Helios dan kesalahannya

131 58 191
                                    

Anya terus menekan bel di samping pintu cat cream itu, beberapa kali ia mencoba menelfon sang sahabat namun tidak ada satupun panggilan yang di terima.

Niat hati ingin memiliki sopan santun, namun karena sudah terlanjur kesal ia membuka pintu itu dengan kasar lalu berlari masuk mengelilingi ruangan demi ruangan mencari sang tuan muda.

Sayangnya, langkah kaki yang tergesa-gesa saat akan menaiki tangga itu mengakibatkan dirinya jatuh dan menabrak ember berisi air kotor.

Helios mengangkatnya sebelah alisnya, melihat sang sahabat yang terjatuh dengan tidak elit di hadapannya. Lagian, siapa yang menyuruh Anya berlarian seperti orang hutan disaat dirinya sedang membersihkan lantai karena hukuman sang bunda?

"Apa Lo Bajigur?!" Ucap Anya ngegas, Helios yang tak paham melemparkan pertanyaan yang membuat emosi Anya di ubun-ubun.

"Apa?" Satu kata namun sangat menyebalkan, Anya mendelik lalu memekik keras.

"NISCALA TANGGUNG JAWAB LO!" Hesti---bunda Helios Niscala segera datang menghampiri Anya. Setelah mendengar teriakkan tersebut.

"Loh, sayang kenapa kamu duduk di bawah?"

"Bunda, aku jatuh tapi Niscala ga bantu aku ih sebel." Rengekannya membuat Helios mau tak mau mengulurkan tangannya membantu Anya. Ia kira hanya perlu membantunya berdiri lalu pegangan tangan ini di lepaskan. Namun, sayangnya tak sesuai ekspektasi. Anya yang belum siap kembali terjatuh membuat kakinya terkilir hingga teriakan itu kembali terdengar.

"NISCALA BAJIGURR!!" Bunda Hesti yang melihatnya segera memelototi anak bungsunya yang terlihat tidak memiliki rasa bersalah.

"Ya ampun kaina sayang, Niscala gendong kaina!" Panik bunda Hesti membuat Helios menghela nafas, ia mengangkat Anya kedalam gendongan ala bridal style lalu membawanya menuju kamar tamu.

Anya mengusap air matanya setelah Helios menurunkan dirinya secara perlahan di atas kasur, jujur saja kakinya begitu sakit. Sekarang warna ungu kebiruan bahkan sudah terlihat.

"Mak Ijah sudah bunda minta kemari, tenang ya sayang." Tangis Anya yang tinggal sesenggukan itu membuat Helios menghela nafas. Bunda Hesti segera keluar untuk mengambil air putih.

"Maaf ya na, tadi gue ga sengaja." Ucap Helios lembut, menarik Anya kedalam pelukannya.

Terlanjur kesel dengan Helios, Anya menggigit bahu kekar tersebut.

"Sshh" hanya desis dan ringisan yang bisa Helios keluarkan, memang salahnya kan? Jadi ia akan mencoba menerima gigit itu.

"Lo nyebelin banget, kalau tulang kaki gue patah gimana? Hiks" Helios terkekeh pelan, salah Anya juga yang ceroboh.

"Amputasi, simpel kan?" Gumam Helios membuat Anya menjerit kembali menangis.

"BUNDAA NIKAHIN AJA NISCALA SAMA JANDA PIRANGG!!!"

★★★

"GAMAU INI SAKIT IH"

"JANGAN DI PEGANG AAAAAA"

"HIKS TOLONGGGG!!"

"A-aku berasa simulasi pindah alam hiks"

Kamar tamu bernuansa baby blue ini begitu heboh dengan teriakan dan tangisan histeris dari Anya.

Helios memperhatikan sahabatnya yang menangis di pelukan sang bunda, bersama Mak Ijah yang sedang mengurut pergelangan kaki Anya.

Krekk...

"AAAAAAAAAAAA UDAHH MAMAA SAKITTTTT NISCALA BICTH PAKYOUUUUUU!!!" Rachel, kakak kedua Helios terkekeh Pelan menatap sahabat adiknya. Di genggaman tangannya terdapat handphone yang merekam kegiatan Anya yang menangis saat ini.

FRIENDSHITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang