18 | Berdebar-debar

8.9K 363 1
                                    

Selamat membaca



/Manusia itu punya batas lelahnya, ketika lelahnya melebihi batas ia akan kehilangan kewarasannya/

>>>>>><<<<<

"Jadi, Lo mau ngelakuin apa sekarang, Na?" Tanya Nada.

"Nangis Nad. Tapi air mata gue udah habis." Jawabnya membuat Nada merasa iba.

Sungguh sangat rumit kehidupan yang Ona jalani.

"Gue gak bisa nuntut kak Angkasa karena dia dan kak Melinda melakukannya atas dasar suka sama suka tanpa paksaan. Tapi gue jadi berpikir apa iya, kak Melinda donorin jantungnya buat nebus ini? Atau sebelum dia meninggal ini yang mau dia bilang? Gue gak tau Nad."

"Kalau mama tau soal ini apa mama bakalan baik baik aja? Dan—ahh kepala gue pusing Nad."

Nada langsung memegangi tubuh gadis itu.

"Udah Ona, Lo jangan mikirin itu ya, udah, lupain masalah kakak Lo sama Angkasa itu bukan masalah lo lagi. Tugas lo itu menata masa depan Lo bukan masa depan orang. Gak perduli Lo hidup karena jantung kak Melinda, menurut gue Lo berhak Ona, egois dikit sama diri lo," ucap Nada serius.

"Itu pilihan kak Melinda. Cuman Lo Na satu satunya harapan nyokap lo, lo juga jangan kayak kakak Lo, jadiin dia itu pelajaran buat lo. Lo bisa mengambil pelajaran dari apa yang Lo lewati, mungkin dengan ini tuhan mau membuka mata lo agar gak menyesal sama keputusan lo. Angkasa itu emang gak baik buat lo, Na." Tambahnya.

"Na, Lo masih suka sama Angkasa?"

Ona menggelengkan kepalanya. Entah sejak kapan perasaan itu sudah berubah jadi hampa. Setiap Ona melihat Angkasa dia hanya merasa biasa saja berbeda saat dulu ketika cowok itu melintas koridor saja dia akan memekik kegirangan.

"Ketimbang suka gue lebih merasa muak, Nad."

Ona memeluk lututnya bersandar di jendela kelasnya.

"Mulai hari ini gue akan hidup untuk kebahagiaan gue. Gue gak akan ngikutin maunya kak Melinda. Gue akan anggap jantung yang dia kasih ini sebagai balas budinya ke gue karena selama ini gue selalu ngalah sama dia. Gue ... Akan menunjukkan sama dia kalau gue lebih bahagia dari dia biar dia menyesal karena udah biarin gue hidup."

Dia ingin egois lagi, boleh kan?

>>>>>><<<<<<

Zioga mendorong Angkasa kasar. Cowok itu tersungkur ke tanah.

"Ingat. Jauhin Ona kalau lo gak mau mati di tangan gue!"

Setelah mengatakan itu dia meninggalkan Angkasa di belakang sekolah. Langkahnya berhenti di lorong kelas sepuluh begitu melihat Ona sedang duduk di bangku panjang koridor sambil membaca buku.

Ia memperhatikan Ona yang sama sekali tidak menyadari keberadaannya. Gadis itu memakai dua earphone ditelinganya sambil bersenandung.

"Eh?" Ia menoleh ke samping saat seseorang mengambil satu earphone nya. "Kak Zio—ga?"

Cowok itu berdehem. Dia menggesernya posisi duduknya lebih dekat sama cewek itu.

"Lo suka lagu lagu yang dark, ya?"

"Hmm. Kalau kak Zioga?"

"Sama."

Ona diam memperhatikan wajah Zioga dari samping. Hidung mancungnya, bulu mata lentik, bibir merahnya, mata hazelnya, serta—ahh Ona terkejut begitu Zioga meliriknya melalui ekor matanya. Dia meneguk salivanya merasakan kalau deguban jantungnya kembali berdetak tak normal.

Ganteng...

"Kenapa?"

"Ah? Ah ehm anu enggak kak. Gakpapa kok, "jawabnya cepat menolehkan wajahnya ke samping memekik tertahan.

Apa apaan sih! Gak ya, bukan gue yang bilang dia ganteng. Pekik hati Ona.

"Lo suka sama gue?"

Mata Ona membola.

"H-Haaaaaaa? "

"Pipi lo merona tuh."

Ini gila! Beneran gila.

Kyaaaaaaaa

Ona menunduk menatap tali sepatunya. Inilah bahayanya cowok ganteng. Jika jantungnya berdebar-debar terus begini pasti Zioga akan mendengarnya. Gawattt!

Ona langsung berdiri.

"Em anu kak permisi aku kembali ke kelas dulu ya! " Pekiknya berpamitan melarikan dirinya sampai melupakan kalau satu earphone nya masih di telinga Zioga.

Cowok itu hanya memperhatikan punggung Ona berlari menghindarinya, tanpa sadar dia tertawa halus merasa hal itu sedikit—ehm lucu.

"Aku?" Ulangnya menarik smirknya.

Entah kenapa dia sedikit—emm berdebar. Dan debaran yang dia rasakan berbeda dari yang sebelumnya, seperti menggelitik dan dirasakannya untuk pertama kalinya hari ini.

"Ahhhh sial!"








To be continued

ONA (COMPLETED}Where stories live. Discover now