ALFHA || NINETEEN

77 5 0
                                    

Aduh, maaf sist. Salah ketik, ngelag dikit.

Part sebelumnya, Calzey itu mau ke Eropa ya bukan Singapura.

Benerinnya sekalian Revisi nanti, maaf🥸

***

Perbincangan dari masyarakat setempat bergema. Bandara hari ini sangat ramai. Banyak orang yang memakai pakaian serba putih, katanya sih BERANGKAT HAJI.

Calzey menghirup udara di Bandara. Tidak ada bedanya, sama saja seperti biasanya.

Namanya juga napas. Mau minta aroma stroberry juga gak ada kan?

Dia mengenggam erat kopernya yang lumayan besar dan sangat berat. Berisi baju-baju berharga Calzey dan beberapa pasang celana dalam tentunya.

Celana dalam is number one!

Calzey melirik Mave yang menatap ke depan datar. Ia sedikit bingung, perilaku Mave ketika bersamanya--berdua. Dan ketika di publik sangat berbeda. Jika bersama dirinya, dia manja. Jika di publik seperti tidak kenal.

Rasa ingin menyunat ulang.

"Mau beli sesuatu dulu? Masih ada waktu." Ucap Mave seraya mengecek jam tangan berwarna keperakan itu. Calzey saja baru sadar kalau Mave punya jam tangan.

Vibes nya kayak ganteng banget gitu kan:)

Calzey tolah-toleh. Terlalu ramai untuk dirinya yang begitu pendiam. Calzey menatap Mave lalu menggeleng kecil. "Engga deh, udah siap semua kok,"

Mave mengangguk-angguk paham. Melirik sekilas tangan Calzey yang memerah. Koper itu terlalu besar untuk Calzey yang mongeil. Mave juga berpikir, bisa saja orang yang melihatnya, langsung menganggapnya tidak peka. Kenapa tidak dirinya saja yang menarik Koper itu?

Tanpa persetujuan Calzey, Mave langsung menarik koper itu dan berlalu mendahului Calzey.

"Eh mau lo bawa kemana!"

"Bagasi Pesawat!"

Calzey tidak menjawab. Punggung Mave samar-samar dan hilang begitu saja tertelan calon penumpang pesawat.

Dengan santai Calzey duduk di kursi tunggu--menyilangkan kakinya dengan telinga yang tersumbat Headshet, menikmati lagu-lagu Koreanya yang menurutnya sangat penting. demi kebutuhan batin katanya.

Ia memejamkan matanya sekilas.

"Alfha gak mau sendirian, Caca sini aja,"

Sontak kedua mata itu terbuka bersamaan dengan sebulir air mata yang mengalir. Badannya bergetar, hatinya begitu pilu ketika mengingat itu. Tetapi rasa kecewanya lebih besar dari pada apapun. Ini pilihan yang terbaik, oke.

***

"OKTA! LO KALO MAU MATI JANGAN NGAJAK GUE ANJAI!" Jerit Yuri histeris dengan Okta yang menancapkan gasnya sampai 90--dijalan raya.

Stres? Pol!

Karena Okta sangat baik dan bijak. Alangkah baiknya, dia menganggap suara Yuri sebagai hembusan angin.

Toh, gak guna juga.

Beban.

"NTA ANJIR LO YA! PELANIN ANJIR! NTAR KITA NABRAK!"

Okta tak habis-habisnya mengumpati Yuri. Nyetir enggak, bacot iya. "Kalo nabrak masuk rumah sakit ini," Gumamnya.

"NTA! GUE DENGER YA--ASTAGHFIRULLAH TA!"

Love Disorder [TAHAP REVISI]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt