Cantik

635 94 7
                                    

"Zell, masih sama Gisa?"

"Zell, denger-denger lo pacaran sama Gisa yang anak Ipa itu ya?"

"Zell, kok lo mau sih pacaran sama Gisa?"

"Cantikkan juga si Fania anak kelas sebelah, Zell."

"Zell—"


-


"Argh!"

Gisa terkejut bukan main ketika mereka sedang berdiam diri di gazebo belakang rumah Gisa, Zello tiba-tiba berteriak tanpa sebab.

"Kenapa sih?"

Zello melirik Gisa tajam dari posisi tidurnya sebelum mendesah lelah.

"Kenapaaa?" Melihat sikap Zello yang tidak seperti biasanya disana membuat Gisa penasaran.

"Hei." Dari posisi duduknya, Gisa melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Zello yang masih saja diam tak ingin menjawab.

Hari ini kedua orang tua Gisa pergi hingga larut malam, oleh karena itu mamahnya tercinta menitipkan Gisa pada Zello walaupun sebelumnya Gisa sempat menolak dan merasa bahwa ia sudah bukan anak kecil lagi yang harus dititipkan pada seseorang.

Gisa sudah besar. Ia sudah bisa menjaga dirinya sendiri. Namun tittle anak satu-satunya dan berjenis kelamin perempuanlah yang membuat kedua orangtuanya ekstra protective padanya. Mereka hanya tak ingin anak satu-satunya itu kenapa-kenapa.

Walaupun sebenarnya banyak niat terselubung yang dilakukan mamahnya ketika melihat situasi dimana Gisa terjebak diposisi sendirian. Maka dengan cepat, Mamahnya akan memanggil Zello untuk menjaganya.

Karena itu lah kini Zello berada di rumahnya meski malam sudah semakin larut.

"Zello!" Bibir Gisa sudah mengerucut sebal. Laki-laki itu tetap tutup mulut meski dirinya sudah memanggil namanya berkali-kali. Membuat rasa penasaran didiri Gisa terus meningkat berkali-kali lipat.

"Nggak papa."

"Ya Tuhan..." Gisa segera menghela nafas ketika mendengar kata itu yang keluar dari bibir kekasihnya. "Kamu bukan cewe yang jawab nggak papa, terus tiba-tiba aku tau jawabannya ya, Zello."

Zello menoleh. Bukannya menjawab Gisa yang sedang frustasi dengan dirinya, Zello malah lebih memilih menikmati waktunya untuk memperhatikan kekasihnya tersebut.




Cantik.




Senyum Zello tersungging. Mereka sudah berpacaran selama sebulan lebih, namun kenapa baru kali ini Zello benar-benar memperhatikan kekasihnya tersebut?

Gisa yang melihat kelakuan aneh Zello disana seketika memutar matanya jengah dan memukul lengan Zello dengan bantal yang ada dipangkuannya. "Nggak usah senyum-senyum sendiri kaya orang gila gitu!"

"Aw."

Zello terkejut dengan serangan tiba-tiba dari Gisa disana, namun hal tersebut tak bertahan lama, karena kini dirinya sudah kembali menyunggingkan senyumnya yang membuat Gisa benar-benar frustasi.

"YA TUHAN, ZELLO!!! KAMU TUH SEBENERNYA KENAPA SIHHH???"

Zello masih tersenyum sebelum dirinya bangun dan duduk dihadapan Gisa.

"Apa!" Dingin Gisa.

"Kamu cantik."

"Eh." Pipi Gisa memerah dengan keterkejutannya.

Dan Zello yang melihatnya makin melebarkan senyumnya itu. "Kamu cantik, Gisa."

Wajah Gisa menunduk. Matanya pun ikut menatap arah lain. 'Zello tuh kenapa sih? Suka banget ngasih serangan tiba-tiba gini?!'

"Gis?"

"Hm." Walaupun merespon, Gisa tetap pada posisi menunduknya.

"Tatap aku dong."

"Nggak mau."

Wajah Zello berubah sedih. "Kenapa?"

"Aku lagi salting."

Kemudian kekehan Zello terdengar merdu di telinga Gisa. Laki-laki itu memang dulunya adalah orang yang dingin, namun ketika status mereka berubah, kenapa Zello menjadi orang yang sangat ekpresif seperti ini?

Tersenyum, tertawa, cemburu, merajuk. Semua yang tak pernah terlintas tiba-tiba terlihat begitu saja ketika mengenal lebih jauh dari diri seorang Zello.

Laki-laki itu aneh, namun Gisa suka.

"Gisa."

Apalagi panggilan yang terasa sangat lembut itu. Gisa benar-benar menyukainya!

"Aku mau bilang sesuatu."

Dengan perlahan Gisa mendongak. Penasaran dengan apa yang ingin laki-laki itu katakan padanya. "Apa?"

"Mau orang bilang apapun tentang aku, jangan pernah percaya selain dari mulut aku sendiri, okay?"

"Kenapa?"

Dengan tangannya, Zello menggapai tangan Gisa yang berada diatas bantal. Meraihnya dengan lembut dan menyelipkan jari-jarinya ke sela-sela ruas jari milik Gisa.

 Meraihnya dengan lembut dan menyelipkan jari-jarinya ke sela-sela ruas jari milik Gisa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Zello mengikatnya.

"Karena hubungan ini, cuma kita yang bisa rasain."

"Zello."

Zello tersenyum. "Aku sayang kamu, Gis. Dan aku serius."

Gisa tersipu. Namun ia juga senang mendengarnya.

Kupu-kupu diperutnya mulai kembali berterbarangan hingga rasanya Gisa benar-benar bisa terbang hanya karena kata-kata manis dari bibir Zello disana.

"Gisa—"

"Aku juga kok." Gisa tersenyum hingga matanya terasa menghilang dari wajahnya. "Aku juga sayang, Zello."



-



Aduhhhh. Tidak ingin berkata-kata

Authornya ikut salting, mohon maaf 🙏🏻

Penulis,



Rose

Dangerous Butterfly | JENSELLEWhere stories live. Discover now