09 || marah

96 6 0
                                    

⃘♡

⃘♡

⃘♡

Have a nice day

Jantung, ginjal, hati, paru-paru dan usus miliki Varel seakan berhenti berfungsi. Ototnya pun terasa lemas, otaknya tidak bisa berfikir.

"Kejebak pesona lo bisa apa?" Ucapan itu masih terngiang ngiang di otak Varel. Pikirannya, hatinya kini penuh dengan gadis manis itu. Gadis bar bar yang entah kapan bisa mencairkan hatinya yang beku. Hatinya yang kaku dan hatinya yang sekeras batu.

Sepanjang perjalanan pulang setelah mengantarkan Ara, Varel tidak bisa lagi menyembunyikan senyuman yang sedari tadi ia tahan. Untung saja Varel memakai helm full face, kalo engga udah di kira orang gila kali sama orang orang karna senyum senyum sendiri.

Varel kini sedikit yakin kalau dirinya memang menyukai Ara, namun di sisi lain rasa itu kalah dengan rasa di masa lalunya. Orang lama yang dulu pernah bersama nya, orang lama yang dulu pernah menemaninya, menyayangi nya, dan mencintainya dengan tulus. Orang baru mana yang bisa menggantikan posisi itu dengan mudah.

Bisa di kata, Varel masih menaruh harapan pada gadis yang ada di masa lalunya. Gadis manis dan periang, sama seperti Ara. Namun bedanya jika Ara bar bar dan pecicilan maka gadis itu anggun dan elegan. Anjay, perbandingan yang sangat bertolak belakang.

"Gue harus pastiin, dan pilih antara orang baru atau orang lama."

♡♡♡♡

Di dalam kamar Ara terus saja merutuki kebodohannya sendiri. Kenapa dia seberani itu menyentuh jakun seseorang? Apalagi seseorang itu adalah orang yang ia kenali. Nanti, bagaimana disekolah? Bagaimana jika mereka bertemu? Sungguh, Ara sepertinya ingin menghilang saja dari bumi agar tidak bertemu dengan Varel.

Gerutuan serta jeritan tertahan terdengar dari bibir kecil itu. Namun suaranya terendam kala dia menjerit di sela sela bantal. Ya kalo Ara jerit nya kenceng nanti orang rumah pasti bakalan gedor gedor pintu, nanti di kira Ara udah gila.

Tangannya memukuli bantal guling dan kasur empuk guna meredam kekesalan nya. "Arghh bodo banget gue bodohh!"

Ara gusar karna takut jika besok bertemu dengan Varel, dia malu, pasti akan canggung nanti. Jika di depan Varel gadis itu terlihat biasa biasa saja, bahkan seperti tidak pernah terjadi apa-apa, namun berbeda hal nya ketika ia sendirian di dalam kamar. Malah ngereog anaknya.

"Kenapa gue bisa ngelakuin hal kaya gitu si anjirr, syok banget ya Allah!"

"Ni mata juga kenapa bisa ga kedip kedip cuman gara-gara liat si Varel doang. Tangan, lo nih kenapa maen nyelonong aja pegang jakun orang hah?! Buat malu tau gak."

"Duhhh gimana nihhh mana tadi si Parel ngomong gue nakal lagi, ah elah!"

Ara sekarang tengah frustasi. Dirinya tidak tahu harus berbuat apa. Rasa penyesalan menggerogoti pikirannya.

Asal kalian tahu, Ara saat ngelakuin itu kayak sadar gak sadar. Dirinya seperti terhipnotis oleh paras tampan milik Varel. Ngeliat jakunnya yang naik turun Ara jadi penasaran, bawaannya pengen pegang. Nah, gatau tuh dapet keberanian darimana tiba-tiba langsung nempel tangganya. Mana sambil di usap lagi.

Ketua Osis Manja Is MineWhere stories live. Discover now