Janji Senja

67 41 125
                                    

Helios menghampiri Anya yang terlihat sedang mengomel sendiri, hari ini Helios ingin mengajak Anya untuk menikmati keindahan senja di Pantai.

"Na, sibuk?" Kepala Anya mendongak lalu menggeleng. Segera Helios mengambil duduk di samping Anya. Mereka duduk dengan posisi kaki bersila di gazebo belakang rumah Anya.

"Ca! Gue lagi betmut banget tau hihh!"

"Ayo cerita, kenapa?"

Dengan emosi yang menggebu-gebu, Anya menceritakan ulang novelnya yang ia baca. Buku dengan sampul berwarna navy itulah yang membuat Anya emosi.

"Mereka emang enggak mikir ya? Kasian banget tokoh kesayangan gue Nisca. Tokoh utamanya laki-laki itu, Pandana namanya. Di panggil Panda lagi. Dia enggak suka sama kebijakan orang-orang yang sok gitu loh. Ini latarnya zaman kerajaan, terus si Panda ini bersekongkol sama beberapa temennya buat memberontak. Gila aja mereka mau diem sama penjajah! Kebijakannya aja duh, enggak banget!"

"Kenapa tempat si Panda di jajah?"

"Karena tempat mereka kerajaan yang kalah dalam peperangan!" Jawab Anya dengan sewot.

"Endingnya gimana?"

"Habis! Beneran di penggal kepala Panda waktu itu. Masa ya Nisca, ada kebijakan dimana kalau orang tua, tinggal sama orang tua dan para anak di pisah gitu. Padahal di kerajaan sendiri loh, jadi ada tembok tinggi buat sekat kehidupan anak kecil dan orang dewasa. Bayi baru lahir juga di asingkan! Terus kekayaan kerajaan juga di rampas!" Dengan menggebu-gebu Anya menjelaskan pada sahabatnya, Helios.

"Kekayaan apa?"

"Banyak! wilayah strategis, rempah-rempah berlimpah yang belum tentu ada di kerajaan lain gitu. Tumbuhan buat obat, pokoknya kekayaan alam yang banyak."

"Sedikit mirip cerita di negara Indonesia ya?" Pertanyaan Helios membuat Anya menoleh, tangannya di taruh di atas dagu. Kerutan di keningnya menandakan ia sedang berpikir.

"Cerita yang mana?" Pada akhirnya, Anya kembali bertanya.

"Pieter Erberveld"

"Tokoh yang di hukum mati sama si bajigur VOC itu? Yang 1721 bukan tahunnya? Gara-gara di anggap memimpin konspirasi melawan  kekuasaan kolonial Belanda?"

"Nah, itu Lo tau. Lo tuh pinter sebenarnya, tapi kebanyakan males."

Ucapan Helios yang sarkasme membuatnya cengengesan.

"Gue kalau mapelnya sejarah gue maju paling depan, karena masa lalu emang harus di kenang terus di jadikan pelajaran bukan di buang ya kan?" Alis Helios terangkat kemudian berucap.

"Tapi, Lo enggak punya mantan di masa lalu buat di kenang. Lo cuma punya gue di masa depan buat di jaga Na!"

Anya melotot lalu memukul pelan bahu kekar Helios.

"Laki-laki harus banget ya, di jaga?"

"Iyalah! Laki-laki itu enggak boleh di rusak Na! Lo tuh, tiap hari KDRT mulu."

"Hah? KDRT apaan?"

"Kekerasan dalam rumah teman!"

Mendengus, karena merasa pembicaraan ini sudah tidak nyambung Anya Menganti topik.

"Jadi, Kenapa sama  Pieter Erberveld?"

"Nilai sejarah Lo enggak pernah di bawah 95, coba Lo ceritain ke gue. Nanti kalau bener, gue kasih hadiah deh. Atau Lo boleh minta apa aja. Deal?"

"Deal"

Mereka berjabat tangan, terlebih Anya yang sangat antusias.

"Pieter Erberveld salah satu tokoh paling kontroversi di Indonesia! Mas Pieter ini orang Indonesia, Jerman-siam yang kerja di Batavia."

FRIENDSHITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang