7. Lagi! 🔞

7.6K 53 3
                                    

"Orang bodoh mana yang mengunakan tangan untuk mencabut rumput?" Gabriel memberikan kalimat sarkas kepada Yuna sembari berjalan keluar kamar sesaat setelah Mikail pergi.

Gabriel sudah memperhatikan Yuna sejak lama dibalik dinding bahkan dari sejak dari wanita itu mengobati luka-luka di telapak tangannya. kedatangan Mikail ke gedung utara yang mendadak membuat Gabriel mengurungkan niatnya untuk keluar dan memerhatikan tingkah laku mereka dari jauh.

"Ah?" Yuna terkejut karena Gabriel muncul tiba-tiba. Seketika ia menunduk dengan wajah lemas sembari merapatkan kedua kakinya saat duduk di sofa. Aku terlalu takut sampai-sampai tidak sempat berpikir untuk mencari aret atau parang.

Gabriel menghentikan langkahnya dan berdiri dengan salah satu tangan di saku celana, dia menatap ke arah Yuna yang terus menunduk dengan cemas. "Kau tidak akan bertemu dengan Mikail lagi, aku melarangmu untuk dekat dengan keluarga di mansion ini, siapapun... itu."

Yuna mengangguk mengerti dengan posisi yang masih sama seperti tadi.

Gabriel merasa geram saat Yuna tidak melihatnya saat melakukan pembicaraan."Bukankah tidak sopan bertingkah seperti itu ketika berbicara dengan orang?"

Yuna mengigit bibir bawah dengan kuat sembari memaksakan diri untuk mengangkat dagunya dan mulai menatap Gabriel dengan ragu. "Maaf, Tuan!"

"Sudahlah, aku semakin kesal dengan orang sepertimu." Sejenak Gabriel mengusap rambutnya lalu merapikannya kembali. "Aku ingin pergi keluar, jangan berpikir untuk melarikan diri," ucapnya sesaat sebelum mulai melangkahkan kaki kembali.

Yuna merasa gugup saat menatap punggung Gabriel yang mulai menjauh dari pandangannya. Namun, sepertinya ada hal yang ingin ia bicarakan. "Aku akan melakukannya lagi malam ini, beri aku kesempatan, Tuan!" Yuna berupaya untuk mengatakan hal itu sebelum Gabriel pergi keluar.

Gabriel menghentikan langkahnya sejenak tanpa menoleh, dia tidak menunjukkan ekspresi apapun. "Baiklah, lakukan kalau begitu," balasnya singkat sebelum beranjak keluar dari pintu masuk.

Bicara mengenai mansion, keluarga Kang tinggal di mansion yang cukup besar sejak lama, mungkin sekitar 90 tahunan gedung besar itu di bangun.

Mansion terbagi dalam beberapa bagian sesuai mata angin; barat, utara, selatan, timur dan tengah. Dengan peran masing-masing untuk setiap orang di dalamnya.

Gedung utara: Di mana tempat Gabriel untuk bersantai dengan para wanita panggilan dan tempat di mana Yuna berada, di sini cuma ada tiga pelayan tetap, (sisanya tukang kebersihan yang datang tiap pagi dan sore saja)

Gedung selatan: Di mana tempat Mikail tinggal dan memiliki fasilitas yang sama juga.

Gedung barat: Tempat para pelayan tinggal, di sini juga tempat untuk memasak dan mencuci pakaian para anak bangsawan itu.

Gedung Timur: Kosong. (mungkin cuman gudang atau tempat naruh stuk makanan dll)

Gedung utama/tengah: Di mana tempat pertemuan keluarga, rapat kecil baik dari skala besar atau kecil, biasanya juga sebagai tempat kumpul untuk perjamuan dengan para petinggi atau klien Gabriel dan pesta resmi.

(Nantikan karya agung author part 3)


Malam telah tiba, Yuna menyisir rambutnya sendiri di depan cermin. Ki ini dia sudah mempersiapkan diri untuk melayani Gabriel. Dengan helaan balas panjang, dia mulai merapikan lingerie yang sudah ia dapatkan dari pelayan itu. "Aku merasa kurang nyaman, bahannya terlalu tipis," ucapnya dengan suara kecil saat memegang ujung kain sutra berwarna merah itu.

Tiba-tiba di sela-sela kesibukan Yuna berdandan, terdengar suara pintu kamar terbuka; dengan Gabriel yang sudah berada di tengah-tengahnya, menatap wanita itu sembari menopangkan bahu di sisi pintu.

