4. Maju 🔞

11.6K 72 2
                                    

Dengan posisi yang ambigu wanita itu berusaha untuk menyadarkan diri."Ah, maaf, Tuan. Saya tidak sengaja karena lantainya benar-benar licin," kata Yuna berusaha bangun dari dalam bathup.

Gabriel hanya menghela napas sesaat Yuna menyingkir dari atas tubuhnya, pria itu tidak terlalu bereaksi berlebihan.

Yuna berusaha berpindah posisi ke atas kepala Gabriel sembari meraih sampo yang terletak tak jauh dari sana, lalu mulai menyentuh rambut Gabriel yang sudah sedikit basah karenanya.

Sebelum Yuna menyelesaikan tugasnya, Gabriel menepis tangan yang berada di kepalanya itu dengan cepat. Sepertinya ia sudah tidak punya mood untuk mandi. "Ganti bajumu yang basah itu," ujarnya pelan namun, terdengar tegas.

Yuna mengeleng perlahan sembari menjawab. "Tidak apa-apa, saya akan melaksanakan tugas saya terlebih dahulu, Tuan." Wanita itu mulai mengosokkan kedua tangannya yang sudah diberi sampo.

Gabriel memutar tubuh dan berposisi setengah berdiri dari dalam bak mandi itu, ia menatap Yuna dengan tatapan tajam. "Lupa dengan perjanjiannya atau saya bacakan ulang?"

Antara perasaan takut dan kagum dengan tubuh bagian atas Gabriel menjawab. "S-saya tidak lupa, hanya saja...." Yuna menelan ludah kasar karena tidak fokus dengan pemandangan berada di hadapannya, apalagi mereka hanya berjarak sekitar setengah meter saja.

Tak lama kemudian, Gabriel mulai beranjak berdiri dan turun dari bathup, dia meraih sebuah handuk dan melilitkannya dipinggang. "Ganti pakaianmu."

Yuna semakin gugup akibat melihat tubuh telanjang Gabriel, bahkan untuk kali ini dia bisa melihat seluruhnya dengan jarak lebih dekat dan hanya ada mereka berdua di sana.

Setelah menyelesaikan itu, Gabriel mengambil satu handuk lagi dan melemparkannya kepada Yuna.

Yuna yang setengah melamun itu baru tersadarkan karena handuk yang mendadak mendarat di wajahnya, dia dengan cepat mengambil benda itu lalu mulai mengelap pakaiannya yang basah secara perlahan sembari menghilangkan rasa gugup.

Gabriel menatap Yuna dengan tatapan tanpa ekspresi, dia berdiri di sana cukup lama dengan kedua tangan di pinggang. Ternyata pria itu melihat bentuk tubuh Yuna yang tercetak karena terkena air tadi.

Yuna merasa aneh dengan pandangan Gabriel, dia ikut menatap tubuhnya dan mencari sesuatu yang menjadi titik fokus pria itu terhadapnya. Lalu ia menyadari itu dan dengan cepat menutup dadanya mengunakan handuk.

Tanpa aba-aba Gabriel mendekati Yuna yang sedang berdiri mematung, dia menarik pinggul Yuna lalu menatap wanita itu dengan jarak yang lebih dekat, seperti hendak melakukan adegan ciuman.

Yuna tidak sempat untuk bereaksi, tubuhnya mendadak kaku, matanya bergetar hebat saat Gabriel melakukan itu padanya. Dia hanya mampu membatin, Apakah sudah waktunya aku melakukan itu dengannya?

Yuna langsung menutup matanya rapat-rapat meskipun sekarang jantungnya berdetak tak karuan.

Gabriel mengangkat satu alisnya lalu tampaklah senyuman kecil di ujung bibirnya. Sepertinya dia ketakutan, aku bahkan bisa merasakan detak jantungnya yang begitu kencang. Lucu sekali....

"Cepatlah pulang ke kamarmu dan berganti pakaian!" perintah Gabriel langsung melepas dekapan tangannya dari pinggul Yuna, lalu melangkah keluar dari kamar mandi dan meninggalkan Yuna di sana sendirian dengan wajah linglung.

Tak lama kemudian, setelah sampai di kamar, Yuna melihat pakaian lengkap yang sudah disiapkan oleh pelayan di atas kasurnya. Ia mulai terkagum-kagum dengan selera pelayan di sana. Mereka selalu mengambilkan pakaian yang cantik untuk wanita itu.

Ditengah-tengah ia berpakaian tiba-tiba terlintas kembali bayangan Gabriel di pikirannya, Yuna langsung memukul keningnya sembari berusaha melupakan kejadian itu. "Rasanya aku ingin melarikan diri, UWAGHH, emosi!

