1 |ONA

18.4K 634 0
                                    

Selamat membaca❗

/Manusia akan menyerah ketika keperduliannya tak dihargai lagi/




Adakah yang membaca ulang cerita ini?

Kalian dari FB?

or

Tiktok?

>>>>>>>>><<<<<<<<<



"Ma. "

Ona menatap wajah cemas wanita paruhbaya yang awet muda meskipun usianya sudah 40 tahun itu. Mela, yang di panggil dengan sebutan mama sama gadis itu, pun, langsung menghampiri Ona memeluknya erat.

"Kamu kenapa pergi gak pamit Ona?"

"Maaf ma. Ona tadi habis jalan jalan bentar. "

"Kamu gak boleh terlalu capek, kamu masih harus memulihkan kondisi tubuh kamu dan jantung kamu agar tidak sakit lagi, hm?"

"Iya. "

Gadis itu tersenyum memeluk Mela dalam lalu memejamkan matanya merasakan kenyamanan disana. Semenjak kecelakaan itu dan kematian kakaknya yang berbeda satu tahun darinya, Ona dan mama nya memilih berbaikan dan saling memaafkan sesuatu yang sudah terjadi di masalalu.

"Ona. "

"Iya ma?"

"Ona jangan menyembunyikan sesuatu lagi dari mama ya?"

"Iya. "

maaf Ma, tapi Ona belum bisa menceritakan kebenarannya ke mama. Dendam ini harus terbalas tuntas. batinnya bersuara.

┗⁠(⁠•⁠ˇ⁠_⁠ˇ⁠•⁠)⁠―⁠→

Paginya.

   Ona menatap gedung mewah beberapa tingkat dominan warna cream itu. SMA Negara tempatnya bersekolah. tak ada yang berubah selama dua bulan terakhir. Gadis itu masih mengingat jelas bentuk sekolahnya itu terakhir kalinya. Well. I'm back.

Ia menghela nafas memegang tali tasnya.

"Ona!"

Dia menoleh kebelakang dimana salah seorang gadis berlari mendekatinya sambil menatap tak percaya.

"Astaga! Beneran lo? Ona? Sahabat gue?!" Ia berjingkrak heboh menggenggam kedua tangan Ona. Nama gadis berkacamata minus itu adalah Nada. Nadira Dalinda dipanggil dengan nama kecilnya Nada.

Dia juga sudah menjenguk Ona beberapa kali selama Ona masih di rumah sakit.

"Ya ampun... lo kurusan banget hiks, gue sedih gak ada lo selama dua bulan penuh. Mana gak punya temen sefrekuensi, temen ngobrol, temen duduk, ahhh..., Gue pokoknya kangen banget sama lo, Na!"

Gadis itu hanya menganggukkan kepalanya lalu melangkahkan kakinya menuju koridor. Nada mengernyitkan alisnya kebingungan. Apa perasaannya saja kalau—ehm Ona sedikit berubah? Tidak ceria tidak juga sedih, tatapannya seperti lebih mengarah ke semu, kosong, dan hampa.

"Mau bengong sampai kapan?"

Ia terperanjat kemudian langsung menyusul langkah Ona dan mensejajarkannya.

Ona, lo berubah. batin kecil Nada bersuara.

"Wah, itu Ona? Aura nya beda ya? Apa gue aja ngerasa beda?"

ONA (COMPLETED}Where stories live. Discover now