🦋33: Rujak

1.3K 187 35
                                    

💭ִ ♡‧₊˚🧸✩ ₊˚🧁⊹

“Apa yang kamu bicarakan dengan Askara?” tanya Ankara membuat Aisha mendongakkan kepalanya dengan wajah terkejut.

Aisha cepat-cepat mengelap pipinya yang basah, tersenyum manis pada Ankara lalu menggeleng pelan. “Nggak ada kok, Abang. Tadi Askara ke sini karena disuruh kak Asya katanya mau ketemu Ais, sekalian minta maaf juga,” jawab Aisha berusaha meyakinkan Ankara.

“Minta maaf?”

“Iya, Askara udah menyadari kesalahannya dan minta maaf ke Ais. Itu aja kok Abang, Ais nggak ada ngobrol apa-apa lagi,” ujar Aisha.

Ankara diam namun tatapannya terlihat dingin,  mengamati wajah Aisha apakah ada kebohongan di sana. Helaan napas dibuang kasar, Ankara pun menganggukkan kepalanya mempercayai Aisha. “Tidak ada yang kamu sembunyikan?” tanya Ankara memastikan.

“Nggak ada, Abang,” balas Aisha tersenyum tipis.

“Ya, Abang percaya.”

Untung aja Abang nggak dengar pembicaraan aku sama Askara.

Aisha menarik bibirnya tersenyum lebar, merentangkan kedua tangannya memeluk Ankara begitu erat. Berbeda dengan Ankara yang hanya diam menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong, tidak membalas pelukan Aisha ataupun mengusap kepalanya seperti biasa.

Aisha melepas pelukannya lantaran merasa tidak ada balasan dari sang suami kemudian menatap Ankara heran. “Abang kenapa nggak balas pelukan Ais?”

Hanya dibalas gelengan kepala, Aisha mengerucutkan bibirnya kesal. Menatap kantong plastik di tangan Ankara yang berisi minuman juga donat yang dia minta. Aisha sengaja meminta tolong Ankara agar dia bisa menemui dokter Lia.

Ankara mengikuti arah pandang Aisha, memberikan plastik tersebut yang diterima dengan senang hati oleh Aisha. “Makasih banyak, Abang!”

“Iya,” sahut Ankara singkat, mengusap kepala Aisha pelan. “Minum dulu sambil duduk jangan berdiri, habiskan donatnya habis itu kita ke ruangan kakakmu.”

Aisha mengangguk, mendudukkan dirinya di sebuah kursi tidak jauh dari sana lantas memakan donat itu dengan lahap. Ankara mengamatinya dalam diam, banyak pertanyaan dalam benaknya mengenai pembicaraan Askara dengan Aisha tadi. Ankara yakin ada yang mereka sembunyikan darinya, dia cukup kecewa sebab Aisha masih belum mau jujur padanya.

“Kapan kamu mau jujur sama saya, Ais?” gumam Ankara.

Ankara menghela napas panjang, berjalan mendekat dan berdiri di samping Aisha yang masih sibuk melahap donat. Sejenak rasa kecewanya hilang melihat wajah menggemaskan Aisha yang sedikit belepotan. Menggeleng pelan, Ankara menundukkan sedikit tubuhnya mengusap sudut bibir Aisha yang terdapat coklat menempel di sana. “Makan pelan-pelan aja,” ujar Ankara menepuk lembut kepala Aisha tiga kali.

Aisha tersenyum menampakkan deretan giginya yang rapi, dia menawarkan donat bekas gigitannya pada Ankara. “Abang mau? Tapi tinggal segini,” ujar Aisha menawarkan. Wajahnya amat polos, juga menggemaskan.

Ankara terkekeh atas polah Aisha. “Tidak, kamu habiskan saja.”

Aisha mengangguk, melahap gigitan terakhir donat miliknya kemudian meraih sebotol air putih dan menegaknya rakus. Ankara menggelengkan kepala, tidak heran lagi dengan sikap Aisha. “Udah selesai Abang, ayo ke ruangan kak Asya,” ajak Aisha seraya menyerahkan botol minum itu pada Ankara.

Pilihan HatikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang