39 | Teror (1)

5.3K 224 0
                                    

Selamat membaca







>>>>>>><<<<<<

Ona berlari dengan langkah cepat menghampiri Zioga di bangku taman dekat rumahnya. Setelah diam diam merangkak kerumah berganti baju dengan pakaian santai dia langsung menghampiri Zioga.

"Kak."

Zioga tersenyum menarik gadis itu kedalam pelukannya. Zioga memberikan sekantong plastik belanjaan ringan juga sekotak kue bolu buatan mamanya.

"Disuruh mama ngantar tadi." Katanya.

Ona mengangguk menerimanya. "Makasih ya bilang ke mamir? Oh ya, gak mau kerumah aja kak, diluar dingin nanti kamu sakit lohhh."

Zioga menggeleng. "Gue gak bisa lama. Soalnya juga udah malam kan, gak baik gue kerumah lo jam segini, apa nanti kata orang."

"Hehehe yaudah deh. Kita duduk disini aja. "

"Gue mau meluk lo aja sambil berdiri selama lima belas menit. Habis itu gue pulang."

"Yaudah."

Ona membiarkan cowoknya memberi pelukan padanya. Nyaman banget dan Ona sangat merindukan pelukan seperti ini dari sosok ayahnya. Ona diam bertanya-tanya apakah kuliah Zioga baik baik saja? Atau ... Apakah dia sedang ada dalam masalah?

Setelah lima belas menit cowok itu melepas pelukannya.

"Masuk gih. Udah malam, ntar di marah sama Tante Mela." Ucapnya dibalas anggukan sama Ona.

"Na. Lo ... Gak kenapa-kenapa, kan?"

"Gak dong. Kan ada kamu di sisi aku, cieeee."

"Dasar lo. Ck. Yaudah, sana masuk. Kalau ada apa apa bilang ya?"

"Sip deh. Kamu juga hati hati ya? Salam buat Lana dan mamir."

"Oke sayang."

Ona melambaikan tangan mendadahi Zioga. Sekilas ia menoleh dan tersenyum ke cowok itu. Aneh. Zioga kenapa ya?

Zioga berdecak begitu Ona sudah benar-benar menghilang dari pandangannya.

"Keluar." Suaranya terdengar agak meninggi memanggil seseorang yang sudah sejak tadi bersembunyi disekitar sana. Orang itu keluar menghampiri Zioga.

"Kenapa?"

"Awasi terus pergerakan dia."

"Baik! Tapi, kenapa saya harus mengawasi gadis itu—ah maksud saya kekasih anda tuan?"

"Saya tidak suka ditanya. Lakukan saja apa yang saya suruh tanpa banyak bicara."

Setelah mengatakan hal itu Zioga pergi membawa mobilnya.

>>>>>>>><<<<<<<

Zioga kembali ke kamarnya melepas jaketnya lalu duduk di tepi ranjang sambil memperhatikan kalung berliontin jam pasir dalam genggamannya itu.

Matanya menatap sangat intens liontin tersebut sambil mendesah panjang mendongak menatap langit-langit kamarnya.

"Kalau benar itu adalah dia maka semua yang terjadi bukan hanya kebetulan, melainkan memang sudah di rencanakan oleh seseorang. "

"Kecelakaan Ona, apa benar hanya sekedar kecelakaan biasa?"

Pintu kamar terbuka memperlihatkan Boim. Cowok itu datang kerumahnya begitu di suruh sama Zioga.

"Kenapa lo manggil gue tengah malam begini?"

"Im. Kayaknya ... Gue harus kembali kayak dulu lagi."

"Hah? Apa maksud lo? Kenapa? Kok tiba-tiba?"

Zioga berdiri mengambil sesuatu di dalam nakas. Menyerahkan sebuah kertas yang sudah agak kusam kepada cowok itu. Kemudian dia memakai kembali kalungnya yang tadi dia lepas.

"Baca. " Ujarnya. Lalu duduk kembali di tepi ranjang tidurnya. "Gue di teror."

Gilaaaaa

Ona atau teman teman lo? Yang mana yang duluan mati?

"Ini gila! Sejak kapan? Kok, lo gak bilang bilang sama yang lain, Ga?"

"Ini rahasia. Karena bisa jadi pelakunya salah satu diantara kita semua."

"Terus kenapa lo kasih tau gue?"

Zioga tersenyum smirk.

"Karena gue punya tugas buat lo."

Boim mengangguk mengerti. Kemudian dia duduk di kursi single menghadap Zioga.

"Gue tau apa yang mau lo suruh. Tapi, kenapa lo yakin kalau ini hanya jebakan saja? Apa Lo gak merasa kalau bukan hanya lo yang di teror?"

"Pelakunya adalah korban. Lo tau sekarang maksud gue, Im?"

"Ah sial .... Jangan bilang?"

"Ya."

"Anjrit! Kalau gitu, Ona?"

Zioga berdehem saja menyandarkan tubuhnya dikepala ranjang.

"Dia juga di teror."

!!!!!!

"Wah! Gila. Kenapa harus setelah kita mencar sih, mereka keluar?"

"Karena mereka sudah menunggu momen ini sejak lama. Dimana kita .... lengah."

"Jadi, anak anak udah lo peringatin soal ini? Dia udah balik, besar kemungkinannya dia ngincar orang terdekat lo kan, yang jauh dari jangkauan lo. Artinya ... Dia ngincar Ona! Iya kan?"

"Justru sebaliknya."

"M-maksud Lo??"

Zioga menyeringai mengangkat smirk dan sebelah alisnya.

"Ona yang mengincar dia."

JEEDERRRR!











To be continued

ONA (COMPLETED}Where stories live. Discover now