9. Nyamar

2.8K 39 2
                                    

Yuna terbangun sendiri di kamarnya dengan kondisi yang sepenuhnya berantakan. Tubuhnya dipenuhi oleh tanda merah di segala arah. Tampaknya, malam tadi ia berhasil melakukannya, meskipun mengalami pingsan.

Sepertinya siapapun yang melakukan hubungan intim dengan Gabriel harus memiliki stamina yang kuat.

Yuna menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhnya sebelum turun dari kasur untuk mandi. Ia sedikit kebingungan karena biasanya pelayan selalu pergi ke kamarnya untuk membawakan baju ganti dan mengantarkan sarapan, tetapi tidak dengan kali ini.

Yuna memilih untuk membersihkan dirinya sendiri di kamar mandi sejenak. Sorot matanya tak lepas memandang tanda yang berada di seluruh tubuh atasnya di depan kaca, sekilas ia menyentuh daerah itu dan merasakan sedikit perih di sana. "Aku berhubungan dengan serigala, bukan manusia," gumamnya sendiri dengan wajah dipenuhi kekesalan.

Setelah selesai mandi, Yuna keluar dari tempat tersebut dengan mengunakan bathrob dan pergi melangkah ke kamarnya kembali sembari mencari pakaian seadanya di lemari.

Tiba-tiba terdengar suara pintu kamar terbuka, sontak Yuna terkejut dan mengalihkan pandangannya ke arah pintu dengan perasaan was-was karena ia masih dalam kondisi memakai bathrob.

Perasaan lega menyelimuti hatinya saat mengetahui itu adalah pelayan yang mengantarkan sarapan dan pakaian ganti.

Pelayan itu menaruh sarapan Yuna di sebuah meja kecil dan pakaian gantinya di atas kasur. "Maaf karena terlambat, Nona. Kami ada sedikit kesibukan di dapur hari ini," ucapnya dengan suara yang sopan.

Yuna tersenyum mengerti, tapi ia merasa penasaran dengan kesibukan pelayan tersebut. "Apakah ada tamu yang akan datang?" Ia mulai mengeluarkan suara.

Pelayan itu mengangguk dan berkata lagi sesaat setelah menuangkan susu ke dalam gelas kosong. "Iya, anak tuan Kang datang bertamu ke sini nanti siang."

"Anak tuan Kang?" Yuna mengerutkan alis saat mengetahui hal tersebut.

Pelayan itu selesai menyiapkan sarapan lalu hendak berpamitan lagi kepada Yuna, seketika ia menunduk dan berkata. "Saya pamit dulu, Nona."

"Iya." Yuna mengangguk saat mengambil pakaian ganti yang berada di atas kasur miliknya.

Setelah selesai berdandan dan menghabiskan sarapan, ia keluar dari kamar dan mulai melangkah di lorong ruangan depan. Gadis itu sangat penasaran dengan anak yang sedang dibicarakan oleh pelayannya sehingga tak sadar keluar dari pintu utama.

Sekarang ia berada di lorong-lorong yang bersebrangan dengan gedung tengah. Melirik ke sana kemari, memastikan agar Gabriel tidak mengetahui keberadaannya. Dia melarangku untuk ke gedung selatan saja, 'kan?

Mendadak kesenangan Yuna berakhir saat melihat Gabriel dan rombongan anak buahnya sedang berjalan beriringan di gedung utama. Sontak ia berlari ke arah gedung barat di mana tempat pelayan berkumpul.

Ia ingin putar balik ke gedung utara, tetapi Yuna berpikir bahwa ia pasti akan merasa sepi jika berada di sana terus-menerus. Lagipula, ia juga sangat ingin melihat para pelayan dan akrab dengan mereka. Siapa tahu dengan itu, mereka bisa membantu Yuna melarikan diri. "Bodoamat, aku juga sudah melayani dia semalam," ujarnya sendiri sambil berlarian ke gedung barat.

Tak lupa ia menjulurkan lidah sekilas ke arah Gabriel sebelum melanjutkan langkahnya ke tempat itu.

Yuna menyelinap di sana dan masuk ke dalam dengan aman. Mungkin karena para pelayan terlalu sibuk sehingga tidak terlalu memperhatikan keberadaannya. Wah, mereka sibuk sekali.

Yuna terpesona dengan susunan makanan yang sudah di selesaikan di daerah dapur. Mirip seperti jamuan untuk orang ramai. Bukannya itu terlalu banyak untuk porsi anak kecil? Apa mereka datang satu rombongan keluar atau bagaimana. Eh, katanya anak Tuan Kang, memangnya ia tidak tinggal di sini?

"Tunggu, tunggu, anak tuan Kang yang mana?!" Yuna tidak menyadari bahwa ucapannya dalam hati keluar dari mulutnya sendiri.

