🦋05: Pertemuan Dua Insan

1.6K 145 8
                                    

💭ִ ♡‧₊˚🧸✩ ₊˚🧁⊹

Semenjak kejadian hari itu, Syila menjadi lebih pendiam. Dia bahkan menghindar dan menjauhi kedua kakaknya. Membuat mereka bertanya-tanya ada apa dengan adiknya itu.

Mereka sudah kembali ke Indonesia dan menjalani aktivitas masing-masing. Saat ini Syila sedang bingung, dia melupakan janji bertemu teman-temannya untuk mengerjakan makalah. Arsa sedang tidak ada di rumah, begitu pula dengan Askara. Jadi, dia tidak bisa meminta tolong mereka untuk mengantarnya.

Aluna juga sedang pergi mengantar makan siang untuk Althair di kantor. Hanya ada Ankara di rumah, sepertinya abangnya itu juga sedang tidak sibuk. Masalahnya, Syila masih belum ingin bertemu. Dia merasa bersalah telah mengingkari perkataannya waktu itu.

Syila menggigit jari telunjuknya sembari berjalan mondar-mandir di depan kamar Ankara. “Masa minta tolong sama Abang? Aduh Syila masih takut, walaupun respons kak Aska biasa aja saat itu tapi Syila ngerasa enggak enak. Mana abang Anka juga belum tahu,” gumam Syila.

“Nanti kalo abang Anka marah gimana, ya?” Syila berpikir berlebihan, selama ini Ankara memang tidak pernah marah padanya tetapi dia merasa takut.

“Abang marah kenapa?”

“ASTAGHFIRULLAH!” Syila tersentak kaget, jantungnya berdebar kencang dan rasa panik menghampirinya tatkala pintu kamar Ankara tiba-tiba terbuka.

“Kenapa, Dek? Kamu perlu sesuatu?” tanya Ankara dengan suaranya yang lembut.

Syila menggeleng lalu mengangguk, kemudian dia menggeleng lagi membuat Ankara bingung dengan tingkah adiknya.

“Jadi, kamu perlu sesuatu atau tidak, hm?”

Syila melebarkan mata, suara abangnya itu terasa seperti cowok-cowok di novel yang kebanyakan dia baca. “Abang kalau tanya jangan pake hm gitu dong! Jantung Syila jadi enggak aman!” ujar Syila protes.

Ankara mengerutkan dahi bingung. “Apa yang salah?”

Syila mengembuskan napas kesal, dia berjalan hendak meninggalkan abangnya itu namun suara Ankara menghentikan langkahnya. “Kamu kenapa menjauh dari Abang, Dek? Apa Abang ada salah sama kamu?”

Syila menggigit bibirnya menahan panik, dia membalikkan badan lalu menggelengkan kepala sebagai jawaban.

“Lalu kenapa?”

“E-enggak ada apa-apa,” jawab Syila gugup.

Ankara tidak semudah itu percaya, terlebih mendengar nada suara Syila yang gugup. Pria itu melangkahkan kakinya dan berdiri di hadapan Syila. Mengangkat dagu Syila dengan telunjuknya agar menatap matanya. “Tatap mata Abang, jawab jujur kamu kenapa?”

Syila menahan jeritan dalam hati, dia sudah gemetaran menahan takut. Apakah kebohongannya akan terungkap sekarang?

“Dek,” panggil Ankara. Kali ini terdengar tegas.

Ankara terkejut lantaran Syila tiba-tiba berlutut di hadapannya dan memegangi sebelah kakinya dengan suara tangis yang perlahan terdengar. “Abang, tolong maafin Syila! Jangan marah sama Syila, ya? Syila beneran minta maaf,” lirih Syila.

“Bangun, jangan kayak gini, Dek.” Ankara menuntun tubuh Syila untuk berdiri, dia menatap heran pada Syila yang menangis.

“Abang bingung, coba jelaskan apa kesalahan kamu sampai minta maaf sambil nangis gini sama Abang?”

“Tapi, Abang jangan marah, ya?”

“Iya, Syila.”

Syila menarik ingusnya perlahan, dia menormalkan napasnya yang sedikit tersendat habis menangis. Ditatapnya mata abangnya itu dengan perasaan gugup. “Sebenarnya Syila enggak sengaja bilang sama kak Aska soal Abang yang tanya-tanya Aisha. Syila beneran minta maaf Abang, mulut Syila ini emang enggak bisa diajak kompromi. Suka ceplas-ceplos kalo ngomong, maafin Syila, ya?”

Pilihan HatikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang