damian emang bener-bener mau ngejar Gisa."

"Tapi bukan sebagai pelampiasan, kan?" Tanya Gisa spontan.

"Kalo itu, gue nggak tau."





Tok. Tok. Tok.

"Iya, Mah." Gisa turun dari kasur dan membuka pintu kamarnya dengan cepat. "Kenapa—"

"Gis." Gisa bungkam. "Gue disuruh Mamah lo buat nganter lo ke butik." Lanjutnya ketika melihat Gisa hanya terdiam ditempatnya.

'Aish, Mamahhhh.'

Gisa menggerutu sesaat sebelum kembali berpaling dan memaksakan senyumnya. "Beneran nggak papa?"

Zello mengangkat bahunya tak masalah. "Gue juga udah disini."

"Oh ya udah, gue siap-siap dulu sebentar yaa."

"Ok." Zello mengangguk dan setelahnya kembali turun untuk duduk di ruang tamu. Meninggalkan Gisa yang tiba-tiba heboh di kamarnya setelah pintu kamarnya tertutup dengan rapat.

"Gila, gila, gila."

Gisa masih berputar-putar mengelilingi kamarnya dengan langkah cepat. "Bisa-bisanya..." Kemudian badannya ia arahkan ke arah pintu, "Dia bersikap biasa ajaaa."

"Huh."

Tubuhnya ia banting ke kasur dengan lambat. "Ada ya orang yang bilang tertarik tapi kelakuannya biasa aja kaya Zello?"

Dengan tatapan kosong kearah langit-langit kamarnya, tangan Gisa naik dan berhenti di jantungnya. "Lo nggak papa kan, Gis?"

Tapi sepertinya ia tak baik-baik saja. Entah perasaan apa yang sedang dirasakannya, yang pasti Gisa tau ada yang salah dengan dirinya setelah pengakuan tak terencana dari Zello Minggu lalu.

'Tunggu! Apa dia juga tertarik pada Zello?'


MINGYU AS MARIO (PACAR KANIA)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

MINGYU AS MARIO (PACAR KANIA)

Jadi pilih yang mana, Gis?

Penulis,

Rose

Dangerous Butterfly | JENSELLEWhere stories live. Discover now