Azura Ayana Larasita

65 33 106
                                    

Di sinilah Anya dan Kanela berada, di depan rumah yang begitu sederhana. Anya menatap sekelilingnya, rumah ini, di bandingkan dengan tempat pembantu nya jauh sekali.

"Ma, mama ketemu calon adek dimana?" Kanela menolah, lalu tangannya menyentil dahi gadis itu.

"Udah jadi adek dong, bukan calon adek lagi." Jawabnya membuat Anya cengengesan.

"Nanti mama ceritain lagi ya, lagian sebelumnya kamu udah mama bilang bakal tau jawabannya kalau udah dewasa. Yang jelas, sekarang kita beneran jemput adek kamu." Ucapan selanjutnya dari sang ibu membuat Anya mengangguk.

Tangan Kanela mengetuk pintu yang terbuka dari triplek tersebut.

"Ma, surat-surat adopsinya emang udah selesai?" Kembali menoleh, Kanela mengangguk lalu kembali mengetuk.

"S-sebentar" sahutan dari dalam membuat Anya merasakan jantungnya berdegup kencang.

Klek...

Pintu tersebut terbuka, menampilkan gadis berambut panjang sepinggang dengan wajah mungil nya.

Mata Anya berkedip, Anya meneliti kembali gadis di hadapannya. Tingginya masih di bawah dirinya, kulitnya kuning Langsat sedikit kusam, alisnya tebal, bulu matanya lentik, bibirnya tipis dan pipi nya yang seperti bakpao!

"Lucu banget!!" Pekik Anya tanpa sadar, sang ibu terkekeh. Gadis di depan Anya menoleh ke asal suara, namun tatapan matanya kosong, hanya matanya seolah mengarah pada Anya.

"Hallo anak manis, Tante kembali ke sini lagi." Bibir tipis itu menyungging senyum manis. Bahkan, pipinya bersemu kemerahan karena malu.

"Nak, ini Tante ke sini sama anak Tante. Namanya Anya Kaina."

Segera Anya mengulurkan tangannya ke depan, dengan senyum lebar ia menunggu tangannya di sambut.

"Hi, aku Anya Kaina. Panggil aku Kak Nana, ya adek manis!" Seru Anya cengengesan lalu kembali tersenyum ceria.

"Ah, Hallo k-kak Nana. A-aku Azura Ayana Larasita." Ucapan gadis yang menyebutkan namanya dengan sedikit gugup.

Senyum Anya luntur, tangannya kembali turun. Anya menatap ibunya meminta penjelasan. Sendari awal bertemu gadis yang menjadi adek angkat nya itu tak menatap dirinya dan Kanela.

Awalnya, Anya mengira hal ini karena sifat pemalu yang sudah ibunya beritahu. Namun, tampaknya ada yang salah di sini.

"Emm, Tante sama kak Nana mau masuk?"

"Iya sayang, ayo Kaina ikut." Memilih diam, Anya mengikuti dari belakang.

Mereka bertiga duduk di lantai dengan beralaskan tikar usang. Tatapan Anya menjelajah setiap sudut ruangan ini.

"Tante sama kak Nana, mau minum?" Pertanyaan itu membuat Anya menoleh, Anya terpaku pada tongkat yang di genggam Azura.

"Gausah sayang, Tante cuma mau jemput kamu. Kemarin, kamu sudah setuju kan?" Ah, ternyata ibunya sudah membahas hal ini membuat Anya mengangguk pelan.

"Emm, sekarang yaa Tante?"

"Iya, aku sama Mama mau jemput adek." Ujar Anya menyerobot.

"Kalau gitu, Zura ambil barang-barang dulu yaa."

"Mau Tante bantu?" Azura tersenyum kemudian menolak secara halus. Selepas kepergiannya, Anya duduk mepet pada Kanela.

"Ma, Zura ada gangguan di netra nya?" Pertanyaan itu membuat Kanela mengelus rambut anaknya lembut kemudian mengangguk.