Yuna sedikit terperanjat dengan keberadaanya, tetapi karena sudah bertekad dengan kuat, dia berdaya upaya untuk tidak menunjukkan wajah takutnya.

Cukup lama mereka berada di posisi masing-masing, bahkan Gabriel hanya berdiri dan tercegat di depan pintu tanpa berkata apapun. Mungkin dia ingin dipanggil lebih dahulu oleh Yuna atau ada hal lain?

Dalam satu helaan napas panjang Yuna berusaha memekarkan senyumannya lalu duduk di ujung kasur menghadap Gabriel. "Silahkan masuk, Tuan. Saya sudah siap."

Gabriel mengangguk tanpa mengeluarkan ekspresi lalu membalikkan posisi sebentar untuk menutup pintu dan menguncinya. Kemudian, dia memutar posisi lagi menghadap Yuna dan mulai melangkah ke arahnya. "Sepertinya aku tidak yakin akan menghabiskan banyak pengaman malam ini," ucapnya singkat sembari merogoh isi saku baju tidurnya; Gabriel melemparkan beberapa bungkus kondom ke atas kasur.

Yuna mengaruk-garuk sisi keningnya dengan canggung saat Gabriel sudah berdiri di hadapannya.

Gabriel mulai menarik tali yang mengikat baju tidurnya lalu menunjukkan benda pribadinya yang masih tertidur ke arah Yuna. "Buatlah aku nyaman terlebih dahulu."

Sudah kuduga, dia menang menyukai hal-hal ini. Yuna berusaha untuk meraih kepemilikan Gabriel meskipun tangannya sedikit gemetar, dia berusaha bermain dengan benda yang masih tertidur itu dengan lembut.

Gabriel menunduk ke arah bawah, melihat Yuna dengan kesal karena  begitu lambat dalam melakukan blow job. "Hisap cepat, aku tidak merasa apapun!"

Yuna tersentak karena mendengar suara Gabriel secara tiba-tiba dengan nada yang keras, dia benar-benar tidak terbiasa melakukan ini. Yuna mulai membuka rahangnya dan mendekatkan penis serta memasukan benda itu ke dalam mulutnya. "Umhh!"

Benda itu mulai mengeras dan memenuhi mulut Yuna. Dia berusaha untuk mengerakkannya maju di dalam mulut sembari mencari posisi duduk di kasur dengan lebih nyaman.

"Eughh!" Gabriel merasa sedikit terangsang oleh permainan mulut milik Yuna, tanpa sadar dia menekan kepala milik wanita itu karena mulai merasa di puncak nikmat; orgasme pertama.

Yuna tersentak lagi karena dengan mengejutkan benda panjang itu menerobos sampai ke tenggorokannya. Dia tidak bernapas sehingga mengeluarkan benda itu dengan cepat, lalu terbatuk-batuk dengan keras akibat cairan Gabriel yang keluar begitu banyak. Asin sekali....

Gabriel mengusap rambut sebelum melepas jubah tidurnya dan melepaskannya ke lantai. "Kau cukup buruk di oral, tetapi setidaknya jangan kecewakan aku yang satu ini."

Tanpa sadar Yuna meneteskan air mata karena tenggorokannya terasa sangat sakit akibat benda asing yang menerobos. Dia tidak yakin apakah bisa bersiap untuk hal lainnya.

"Tunggu apalagi, buka bajumu juga!" perintah Gabriel geram melihat Yuna yang tidak melakukan apapun.

"Saya akan melakukannya, Tuan. Namun, tenggorokan saya masih terasa sakit." Yuna memegang lehernya sekilas sebelum membuka lingerie merah miliknya.

Yuna merasa malu, wajahnya sepenuhnya merah karena untuk waktu yang lama baru kali ini dia kembali menunjukkan tubuhnya pada orang lain; selain pacarnya dahulu.

Secara mengejutkan Gabriel mendorong kedua bahu Yuna sehingga perempuan itu terbaring di atas kasur.

Dia memang selalu kasar, tidak ada wanita yang tahan jika melakukan seks seperti ini! Yuna kembali membatin, sembari berusaha menutup payudara dan benda pribadinya dengan tangan.

.
.
.
.
.

Author emang suka pending-pending gini, biar kalian ngamuk. 😘
Jangan lupa votenya 🐊

DEBT LEGACY 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang