Keenan 5

1.8K 257 16
                                    

Setelah melalui penerbangan yang memakan waktu cukup lama, keluarga Herper kini tengah berada di mobil menuju ke kediaman keluarga besar mereka.

Keenan hanya bisa terdiam. Anak itu sepertinya mengalami mabuk udara. Kepalanya pusing, untung tidak muntah.

Tapi, ia juga mual. Hanya saja tidak sampai muntah. Itulah yang membuat kepalanya pusing. Coba saja kalau isi perutnya keluar, pasti tubuh anak itu akan sedikit rileks.

"Daddy pusing." Keluh Keenan kepada sang Daddy yang selalu mendekap tubuhnya.

"Sebentar lagi kita sampai. Sabar, ya?"

Keenan tentu saja menangis. Bagaimana bisa orang-orang dihadapannya itu sangat santai dan biasa saja, sedangkan dia harus merasakan semua ini.

Karena kesal, Keenan memasukkan jarinya kedalam mulut untuk memancing muntahnya agar keluar.

Benar saja, seluruh makanan yang anak itu konsumsi keluar semua membasahi lantai mobil.

Keenan semakin menangis. Ia malu. Tapi kalau tidak dikeluarkan dia semakin tersiksa.

"Daddy malu."

"Adek gak usah malu, sayang. Gak apa-apa. Nanti di bersihin kok." Ujar Thomas untuk menenangkan anak bungsunya itu.

Keenan menggeleng ribut. Ia tidak bisa bayangkan betapa jijiknya tatapan mereka kepada dirinya. Benar-benar kampungan.

"Chubby check minum dulu supaya tenang." Ujar sang mommy.

Keenan menerima uluran air yg diberikan Kinan. Karena sang mommy tepat berada di samping sang Daddy.

Sebenarnya Thomas sedikit geram kepada Jerry yang lupa untuk menyiapkan obat-obatan Keenan. Itu karena Jerry sibuk dengan pacarnya itu. Tapi, bagaimana pun juga Jerry berhak untuk menata hidupnya.

Setelah sampai, Thomas langsung menggendong Keenan ala bridal style. Pintu mansion itu terbuka secara otomatis dan menampilkan beberapa orang yang sedang menunggu mereka di ruang tamu.

"Astaga cucuku kenapa, Thomas?" Tanya sang wanita paruh baya itu.

"Mabuk udara, mom." Ujarnya seadanya saja.

"Bawa dia ke kamar." Ucapnya lagi.

Setelah sampai di kamar, semua orang melihat ke arah Keenan.

"Seorang berandal sekarang sedang mode lemah." Ujar Holand sembari terkekeh.

Ia ingat betul bagaimana pertemuannya bersama adik bungsunya itu. Mulut cerewet dan usil. Tapi, lama kelamaan, sifat manja, cengeng, dan lemah adalah yang mendominasi.

"Aku akan tidur dengan Keenan untuk malam ini, mom." Ujar Holand dengan tenang.

"Tidak. Aku yang akan tidur dengan Keenan." Ujar Althan.

"Sejak kapan kamu peduli dengan Keenan?" Tanya Holand tak terima.

"Sejak dulu."

"Basi."

"Tidak ada dari kalian yang akan tidur dengan Keenan. Adik kalian akan tidur bersama mommy dan Daddy. Titik." Ujar Thomas.

"Tidak. Aku akan tetap tidur disini."

"Aku juga."

"Me too." Terakhir Jerry yang bersuara.

"Okey... Begini saja. Kalian berempat akan tidur disini. Mommy akan ke kamar yang lain. Sudah jangan berdebat lagi."

Kinan tidak enak hati dengan ibu mertuanya itu. Mereka melupakan dua sosok yang sedari tadi hanya tersenyum maklum.

"Setuju."

KEENAN IIWhere stories live. Discover now