04 || MPLS

137 6 0
                                    

⃘♡

⃘♡

⃘♡

Have a nice day

3 hari berlalu, dan sekarang Ara sudah siap dengan pakaian santainya. Gadis itu beserta dengan para sahabatnya akan pergi ke mall untuk membeli perlengkapan sekolah, sesuai dengan apa yang waktu itu mereka rencanakan.

Gibran menepati janji yang akan menemani Ara untuk membeli perlengkapan nya, baiklah hari ini dirinya pasti akan di sibukkan dengan barang-barang milik Ara.

"Ra, kenapa pake pakaian nya yang sehari-hari kamu pake di rumah sih? Kan ada yang lebih bagusan dikit."

Gibran heran kepada adiknya itu, kenapa jika akan bepergian keluar rumah maka Ara selalu memakai pakaian yang sederhana. Bukannya menyuruh adiknya untuk pamer barang, tapi minimal yang bagusan dikit.

Ara mengenakan celana jeans hitam dan baju oversize berwarna putih. Rambutnya yang panjang di kepang 2 sehingga terlihat sangat sederhana. Meskipun begitu, Gibran akui adiknya sangatlah cantik. Mau pakai apapun Ara akan tetap memukau.

"Gapapa lah bang. Gue males banget pake yang kaya begitu, mending gini nyaman."

"Yaudah, senyaman lo aja."

Ara mengangguk lalu mengambil alih susu putih yang Gibran buatkan untuknya. Mereka kini ada di dapur. "Papa sama mama udah pergi ya?"

Gibran mengangguk, "iya. Papa mau ketemu klien sedangkan mama, ada pelanggan yang mau borong semua pakaian di butik. Oh ya mama gak akan biarin gitu aja, lo tau mama itu pengen nya jangan ada yang borong baju baju di butik. Yah, memang aneh tapi itu mama."

"Bang Esa?" Tanya Ara lagi.

"Noh lagi di kamer mandi," tunjuk Gibran ke arah kamar mandi di dekat dapur.

"Ngapain dia?"

"Nyangkul, Ra."

"Ish lo mah, gue serius juga."

"Ya lo mikir aja, Jubaedah. Orang ke kamer mandi ya pasti mau mandi, buang air kecil, buang air besar. Yakali maraton."

"Iya iya, lo gausah marah gitu kali, Gib. Muka lo minta di tinju tau kalo jutek gitu," ucap Ara tertawa. Senang sekali dia jika berhasil membuat saudaranya kesal.

Mahesa menepuk puncak kepala adiknya, Ara sedikit kaget namun melihat senyuman Mahesa gadis itu ikut ikutan tersenyum. Abang nya yang satu ini memang jarang tersenyum. Di luar rumah, dengan teman sekampus nya, atau bahkan orang orang di luaran sana akan ada wajah datar yang ia tampilkan.

Tapi jika sudah bersama dengan kedua adiknya, maka wajah datar itu akan hilang dan di gantikan dengan wajah tengil beserta senyuman akan selalu ada. Sangat manis. Ara saja bisa terhipnotis saat Mahesa menguarkan senyumannya, tapi sekarang sudah terbiasa.

"Pagi, abang!" sapa Ara dengan ceria.

"Pagi, cantik. Mau beli perlengkapan sekolah ya? Maaf abang gabisa ikut," ucap Mahesa dengan nada menyesal.

"Gapapa, bang. Ara bisa sama bang Ran, Ara tau Abang sibuk."

"Makasih udah mau ngertiin Abang ya? Minggu depan, mau kan kamu Abang ajak main? Ran, bisa luangkan waktu Minggu depan?" Tanya Mahesa menatap kedua adiknya secara bergantian.

Ketua Osis Manja Is MineWhere stories live. Discover now