10. Punishment 🔞

4.4K 41 4
                                    

Setelah melewati proses panjang, akhirnya pelayan bisa menyelesaikan tugasnya tepat waktu. Mereka berhasil menjamu majikannya dengan baik.

Namun, tiba-tiba ruangan terasa hening dalam beberapa waktu.

"Bagaimana dengan perkembangan bisnismu itu?" tanya wanita berparas anggun itu; ia berusaha untuk memecahkan keheningan.

Damari adalah ibu dari Julian, atau lebih tepatnya mantan istrinya Gabriel.

Alis Gabriel naik sebelah saat mendengar Damari bertanya mengenai bisnisnya. "Apa urusanmu tentang itu? Kamu bukan klienku," balasnya dengan ketus sembari memotong daging steak yang sudah disediakan di depan dirinya.

Damari tertawa ringan saat melihat reaksi Gabriel yang masih sama dinginnya seperti beberapa tahun lalu. "Hei, aku hanya berusaha mencari topik agar kita bisa mengobrol dengan baik."

Gabriel langsung meneguk gelas anggurnya dan meletakkan benda itu ke atas meja dengan keras lalu berdiri untuk beranjak pergi. "Tidak ada yang ingin aku bicarakan padamu, aku hanya ingin bertemu dengan Julian itu saja."

Damari mendadak mengalihkan pandangannya ke arah Gabriel yang ingin meninggalkan ruangan. "Apakah kita tidak bisa kembali seperti dulu?"

Gabriel yang baru saja menyalakan rokoknya hanya membalas ucapan Damari tanpa menoleh. "Berhentilah memikirkan hal yang mustahil," ucapnya sebelum akhirnya pergi meninggalkan Damari di tempat perjamuan sendirian. "Aku mau keluar cari Julian."

Damari sangat kesal dengan sikap Gabriel hingga tanpa sadar membanting sendok dan garpu yang ia pegang. "Jangan bersikap jual mahal, Gabriel!"

Sementara di tempat lain, Yuna duduk dengan bermalas-malasan di lorong antara gedung utara dengan gedung barat. "Kalau terus seperti ini, aku akan mati kesepian. Kira-kira, apa yang aku harus lakukan agar bisa melewati tembok besar itu?" gumamnya sendiri saat memandang sisi tembok pembatas gedung yang begitu tinggi.

"Aku bisa membawamu keluar tanpa harus memanjat tembok."

Yuna sangat terperanjat sehingga dengan cepat mengalihkan pandangannya ke arah orang yang mengeluarkan suara itu. Ia bahkan, mendadak berdiri setelah mengetahui siapa orangnya. "Tuan Mikail?"

"Kamu tidak perlu menyambutku sedemikian rupa, santai saja. Aku bukan Gabriel." Mikail tersenyum, ia mulai menurunkan Julian dari gendongannya, lalu membisikan sesuatu agar anak itu pergi meninggalkan mereka berduaan.

"Yes, Dad," tutur sang bocah cilik. Julian sangat penurut sehingga ia langsung berlari meninggalkan tempat itu tanpa banyak bertanya.

Yuna mengerutkan keningnya, ia bingung siapa sebenarnya anak itu. Perasaan tadi dia juga memanggil Gabriel dengan sebutan ayah, kukira dia memang anaknya Gabriel, tetapi sekarang mengapa dia memanggil Tuan Mikail dengan sebutan Dad juga?

"Duduk lagi, ayo!" Mikail langsung duduk santai di tepi lorong sambil meluruskan kedua kakinya, tangan sebelah kanannya menepuk-nepuk daerah kosong di sampingnya.

Ah, sudah lupakan. Aku pusing! Yuna mulai tersadar dari lamunan sesaat dan langsung melirik ke segala arah untuk memastikan keberadaan pelayan dan Gabriel. Setelah merasa aman, ia langsung duduk di samping Mikail tanpa ragu.

Mikail baru menyadari bahwa pakaian yang Yuna kenakan adalah seragam pelayan. Sontak ia menatap gadis itu dengan tatapan bingung. "Apa kamu dipekerjakan Gabriel menjadi pelayan?"

Yuna refleks mengelengkan kepalanya dengan cepat. "Tidak, Tuan! Saya hanya suka dengan desainnya. Jadi, saya memakainya untuk sehari," jawab Yuna dengan berbohong. Ia takut Mikail akan memberitahukan kepada Gabriel tentang ini kalau dia berkata terus-terang.

DEBT LEGACY 21+حيث تعيش القصص. اكتشف الآن