Kaisar penganggu

55 38 102
                                    

Anya menghela nafas berat lagi dan lagi. Frustasi dengan tugas yang terus menerus datang.

"Kalo kata gue tuh ya, gue harus telfon sepuh terus minta bantuan."

KaptenHeli is calling....

"Niscala ini panjang umur banget ya, baru di omongin haha."

Jari Anya menekan logo telfon berwarna hijau, dan munculah suara Helios yang serak khas orang bangun tidur.

"Naa...." Ujarnya pelan namun bernada.

"Kenapa bro?" Sahut Anya cepat.

"Gue ketiduran, Lo dimana?" Tanyanya tanpa membuang waktu.

"Di rumah, mau kesini? Tapi besok sekolah pelajaran olahraga. Nanti Lo Cape?"

Terdengar suara tawa pelan di sebrang sana.

"Gue okay, cimol mau?"

Mata Anya membulat, ia memekik pelan lalu memeluk gulung gemas.

"Cuma lo yang peka, sayang Niscala. Hati-hati ya."

"Hmm, iya tunggu di sana."

Beberapa menit kemudian suara motor terdengar di halaman rumah, Anya segera keluar dengan berlari kecil.

"Hati-hati bocil," ucap Kaisar melihat adik perempuannya berlarian.

"Aku okay Abang!" Sahutnya kencang.

"Niscaaaa" pekik Anya melompat kedalam pelukan Helios yang baru turun dari motor, Untung ia bisa mempertahankan posisi kalau tidak mereka berdua akan jatuh.

"Hati-hati, Na." Ucapnya pelan sembari mengusap rambut Anya.

"Siap bro, ayo masuk." Kepala Helios menggeleng lalu menurunkan Anya dan merangkul bahunya berjalan menuju pintu masuk dengan totabag di tangan kirinya.

"Tumben manja, kenapa Lo?"

"Ih, Lo gatau ya gue lagi stress." Alis Helios terangkat sebelah, bingung dengan jawaban Anya. Lalu mereka duduk bersebelahan di sofa.

"Mau cerita?" Bibir Anya mengembang, lalu senyum manis terlihat di penglihatan Helios.

"Tugas gue numpuk dan mepet deadline tau, terus Minggu ini kan belum main-main gitu." Helios tertawa kecil mendengar ucapan Anya.

"Emang ga boleh berekspektasi tinggi sama Lo tuh ya." Anya cengengesan mendengar hal itu.

"Ambil gih bukunya, gue kerjain." Anya segera berdiri dengan semangat lalu mengusap rambut Helios.

"Arigatou mas Niscala," mata Helios membola mendengar itu, namun tak ayal telinganya memerah.

"Berduaan terus, katanya temen kok kaya demen?" Sindir Kaisar yang lewat sekalian membawa minuman untuk sahabat adiknya.

"Iri tanda tak mampu" ejek Anya dengan mimik wajah menyebalkan di mata Kaisar.

"Bocil diem deh, Abang jual juga lama-lama." Helios tertawa pelan melihat perdebatan kakak beradik itu.

FRIENDSHITDove le storie prendono vita. Scoprilo ora