2. Hutang🔞

14.2K 86 4
                                    

Sekarang Yuna berada dikurung secara paksa di sebuah kamar besar yang masih tidak diketahui letaknya dimana, yang pasti pria itu tidak akan mau melepaskan dirinya sebelum semua hutang lunas.

Wanita itu tidak memberontak kembali; dia lebih memilih untuk menyimpan energinya memikirkan strategi lain. Hanya saja dia sedikit terkesima melihat semua perabotan mahal yang ada di kamar tersebut. "Berapa lama aku harus bekerja agar bisa mendapatkan ini semua?"

Setelah cukup berkeliaran di kamar tersebut, Yuna langsung menjatuhkan dirinya ke kasur yang besar itu sembari berpikir. "Apa nanti aku akan dijual dan dibunuh oleh bos mafia itu?" ucapnya dengan wajah yang bingung, wanita itu bahkan tidak takut jika suatu waktu akan kehilangan nyawa. "Mau mati juga aku tidak peduli, aku sudah lelah dengan dunia."

Tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamarnya itu dan tak lama kemudian mulai melangkahkan kaki ke dalam sembari membawa nampan yang berisi makanan dan air minum. "Izin mengantarkan makan malam, Nona."

Yuna mengangkat kepalanya sedikit sembari menatap pelayan tersebut itu. "Saya kira akan dibiarkan kelaparan."

Sang pelayan meletakkan makanan diujung kasur Yuna, berharap wanita itu akan bangun dan menyantapnya. "Orang yang berada di kamar ini tidak akan pernah dibiarkan kelaparan oleh tuan Gabriel, Nona."

"Oh, namanya Gabriel." Yuna langsung bangun mendadak dan duduk bersila di sana, menatap pelayan yang sedang berdiri setengah menunduk itu dengan kebingungan. "Jadi aku ini orang yang kesekian dijadikan simpanan?"

Pelayan itu tidak menjawab apapun, dia hanya pamit undur diri sebelum menutup pintu kamar kembali.

Yuna menatap makanan tersebut dengan curiga. "Ada racunnya?" Wanita itu mengangkat kedua bahunya sebelum memakan hidangan itu dengan lahap, sudah seharian dia tidak makan. Dia terlihat begitu menikmati makanan tersebut. "Enak, aku jarang sekali makan makanan orang kaya. Ternyata jadi simpanan tidak terlalu buruk, seratus tahun juga aku akan bertahan di sini."

Yuna akhirnya terbaring kekenyangan, dia tidak menyisakan sedikitpun makanan di sana. Perasaan mengantuk mulai menghantui wanita itu, ia menguap sebelum semua benda yang ia lihat menjadi buram dan akhirnya penglihatannya mulai gelap secara perlahan.

.
.
.
.

"Hah!!" Yuna terbangun dari tidurnya dengan mata yang membelalak tiba-tiba. Dia menatap sekeliling dengan wajah yang kusut. "Ternyata aku tidak bermimpi," ujarnya dengan nada rendah.

Dia melirik ke arah pakaiannya, ternyata ia sudah memakai baju tidur cantik. Yuna mengaruk kepala dengan perasaan campur aduk. "Siapa yang menganti pakaianku? Aku bahkan, tidak menyadarinya, tapi baju tidur ini cantik sekali!"

Setelah merasa cukup mengagimi baju tidurnya itu, seketika pandangan langsung teralihkan ke arah jam dinding yang sedang menunjukan pukul dua pagi. Ia tidak melanjutkan tidurnya kembali, tetapi lebih memilih untuk turun dari kasur dan mendekati pintu kamar dengan langkah kaki perlahan.

Yuna berusaha membuka pintu itu dan berharap benda itu tidak dikunci. Dugaannya benar, pintu itu bisa terbuka tanpa ada sekat apapun. Dengan wajah yang sumrigah ia mulai keluar dari sana dengan langkah kecil.

Mulutnya langsung melonggo saat mengetahui luar ruangan lebih besar dan mewah dari perkiraannya. Yuna mengusap matanya berkali-kali dan berpikir ini adalah mimpi, tetapi semua itu adalah nyata adanya. "Wah! Aku berasa di dunia novel," ungkapnya sendirian.

Seluruh ruangan terlihat sepi, bagaimana tidak Yuna terbangun di waktu semua orang sedang tidur. Hanya dia yang berada di sana dengan segala keingintahuannya itu.

