Cintamani(Pantun)

18 3 0
                                    

Sungguh masam mangga pauh,
tak semanis susu pekat,
dia semakin jauh,
bukannya mendekat,

Bulan dilangit begitu indah,
suasana kampung begitu riuh-rendah,
pokok tinggi pokok rendah,
aku tak suka menjadi rendah,

Tingginya pokok damar,
rendahnya pokok bunga mawar,
andai dia datang melamar,
tak usah lagi hatiku di tawar,

Ku terhimpit di jalan tengah,
aku bukanlah angah,
namun aku sulung,
bahkan harus menjadi terulung,

Ku bersiar-siar menaiki motor,
hingga tersimbah air yang kotor,
ku tertawa saat melihat diriku,
tiba-tiba dia muncul dihadapan ku,

Dia yang kurasa jauh,
hingga tak dapat rasanya ku gapai,
ternyata tidak begitu jauh,
hingga aku harus tergapai-gapai,

Diriku terkejut sembari melihat dia,
seakan-akan dunia berhenti seketika,
mataku bertentangan dengan si dia,
begitu lama hingga terleka,

Kian lama tak berjumpa,
terkejut aku ia tunjukkan rupa,
seperti melihat seorang raja
aku teruja walau hanya seketika saja,

Kayu ditebang menjadi papan,
menyeberang sungai harus bersampan,
tampan rupawan wajahnya,
hingga aku tak bisa lupakannya,

Hari jumaat memotong kuku,
hari wesak makan muruku,
memandang dia aku terpaku,
terobatlah sudah rinduku,

Berjalan kaki ke bukit idaman,
budak bermain-main di taman,
berjalan aku cari tempat yang aman,
hanya dialah jejaka idaman,

Ku temui cintamani,
bagai sinar mentari,
hanya dia ingin kutemani,
tanpa harus berlari-lari.

-Zu

Ungkapan CintaWhere stories live. Discover now