11. Pria aneh ⚠️

2.1K 34 0
                                    

Terdengar bunyi tembakan yang amat nyaring di segala penjuru. Gabriel bersiap sedia untuk melakukan latihan menembaknya lagi, di sebuah padang luas tepatnya berada di belakang halaman mansion miliknya.

Ia menambahkan peluru kembali sebelum melakukan penembakan berulang ke sebuah titik bidik berada. Sungguh pemuda itu terlihat sekali berada di bawah tekanan.

Gabriel melakukannya terus-menerus sampai stok peluru yang di sana tanpa sadar habis dipakai olehnya.

"Berhentilah, kamu seperti akan menghancurkan papan bidikan." Seseorang tiba-tiba menyentuh bahu Gabriel.

Gabriel yang terkejut sekaligus waspada langsung mengacungkan pistol ke arah orang tersebut. "Noah?"

"Astaga, sekarang kamu ingin membunuh teman baikmu? Serius?" Pemuda berusia 27 tahun itu pun menyunggingkan senyuman di ujung bibirnya sebelum memegang ujung pistol Gabriel dan menurunkannya. "Apa yang membuatmu sampai semarah itu?" tanyanya sebelum menyalakan puntung rokok yang sudah berada di tepi bibirnya sejak tadi.

Gabriel  memberikannya pistol kepada anak buahnya dan langsung menyuruh seluruh orang yang berada di sana pergi meninggalkan tempat latihan, kecuali Noah. "Hanya ingin menaikkan hormon dopamin."

Noah mulai melepaskan asap rokok dan mulai melayangkannya di udara sebelum membalas ucapan Gabriel lagi. "Sama saja, berarti kamu punya masalah. Aku sudah mengenalmu sejak kecil."

Gabriel menghela napas panjang sebelum berkacak pinggang menghadapi Noah. "Bagaimana perkembangan bar?"

"Ada tiga penghutang baru, satu penghutang lama yang melarikan diri." Noah membeberkan semua informasi yang ia dapatkan.

Noah bekerja sebagai wakil dari Gabriel dari bar ilegal yang mereka kelola, di sana mereka melakukan praktik ilegal, seperti: penjualan narkoba, prostitusi dan pengoperasian sebagai lintah darat.

Biasanya pemuda itu akan datang sebulan sekali ke mansion Gabriel untuk memberitahukan perkembangan bisnis mereka.

Gabriel mengangguk sekilas, sebelum merasakan pikirannya melayang lagi. "Aku mengandalkanmu untuk penghutang yang melarikan diri."

"Baiklah." Noah tiba-tiba seperti menyadari sesuatu dan langsung tersenyum ringan ke arah Gabriel. "Sepertinya kamu tidak pernah menyuruhku untuk membawakan gadis panggilan lagi ke sini tiap akhir pekan. Apa kamu menemukan kekasih baru?"

"Apa?" Gabriel yang tadinya melamun baru menyadari perkataan Noah. "Ah, aku sedang tidak mood untuk melakukan itu akhir-akhir ini."

"Seorang Gabriel, tidak mood?" Noah langsung tertawa karena merasa bahwa pernyataan itu sangat aneh bagi seorang Gabriel. "Apakah kamu impoten?"

"Mungkin kamu tidak sayang lidah lagi." Tatapan yang tadinya santai berubah menjadi tatapan elang ganas yang siap menyergap mangsanya.

Noah terkejut bukan main, dadanya terasa sakit seperti ada sebuah pisau tajam yang menusuknya. Ia langsung berdalih dengan cepat. "Ah, aku bercanda. Tidak mungkin, pria perkasa kita ini impoten," balasnya dengan tawa yang terdengar takut dan gugup menjadi satu.

Gabriel kembali tenang, tetapi tetap dengan wajahnya yang serius. "Bawakan aku wanita baru akhir pekan nanti, dua orang," perintahnya sebelum merampas rokok yang ada di mulut Noah dan membuangnya.

Noah refleks terkejut karena Gabriel mengambil rokoknya tiba-tiba, tetapi merasa lega seketika. "Haha, baiklah, dengan senang hati." Sesaat dia melirik jam yang sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. "Saya pulang dulu, Tuan Gabriel Kang. Saya akan melaksanakan yang Tuan perintahkan tadi," ucapnya berubah menjadi bahasa sopan dan formal. Lalu ia membungkuk empat puluh lima derajat sebelum berpamitan kepada ketuanya itu.