Hingga suatu waktu, ia tiba di hadapan sebuah pintu yang sangat besar, lebih besar dari pintu kamar miliknya. Yuna berdiri cukup lama di sana, sebelum mendengar suara aneh yang berasal dari dalam.

Keningnya mulai mengkerut, ia mulai mendekatkan dan menempelkan telinganya di pintu itu. Yuna refleks terkejut saat mengetahui suara aneh itu adalah sebuah desahan dari pasangan yang sedang memadu kasih di dalam sana. "Sial, aku tidak sengaja membuat telingaku kotor."

Yuna hendak meninggalkan tempat itu karena merasa bahwa ia sudah terlalu jauh dan menganggu privasi orang pemilik kamar. Dia hendak kembali ke kamarnya dan melanjutkan tidur kembali. Namun, langkah kakinya terhenti saat pintu kamar yang sudah ia belakangi terbuka dengan lebar.

Dia langsung terdiam kaku di sana, tanpa memandang ke arah dalam kamar. Ia hanya berucap singkat karena sedikit bersalah dan membuat ketidaknyamanan. "Maafkan, saya. Saya hanya lewat dan tidak bermaksud untuk menganggu."

Tidak ada jawaban dari siapapun di dalam sana, Yuna menghela napas panjang sembari sedikit melirik ke arah dalam kamar. Tamat riwayatku....

Rupanya, kamar tersebut adalah kamar milik Gabriel. Bos yang menyekap Yuna untuk dijadikan simpanannya karena hutang. Pria itu yang masih dalam posisi telanjang itu menatap Yuna dengan wajah tanpa ekspresi.

Dengan tertawa kecil, Yuna mengalihkan pandangannya kembali ke hadapan dan hendak pergi ke kamarnya kembali. "Maafkan, saya, Tuan! Saya janji tidak akan menganggu lagi, jangan bunuh saya!"

Gabriel langsung membalas dengan ucapan singkat. "Jika tidak ingin dibunuh, berbaliklah menghadap pintu dan masuk ke dalam."

Yuna panik, dia takut akan diperlukan kasar oleh bos mafia itu. Namun, ia lebih takut lagi akan dibunuh hanya karena hal sepele. Dengan langkah kecil Yuna mulai membalik posisi tubuhnya dan masuk ke dalam.

Baru saja Yuna masuk tak jauh dari pintu Gabriel menyuruhnya berhenti di sana. "Jangan bergerak dan jangan tutup matamu, ini perintah jika kamu tidak ingin mati!"

Gabriel memberikan kode ke seseorang yang sedang berada di dalam selimutnya, seorang wanita muncul dari sana. Dari perawakannya, sepertinya dia seumuran dengan Yuna. "Lakukan lagi," perintahnya lagi kepada wanita itu.

Dengan gerakan lambat wanita yang sedang berada satu kasur dengan Gabriel mulai merogoh penisnya yang sedikit tertutup oleh selimut dan mulai melakukan oral kepada pria itu.

Yuna sangat shock dengan apa yang dilihatnya, dia refleks menutup mata. Wanita itu tidak bisa berbuat apapun, ia tidak bisa memprediksi apa yang akan dilakukan oleh pria gila itu. Sial, mataku ikut kotor!

"Jangan ditutup!" ucap Gabriel lagi yang membuat Yuna yang sedang shock dan membuka tutupan mata dengan cepat.

Gabriel mendongakkan kepala sembari meremas perlahan rambut wanita yang sedang melakukan oral kepadanya itu. Dia sepertinya sudah menghampiri detik-detik ejakulasi, dengan sedikit sentakan dari tangannya ia berhasil membuat wanita itu mengulum lebih dalam penis miliknya. "Akkh!"

Pria itu mengalami klimaks, dia mengeluarkan semua benihnya di dalam mulut sang pelacur pribadi. Gabriel yang baru saja mengalami orgasme itu mulai mengeluarkan senyum liciknya sembari menatap Yuna dengan vibes arogansi.

Aku tidak sanggup lagi, Tubuh Yuna bergetar hebat, sepertinya dia akan mengalami trauma jika terus menerus memandang kebejatan itu di depan matanya. Lutut wanita muda itu mulai terasa gemetar dan dalam hitungan detik ia langsung terduduk lemas.

.
.
.
.
Tekan "satu" jika anda menyukai crt ini!

DEBT LEGACY 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang