🦋03: Disuruh Menikah

1.7K 155 23
                                    

💭ִ ♡‧₊˚🧸✩ ₊˚🧁⊹

Seluruh mahasiswa sangat bahagia, hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Setelah berbagai macam studi mereka lakukan, akhirnya hari ini mereka resmi lulus dan melaksanakan wisuda.

Ankara pun tidak kalah bahagianya, dia terharu melihat senyum bangga kedua orang tuanya. Usahanya selama ini tidak sia-sia, dia bisa membanggakan mereka dengan jerih payahnya sendiri. Hal yang membuat Ankara tidak henti-hentinya mengucap syukur kepada Allah.

“Selamat, ya, Abang? Buna bangga banget sama Abang, Abang udah melakukan yang terbaik. Jangan lupa untuk selalu bersyukur dan berterima kasih kepada diri sendiri.” Aluna tersenyum bangga dengan matanya yang berkaca-kaca, dia memeluk Ankara penuh sayang. Masih tidak menyangka jika putranya sudah sebesar ini.

“Alhamdulillah, semua ini enggak luput dari doa Buna, Abi, dan kalian semua. Makasih, ya, Bun udah selalu mendoakan Abang.” Ankara hendak mengecup pipi Buna nya, tetapi Althair dengan cepat menghalangi.

Tatapan Althair menajam, dia merangkul pinggang Aluna posesif. “Cari istri sendiri sana, biar enggak cium-cium istri orang,” ujar Althair ketus.

Ankara menatap Althair tidak kalah tajam, Abi nya ini tidak mau mengalah sekali. Padahal sudah tua, masih saja posesif. “Istri orang yang Abi maksud juga Buna nya Abang. Ingat umur, Bi, posesifnya enggak hilang-hilang.”

“Iri? Makanya nikah,” ledek Althair.

Ankara memutar bola matanya malas.

“Abang! Selamat, ya! Syila bangga banget sama Abang pokoknya! Abang keren!” Syila memberikan sebuah buket bunga pada Ankara yang diterima dengan baik oleh Abangnya itu.

“Makasih, ya, Dek.” Ankara mengusap lembut kepala adiknya seraya memeluknya.

Askara dan Arsa pun tidak lupa mengucapkan selamat atas kelulusan Abangnya itu, mereka berdua bahkan mengucapkan lebih dulu sebelum hari kelulusan. Memang ada-ada saja kelakuan kakak beradik itu.

Aluna mendekati Ankara lantas berbisik pelan membuat Ankara sedikit menundukkan tubuhnya yang lebih tinggi dari Aluna. “Ada yang mau Buna dan Abi bicarakan nanti sama Abang, penting.”

Dengan dahi berkerut, Ankara lantas menatap  Buna-nya. “Tentang apa, Bun?” tanya Ankara.

Aluna hanya mengulum senyum tanpa menjawab. Dia memberikan pertanyaan lain. “Ngomong-ngomong .... Abang udah bisa, kan, pulang ke Indonesia?”

“In Syaa Allah Bun, secepatnya akan Abang usahakan untuk pulang,” balas Ankara.

Aluna mengangguk.

Arsa datang dengan heboh mengajak mereka untuk berfoto. “Ayo-ayo kita foto dulu buat kenang-kenangan!” seru Arsa seraya merangkul Abang dan Buna-nya.

💭ִ ♡‧₊˚🧸✩ ₊˚🧁⊹

“Mau ngomong apa sih, Bun? Kenapa kakak diajak juga?” Askara bertanya bingung lantaran kedua orang tuanya tiba-tiba mengajaknya untuk berbicara secara serius.

Aluna saling tatap dengan Althair, dia berdeham singkat kemudian menatap bergantian kedua anaknya. “Jadi begini, Abi sama Buna udah sepakat untuk menikahkan kalian dalam waktu dekat ini,” ujar Aluna sukses membuat Ankara dan Askara terkejut.

Selama lima detik tidak ada untaian kata yang keluar dari bibir kedua anaknya. Secara mengangetkan, Askara berseru heboh. “ASTAGHFIRULLAH HAL'ADZIM BUNA! Kakak sama Abang, kan, saudara masa disuruh nikah? Lagian kita masih normal, Bun, ya Allah astaghfirullah.”

“Askara.” Panggil Althair dengan suaranya yang tegas juga tatapan mata penuh peringatan, Askara dibuat diam kembali seraya menunjukkan cengiran lebar.

Pilihan HatikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang