Winata peramal?

76 44 120
                                    

Hari ini kelas 12 Bahasa sedang jam kos, terlihat beberapa anak membuat kelompok dengan kesibukan lainnya diruang kelas itu.

Dibarisan depan dekat pintu ada beberapa anak perempuan yang sedang sibuk dengan alat make up-nya masing-masing, lalu di belakangnya terlihat beberapa laki-laki yang sibuk mengumpat saat bermain game.

Pada bagian belakang pojok, terdapat beberapa anak laki-laki yang sedang tidur, lalu di depan dekat dengan meja guru terlihat sekelompok anak laki-laki dan perempuan yang membentuk lingkaran sedang berbincang.

"Eh, serius Win? Coba ceritain dong." Mereka terlihat begitu serius mendengarkan Winata bercerita.

"Dulu, eyang gue kan emang orang pinter gitu. Sebelum meninggal karena anaknya perempuan semua dan cucu laki-lakinya cuma gue. Jadi, gue yang mewarisi segala ilmunya." Mata Anya membulat mendengar ucapan itu, ia jadi berpikir apakah ia juga punya memiliki ilmu semacam itu?

"Terus, ilmu apa aja yang Lo punya?" Tanya Tasya, si gadis berkacamata tebal dengan rambut yang selalu dikepang dua tersebut.

"Hmm, ini rahasia ya. Gue sebenernya bisa liat hal yang ga semua mata bisa liat, gue juga bisa ngeramal yang kaya dilan dan milea itu loh." Sahut Winata dengan suara yang sangat pelan.

"Ah, ga percaya gue. Musyrik banget sih!" Ujar Doni, anak laki-laki yang sangat menyukai tantangan itu terlihat tak percaya.

"Yakin? Oke, gue ramalan kalau semalem Lo di tolak Daisha."

Semua mata menatap Doni dan Daisha bergantian yang kini menatap tak percaya ke arah Winata.

"Anjir! Kok Lo tau sih, aelah wir." Ujar Doni yang kini terlihat kesal, dan menatap Winata berang.

"Kan, gue cuma bilang kalau gue bisa ngeramal."

"Kenapa Lo tolak Doni, sih?" Anya bertanya tak habis pikir pada Daisha yang kini cemberut.

"Ih, kita berbeda loh." Semuanya mengerutkan kening bingung, kecuali Doni dan Daisha.

"Coba jelasin bedanya dimana?" Tanya Tasya hati-hati, Winata mendengus lalu berucap.

"Doni kalau makan bubur diaduk, sedangkan Daisha kalau makan bubur tanpa diaduk. Doni suka minuman pait kaya jamu, sedangkan Daisha suka minuman manis kaya susu kotak. Doni cowo mamba, Daisha cewe kue. Doni suka tantangan, Daisha tipe cengeng yang penak---"

"STOP!" ucapan panjang lebar Winata terhenti karena pekikan Daisha bahkan membuat Zoya yang sedang memakai lipstik jadi tercoret.

"Sialan banget tuh Mak lampir" ucap Zoya pelan. Sedangkan Anya, Tasya, Elio melongo mendengar ucapan Winata. Doni terlihat menunduk lesu dan Helios hanya diam menyimak.

"Coba dong, ramal kemarin gue habis ngapain?" Tanya Elio menantang menatap sombong Winata. Melupakan percakapan sebelumnya.

"Lo kemarin Jalan sama kak Tia, kakaknya Tasya." Mendengar itu Tasya menatap tajam Elio yang kini gelagapan.

"Ehh, apa sih jangan sok tau deh." Jawabnya ketus namun semua bisa menangkap nada gugupnya.

"Oh! Jadi Lo yang bikin kakak gue semalem tantrum? Ganteng enggak, gembel iya. Cih!" Sewot Tasya membuat Elio meringis.

"Sorry, gue ga sengaja. Lagian Lo lebay amat bilang kakak Lo tantrum. Dia cuma nangis biasa kali," sahut Elio mendapat lemparan gulungan kertas dari Tasya.

"Okey, stop! Tolong terawang gue juga Win." Ucapan Anya membuat Helios menoleh lalu dengan santai menyentil jidatnya.

"Ish! Niska, Lo apaan sih. Sakit ini, dasar batu!" Umpat Anya membuat Helios menggeleng kepala, kembali mereka memperhatikan Winata yang hari ini terlihat normal itu sedang berpikir.

FRIENDSHITWhere stories live. Discover now