Keenan 3

1.7K 250 20
                                    

Hari semakin larut, semua orang fokus pada pekerjaan masing-masing. Kakak-kakak nya pergi ke kantor, Daddy dan mommy pergi ke butik. Jadi, Keenan sendirian.

Ah, dia teringat dengan Melvin. Bagaiaman kabar bocah gadung satu itu, ya?

"Kyle, Lo tau rumah Melvin kagak?" Tanya Keenan kepada sang bodyguard pribadi.

"Keluarga Davies?"

"Lah mana gue tau nama panjangnya. Gue taunya cuman Melvin cunguk."

"Saya tahu tuan."

"Bagus deh kalo Lo tahu bukan tempe."

Kyle hanya diam. Kalau terus meladeni Keenan, akan lama. Dan satu lagi, dia pasti akan kalah.

"Ayok kesana." Ajak Keenan yang sudah berdiri.

"Anda tidak bisa pergi kemana pun, tuan. Perlu izin dari tuan besar atau kakak anda ferlebih dahulu."

Keenan menghela nafas. "Telpon kak Holand, aku akan bicara."

Semakin hari Keenan semakin berani terhadap Holand. Berani disini bukan dalam hal yang buruk ya. Tapi, Keenan lebih berani untuk komunikasi.

Saat sambungan telpon sudah terhubung, Keenan langsung menyerobot ponsel tersebut.

"Kak!!! Aku mau ke rumah Melvin. Boleh, kan? Iya dong boleh. Makasih ya."

"Kakak belum menjawab, sayang."

"Ayolah, pasti boleh."

"Tidak."

Keenan membulatkan matanya. Apa? Tidak? Kata apa itu? Ada di kamus mana? YA KAMUS KELUARGA Herper lah.

"Kak, aku bosan. Kalian sibuk. Aku sendirian. Aku butuh teman. Kakak tau keluarga Melvin kan. Kakak tau mereka tidak berbahaya untuk Keenan." Ujarnya dengan memelas.

Tanpa melihat wajah sang adik, Holand tau adiknya pasti tengah kesal dan sendu.

"Baiklah. Kakak akan hubungi mereka nanti kalau kau akan kesana. Tapi ingat, satu luka karena mereka, semua akan hancur."

Dengan berat hati Holand melepas adiknya untuk beberapa jam kedepan. Untuk ancaman itu, Holand benar-benar serius. Tidak sulit untuk menghancurkan Davies.

"Terima kasih kak. I love you so much. You are the best." Teriak Keenan dengan riang.

Sang kakak pun terkekeh gemas. Bolehkah adiknya selalu diumur yang sama? Jangan buat Keenan lebih dewasa lagi. Mereka pasti tidak akan rela.

Setelah telpon itu terputus, tanpa menunggu apapun lagi, Keenan langsung menarik tangan Kyle untuk pergi.

"Tuan, anda tidak ingin berganti pakaian terlebih dahulu?"

"Kenapa? Begini saja sudah cukup. Untuk apa bergaya lebih, gue kan cuman mau ketemu bocah tengil. Ntar juga berantakan lagi."

Bocah tengil, ha? Keenan agaknya tidak sadar diri. Yang tengil disini dirinya. Bukan Melvin. Tapi, tetap diam saja, Keenan selalu benar.

Saat memasuki mobil, dua orang lain masuk kesana. Keenan lantas bingung.

"Ini apaan nichh. Perasaan yang gue ajak cuman Kyle. Ngapa tuyul and bakyul ngikut?"

"Kami diperintahkan tuan Holand untuk ikut menemani anda tuan. Tuan muda tenang saja, kami hanya akan menunggu di luar rumah bersama bodyguard lain. Anda bisa menikmati waktu anda."

Keenan mengelus dadanya sabar. Orang sabar di sayang keluarga.

Sepanjang perjalanan Keenan memperhatikan jalan. Ia melewati banyak rumah yang mewah. Tapi rumahnya tetap yang paling bagus.

KEENAN IIWhere stories live. Discover now