"Dia mengalami kebutaan permanen," badan Anya terasa lemas mendengar hal itu. Anya sudah tau, gadis yang di temui Kanela itu tidak memiliki keluarga. Ia di temukan seorang nenek tua yang beberapa bulan lalu sudah meninggal dunia. Anya menggeleng tak habis pikir dengan Azura yang begitu kuat. Jadi, bagaimana kehidupan nya saat bersama sang nenek dan setelah sang nenek tak ada? Tak heran jika sang ibu ingin mengangkatnya menjadi anak.

Bruk!!

Sepasang ibu dan anak itu segera menghampiri sumber suara, terlihat Azura yang sedang berusaha mencari barang yang ia jatuhkan. Anya yang melihat itu memungut kotak kayu kecil ini dan membereskan isi nya yang acak-acakan.

"Biar aku aja, Ra."

Kanela segara menuntun Azura untuk duduk di ranjangnya. Menanyakan bagaian mana yang sakit dan lainnya.

Mata Anya lagi-lagi terpaku pada sebuah gambar usang tersebut. Bibirnya tersenyum tipis, berbeda dengan tangannya yang sedikit bergetar dan berkeringat.

"Sayang, udah?" Anya mengangguk dan setelah melihat tak ada yang tertinggal, mereka akhir pergi meninggalkan pekarangan rumah tersebut.

★★★

Helios mengunjungi Anya dengan membawa buket bunga lavender, terlihat Anya yang sedang memakan keripik dengan mata yang terfokus pada tayangan tv di depan sana.

"Hi, bocah!" Mendengus lalu melempar Helios dengan bantal di pelukannya itulah yang di lakukan Anya. Namun, dengan sigap Helios hindari.

Saat menoleh mata Anya berbinar-binar, "wah, Lo bawa apa Ca?"

"Nih, gue bawain obat nyamuk." Ujarnya memberi bunga tersebut pada Anya, lalu menghempaskan dirinya di samping Anya, mencomot cemilannya juga.

"Obat nyamuk apaan, ini Bunga lavender." Gumam Anya Pelan. Anya bergeser menjadi duduk di ujung lalu dengan tak sopan kakinya yang berbalut celana panjang naik ke atas paha Helios.

"Hari ini gue banyak jalan deh, kaki gue pegel." Kodenya menatap Helios dengan mata berkedip-kedip sok imut.

"Gatau malu ya Lo! Udah pulang sekolah enggak ngabarin gue! Sekarang jadiin gue babu." Dumel Helios, meski begitu tangannya tetap memberikan pijatan pada kaki tak sopan sahabat nya.

Tak... Tak... Tak...

Anya menoleh lalu segera bangkit menghampiri sumber suara, Helios hanya diam tak bergerak memperhatikan Anya.

"Loh, Zura kenapa enggak panggil aku?"
Tanyanya dengan merangkul pundak gadis itu lalu menuntun nya menuju tempat duduk.

"Emm, Zura gapapa kok kak, hehe." Anya ikut cengengesan lalu mengangguk.

"Oh iya, Ra. Di depan kita ada sahabat kak Nana dari jaman purba haha. Namanya Helios Niscala. Panggil aja Bang Lios ya!" Azura mengangguk polos, menatap kosong ke arah depan.

"Nah, Ca ini adek gue, namanya Azura Ayana Larasita. Di panggil nya siapa cantik?" Tanya Anya pada Azura.

"Azura kak, s-salam kenal bang Lios." Ujar Azura membuat Anya menepuk rambutnya pelan.

Hening, tidak ada sapaan balik dari Helios membuat Azura merasakan suasana suram.

"Heh! Sapa dulu adek gue Ca!"

"Hmm, salken." Ujar Helios ogah-ogahan.

"Dih, Lo sombong banget yaa anjay! Gue  harap, Lo bisa jadi Abang yang baik buat adek manis gue yaa! Kalau gue gada, jagain dia."

"Gue babu dia gitu?"

"Yaa enggak lah! Lo tuh, babu gue hehe."

Azura hanya tersenyum kaku mendengar kakak dan sahabatnya ribut.

★★★

Tandai tempat typo!

Halo!
Maaf ya kalau ada salah penulisan. Tolong bantu koreksi, jangan lupa vote, comment and follow, terimakasih<3!

Minggu, 28 Januari 2023
Pukul 08.57
RainFly-Reen

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 19 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

FRIENDSHITWhere stories live. Discover now