09

125 19 6
                                    

🍃🍃🍃

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🍃🍃🍃

Sudah jalan 6 bulan sejak kejadian Faridz mati suri. Sekarang kondisinya bisa dikatakan cukup baik, ia mulai bisa berdiri dan melangkahkan kakinya walaupun pelan-pelan. Ia sudah tak butuh kursi roda lagi, ia juga jarang dibantu kakaknya. Sekarang alat yang selalu ada dalam genggamannya adalah kruk. Ingatannya juga sedikit-sedikit kembali, tapi Faridz selalu merasa kesakitan jika otaknya merekam memori lampau lagi. Apalagi, jika ingatan itu berhubungan dengan ibunya, Faridz sering tiba-tiba menangis atau ketakutan.

Sekarang ia sedang bersiap-siap turun karna Farel sudah memanggilnya untuk makan malam. Sebenarnya Faridz terlalu takut untuk berhadapan dengan keluarganya, terlebih lagi ibunya, karena ternyata dia lebih tenang sendirian di kamar dari pada dekat dengan orang yang tak mau menerimanya, yang marahnya selalu berlebihan ketika ia melakukan kesalahan kecil, yang tatapannya mengisyaratkan rasa ketidaksukaan padanya. Tapi mau bagaimana lagi? Faridz hanya menghargai ajakan Farel. Jujur saja ia tak memercayai siapapun kecuali kakaknya itu, makanya sedari awal ia bangun dengan kondisi amnesia-dirinya selalu menjaga jarak dan berusaha sebisa mungkin agar tak menimbulkan masalah.

"Faridz cepetan turun," teriak Farel dari dapur. Dengan gesit remaja itu mengambil kacamatanya dan juga kruknya, ia mulai menuruni tangga dengan hati-hati.

Suasana yang tampak hangat tiba-tiba berubah menjadi dingin kala Faridz duduk untuk bergabung dalam acara makan malam itu. Ameena yang tadi mengumbar senyum jadi jutek dan sinis, seperti sikap Squidward ketika Spongebob datang dan mengganggunya. Hanya saja Faridz bukan pengganggu, dia lebih cocok dikategorikan sebagai korban. Korban kebucinan aku misalnya.

"Malem Ma, Pa," sapa Faridz sumringah. Farel ikut tersenyum. "Ayo Ridz, hari ini mama masak banyak," kata Farel sambil menyodorkan piring.

Dilihatnya lauk pauk yang memanjakan mulut. Sayang, tak ada satu menu pun yang bisa Faridz makan. Semuanya bukan seleranya, ibunya memasak makanan yang ia tak bisa memakannya. Ia melamun beberapa detik sampai akhirnya piring yang tadi ia angkat kembali disimpan.

"Kenapa ditaruh lagi? Lo nggak mau makan? Atau ngerasa sakit?" tanya Farel yang kebingungan.

"Eh, i-ini Kak, sebenernya aku masih kenyang. Jadi belum mau makan aja," jawabnya bohong.

"Loh kenyang? Emangnya lo habis makan apaan? Kita kan makan baru sekali doang, pas pagi. Makan ah cepet, walaupun gak laper, paksain aja."

"Gak usah dipaksa orang yang gak bisa ngehargain masakan orang lain. Biarin aja dia gak usah ikut makan. Gausah dimanja," sosor Ameena dengan nada tak mengenakkan.

"Ma, jangan mulai lagi, Faridz bukannya ngga ngehargain masak-"

"Ngga pa-pa Kak, aku naik lagi aja ya ke kamar? Udah ngantuk juga soalnya," sela Faridz menghindari masalah baru. Ia akhirnya bangkit dan pergi ke kamarnya dengan perasaan sedih.

Faridz & Farel [ Chansoo ] ✅Where stories live. Discover now