"Impoten?" Gabriel tertawa sendiri di dalam keheningan, sepertinya ia merasa gila dengan diri sendiri.

Sementara di gedung utara, Yuna baru saja bangun dari tidurnya. Ia tampak sangat lesu dan berantakan, sama persis dengan keadaan kamarnya sekarang. Sepertinya wanita itu ingin turun dari kasur dan akhirnya terjatuh. "Aduh!" teriaknya sembari memegang pinggang.

"Sial, kakiku terasa hilang dari tempatnya!" Yuna menahan tubuhnya dengan memegang kuat ujung sprei sebelum berhasil naik kembali ke atas kasur secara perlahan. "Aku lumpuh!" ujarnya sendiri sebelum terisak. "Sialan, serigala itu melakukannya dari siang sampai malam. Apa yang dia pikirkan sampai begitu kasar?" gumamnya lagi sebelum menyeka airmata yang terus menerus keluar.

"Biasanya pelayan masuk lebih awal dan membangunkanku, mengapa tidak ada satupun dari mereka yang datang?" Yuna berusaha lagi untuk berbaring, tubuhnya benar-benar terasa sakit. "Mengapa pada saat aku membutuhkan kalian, kaliannya tidak ada?!" teriaknya lagi di dalam kamar sambil melanjutkan rengekannya yang tertunda; ia terlihat seperti bayi tantrum.

Yuna langsung berhenti menangis setelah memegang perutnya yang berbunyi. "Lapar," gumamnya dengan singkat. "Aku terasa sekarat!"

Namun, tak lama kemudian seseorang tiba-tiba mengetuk pintu kamarnya dan Yuna segera menutup tubuhnya yang telanjang dengan selimut. "Masuk," ucapnya dengan suara nyaring ke arah pintu.

Seketika seorang perempuan muda masuk ke dalam kamar Yuna. Ia juga memakai seragam pelayan, tetapi sepertinya ia adalah orang baru di sana. "Nona sudah bangun?"

Yuna mengangkat sebelah alisnya dengan wajah heran. "Kamu orang baru?"

"Ah, iya!" Pelayan itu tiba-tiba berlari mendekati Yuna dengan antusias, lalu menunduk untuk berbicara sesopan mungkin. "Saya diperintahkan Tuan Gabriel untuk menjaga Nona selama 24/7 jam penuh. Saya juga akan menemani Nona agar tidak bosan."

"Oh, iyakah?" Yuna mendadak senang dan berusaha untuk bangun, tetapi pinggangnya benar-benar sakit jika dipaksa duduk. "Sakit!"

"Nona tidak perlu memaksakan bangun!" Pelayan muda itu langsung membantu Yuna agar bisa berbaring lagi dengan nyaman.

Yuna sedikit meringgis saat menyadari tubuhnya yang masih sakit. "Kamu tadi mengatakan bahwa akan menemaniku agar tidak bosan. Apakah aku bisa meminta sesuatu?" Ia bertanya dengan wajah yang masih terlihat bengkak.

Pelayan baru itu menunjukkan wajah yang antusias. "Tentu saja, Nona. Saya bisa membawakan mainan atau apapun kepada Nona. Namun, tidak dengan keluar dari gedung utara."

Yuna menghela napas sembari menunjukkan wajahnya yang kesal. "Tetap saja dikurung. Memangnya apa yang bisa dilakukan di dalam ruangan ini?"

Pelayan baru itu mengaruk-garuk kepalanya juga, ia ikut berpikir keras.

"Ah!" Yuna tiba-tiba mendapatkan sebuah ide dan langsung menyuruh pelayan itu untuk mendengarkan bisikannya. "Kamu k sini sebentar!"

Seketika pelayan itu langsung mendekatkan telinganya ke arah Yuna yang sedang berbaring.

.
.
.
.
.

Bersambung

Akan update lagi kalau sampai 70k viewers dengan 100 komentar baru update.

DEBT LEGACY 21+Where stories live. Discover now