Yuna menjatuhkan dirinya ke atas kasur dan menatap langit-langit kamar, dia sudah berada di ruangan neraka ini hampir sebulan. "Aku masih tidak habis pikir, mengapa aku tidak dipekerjakan saya jadi pelayan seperti mereka di luar kamar ini, menjadi simpanan membuat harga diriku rendah sekali, ayah sialan, kau menjual diriku ke pria mesum yang bahkan aku tidak tahu apapun tentang dirinya kecuali nama!"

Sementara di tempat lain, Gabriel sedang berlatih berkuda sendirian, dia tampak begitu fokus melakukannya. Pesonanya semakin terpancar saat mengendarai kuda, mirip pangeran di negeri dongeng.

Setelah merasa cukup, ia kembali menepi. Pemuda segera turun dari kuda kesayangannya itu, lalu mengusap kepala kuda dengan lembut. Perasaan mereka akan terhubung jika Gabriel melakukan itu.

Tiba-tiba seseorang mendekatinya dengan senyuman cerah, ia berjalan dengan perlahan, tapi cukup menunjukkan bahwa ia juga termasuk ke dalam golongan orang penting.

Pria itu bertepuk tangan sembari mendekati Gabriel. "Bravo, adikku. Rupanya latihanmu berkembang pesat."

"Aku malah merasa tidak ada progress apapun dalam latihan ini," balas Gabriel sambil melepas sarung tangan dan memberikannya kepada pelayan. "Btw, ada perihal apa menemuiku?"

"Eh?" Mikail memutar mata malas, lalu menyilangkan kedua tangannya sembari ikut mengusap kepala kuda milik Gabriel. "Salah ya seorang kakak ingin bertemu dengan adiknya?"

Gabriel tidak memberikan reaksi apapun karena tahu sifat kakak laki-laki itu seperti apa, ia berkata sembari menepis tangan Mikail dari kuda kesayangannya. "Bicaralah terus terang, ada apa?"

Mikail mengaruk-haruk pipinya karena tujuan aslinya terbongkar. "Itu, anu, tentang seorang perempuan yang kamu beberapa waktu lalu, apakah benar adanya?"

"Iya." Gabriel menyuruh pelayan untuk membawa kudanya kembali ke kandang, sebelum ia ikut beranjak pergi meninggalkan lapangan kuda itu.

"Apakah dia cantik?" Mikail melihat Gabriel mulai meninggalkan dirinya di sana, tetapi ia tidak akan menyerah sebelum mendapatkan jawaban, pria ini memiliki sifat keterbalikan dari Gabriel.

Gabriel tidak berkata apapun, dia terus berjalan dengan ekspresi datar.

"Sepertinya aku harus ke gedung utara untuk melihatnya sendiri!" teriak Mikail yang sudah berhenti berjalan dan mulai tertinggal jauh di belakang Gabriel.

Namun, sang adik tetap bersikap cuek. Dia tetap berjalan dan masuk ke dalam mansion kembali.

Malam pun tiba, pintu kamar Yuna yang semuanya tertutup mendadak terbuka. Jika dilihat dari jam, mungkin sudah masuk pukul 12 malam.

Mendadak Yuna terbangun dan memandang seseorang yang berdiri di depan pintu dengan setengah mengantuk. Wanita itu tidak sadar bahwa yang berada di depannya sekarang bukan seorang pelayan, tetapi Gabriel sendiri.

Yuna tertidur kembali sembari menarik selimutnya karena malam ini terasa sangat dingin dari pada malam-malam biasanya.

Gabriel yang sedari tadi berdiri di depan pintu, langsung masuk ke dalam kamar Yuna dan mengunci pintu itu dengan kunci pribadinya.

Dia melangkahkan kaki ke arah Yuna yang sedang tertidur dan naik ke atas kasur untuk menghampirinya dengan jarak yang lebih dekat.

Gabriel mulai merangkak dan naik ke atas tubuh Yuna yang masih tertidur dan memandangnya dengan jarak yang begitu dekat.

Yuna tidak menyadari hal keberadaan Gabriel, mungkin saja ia bisa tertidur seperti itu meskipun badai dan gempa terjadi.

Sesuatu yang mengejutkan terjadi, Gabriel yang tadinya bersikap tenang langsung mencium bibir Yuna yang masih tertidur, dia seperti sedang kerasukan sesuatu.

"Umph!" Karena Gabriel yang bertingkah brutal itu, Yuna langsung mendelik, menatap pemuda yang sudah menciumnya itu. "Eughh, lepaskan~" Wanita itu mencoba mendorong dada Gabriel, tetapi tubuh pria itu lebih kuat dua kali lipat darinya.

Gabriel tetap mencium Yuna dan lanjut melakukan yang lebih lagi, dia dengan paksa menyingkap gaun tidur Yuna.

.
.
.
.
.
Lu ngerti, kan maksud gua?
Vote and coment, mek. 🐊

DEBT LEGACY 21+Where stories live. Discover now