Para pelayan yang sibuk tadi langsung menoleh ke arah Yuna dengan wajah terkejut.

Pelayan pribadi Yuna yang tadi pagi mengantarkan makanan langsung berlari ke arah gadis itu dengan panik. "Nona, kenapa ada di sini?"

Yuna terkekeh; mengaruk-garuk lehernya yang tidak gatal. "Aku bosan. Jadi, aku ke sini untuk melihat kesibukan kalian. Apa ada yang bisa kubantu?"

Pelayan itu menepuk dahinya sendiri, sebelum berkata pelan kepada Yuna. "Tidak, Nona tidak boleh melakukan apapun, ini sudah menjadi tugas kami. Jika Tuan Gabriel tahu, dia akan memarahi kami."

"Aku bosan!" Yuna merengek tidak jelas karena pelayan itu berusaha mengusirnya kembali. "Apa aku harus menyamar menjadi kalian agar tidak diketahui. Boleh, ya?"

Pelayan itu semakin panik saat mendengar permintaan Yuna untuk menyamar di sana. "Tidak boleh, Nona," ujarnya berbisik lalu menarik tangan Yuna untuk keluar dari gedung barat. "Tuan Gabriel bisa memotong tanganku jika dia tahu~"

Yuna berusaha membuat dirinya berat sehingga pelayan itu tidak bisa menarik tubuhnya. "Ayolah, kumohon. Aku janji tidak akan mencolok!"

Pelayan itu berusaha menarik tubuh Yuna yang mulai mengantung ke badannya. "Tidak boleh, Nona."

Yuna menghela napas berat, wajahnya penuh dengan kekesalan. "Kalau tidak aku akan mengacak-acak gedung utara dan menambah pekerjaanmu!"

Pelayan itu menghentikan langkah dan menatap Yuna dengan wajah yang sedikit pasrah. "Nona... kamu begitu keras kepala."

Rupanya, permintaan Yuna dituruti dengan satu syarat; gadis itu tidak akan keluar mengantarkan makanan ke gedung utama. Tentu saja ia menyanggupinya dengan senang hati, bahkan Yuna sudah menganti pakaiannya dengan seragam pelayan.

"Mengapa nona yang satu ini terlihat begitu berbeda dengan yang pertama kali tuan Gabriel bawa." Pelayan pribadi Yuna hanya menepuk kepalanya berkali-kali berharap Yuna tidak mengacaukan apapun hari ini.

Kembali kepada kesibukan para pelayan. Mereka sudah berhasil menyelesaikannya dan sudah mencapai kegiatan terakhir untuk menyediakan makanan di gedung utama.

Yuna juga ikut membantu, ia sedang berkutik dengan para sayur-sayuran. Menurutnya bagian memotong tidak terlalu sulit. Setidaknya, ia bisa mengusir kebosanan dengan ini.

"Nyonya sudah sampai!" teriak seorang pelayan laki-laki kepada para tukang masak dan pelayan yang berada di dapur.

Mereka terkejut karena kedatangan tamu penting itu datang lebih awal dari yang diharapkan. Seketika mereka kelang-kabut dengan pekerjaannya.

Yuna berdiri mendadak, ia sebenarnya penasaran dengan anak dan nyonya yang pelayan bicarakan, tetapi wanita itu sudah berjanji untuk tidak pergi ke gedung utama. Seketika ia menghela napas sembari menyelesaikan potongan sayuran terakhirnya.

Semua orang beralih ke gedung utama, sedangkan Yuna tertinggal sendiri di gedung barat dengan perasaan yang campur aduk. "CK!" decaknya sesaat setelah melempar sebuah mentimun sembarangan ke lantai.

Beralih ke gedung utama. Semua pelayan sudah siap menyambut nyonya dan anaknya. Mereka berbaris dengan berjejer rapi; pelayan pria sebelah kanan dan pelayan wanita di seberang mereka.

Sebuah kaki mungil nan mulai tampak dari dalam mobil dengan pintu yang sudah sepenuhnya terbuka. "Ayah!" teriaknya saat mulai turun dari mobil dan mendadak berlari ke segala arah mencari orang yang dipanggilnya dengan sebutan ayah.

Gabriel yang masih berada di lorong antara gedung timur dan utama langsung memandang ke arah anak itu. "Julian, hati-hati!" teriaknya sebelum berlari dan memeluk anak yang berusia empat tahun itu.

Ayuna yang baru saja keluar dari gedung barat langsung menoleh ke arah suara itu berasal.

.
.
.
.
.
.
.

Tamat.

Tapi boong.

Jangan lupa vote

Komen juga.

Kalau gak ntar aing bikin sad ending:)

Soalnya, jiwa psikopatku datang lagi.🐊

DEBT LEGACY 21+Where stories live. Discover now