21 |Ona bikin salting

8.7K 382 1
                                    

Selamat membaca






>>>>>>>>><<<<<<<<

Lion menendang kaki Arel yang sejak tadi matanya menatap Ona dan juga Nada di pojokan kantin lagi asik ngobrol berdua tanpa sadar mereka jadi pusat perhatian.

"Kenapa sih Yon! "Sebal Arel mengusap tulang kakinya yang sakit.

"Mata lo, ngapain liatin Nada?" Sinisnya.

"Njir! Gue liatin Ona, sok tau lo! "

"Ngeles aja lo monyet."

"Lah emang iya anjir!"

Boim merangkul pundak Lion. "Kalau masih sayang bilang."

"Gue gak pernah bilang gue gak sayang dia." Ketus Lion meneguk air putih digelasnya.

Dia kan putus karena terpaksa.

"Ya kejar lah! Buktiin kalau lo serius, siapa tau nanti lo di restui sama Nada, kan?"

Ucapan Najak ada benarnya sih. Tapi Nada nya yang sudah untuk di yakini. Kayak nya Lion harus lebih berusaha.

"Lo mah terhalang restu, gue terhalang agama. Gue Islam Caca Hindu," kekeh Arel menggelengkan kepalanya.

"Lah. Lo beneran suka sama Caca si anak jurusan IPS yang pendiem itu?" Tanya Boim dibalas anggukan sama Arel.

"Sabar bro." Kata Najak. "Emang paling bener jomblo."

Boim menjitaknya. "Jomblo lo itu bohong. Bilang aja lo pacaran sama temennya Mentari si Tari itu, kan?"

Bara melirik Najak. "Serius lo? Tari bukan Mentari?"

"Gila aja Tarinya elo Bar. " Sungut Arel.

Najak hanya terkekeh kecil.

"Wah! Lo gak mengakui Tari? Gila, dia udah bening, body nya bagus, masih gak lo akui. Jahat!" Ujar Arel.

"Bukan gitu anjing! Dia nya yang mau backstreet." Timpal Najak membela diri.

Bara membuang nafas. "Gue bakal nikah."

APAAAAAAAA

"Positif?" Tanya Zioga yang sejak tadi hanya diam memainkan ponselnya. Bara mengangguk.

"Empat Minggu." Jawabnya.

Boim menggebrak meja membuat semua mata tertoleh ke mereka termasuk Nada dan Ona yang menatap kaget kearah mereka.

"Gila! Gue bakal jadi uncle anjir. Iya kan?"

"Bisa gak suara Lo di kecilin, Im?" Sinis Bara.

Boim menutup mulutnya rapat. "Sorry."

"Wahh, selamat ya, udah jadi ayah jangan bandel asal celup." Celetuk Lion mendapat geplakkan dari Bara.

"Bangsat Lo Yon! Gue serius anjing. "

"Gimana sama sekolah kalian, kapan nikahnya?" Tanya Arel.

"Minggu depan. Gue bakal lanjut sekolah karena pernikahannya di adakan secara kekeluargaan aja. Si Mentari dia bilang gak mau sekolah, gak mau ambil paket, dia bilang mau jadi beban gue. Sialan tuh cewek!"

Najak terbahak.

"Tapi beneran anak lo kan?" Tanya Arel sedikit ragu mengingat kalau Mentari itu hidupnya liar banget.

Bara mengangguk. "Iya anak gue. Gue yang pertama nyentuh dia, jadi gue percaya itu anak gue. Meskipun dia liar dia bisa jaga diri Rel, "jawabnya.

Lion menggeplak kepala Arel.

"Dengerin tuh!" Katanya.

"Tau, souzon aja Lo!" Tambah Najak sengaja memanasi.

"Yon. Mending Lo samperin aja gih, si Nada. Dari tadi mata lo liatin dia terus, gemes gue liatnya." Boim menaikkan alisnya menyuruh Lion pergi menghampiri Nada.

"Sekalian suruh Ona kesini." Seru Najak dibalas anggukan kepala sama Lion.

Ona mendatangi meja Zioga dkk setelah Lion mengajak sahabatnya pergi. Gadis itu membawa jus alpukat nya sama pisang kesukaannya.

"Siang monyet." Sapa Arel membuat Ona mendengkus. Mentang mentang dia suka pisang dibilang monyet. "Lo suka jus alpukat ya?" Tanyanya dibalas anggukan kepala sama Ona.

"Itu baik buat jantung, mangkanya Ona minum jus itu." Sambar Boim. "Btw, gimana Ona, jantung Lo masih sering sakit?"

"Gak sih kak. Cuman sering nyeri aja bekas jahitannya. Em tapi jauh lebih baik hehehe."

"Syukur deh."

Ona menatap Angkasa dan Marshanda, dua orang itu baru memasuki kantin. Marshanda menatap Ona malas sedangkan Angkasa tampak banget tatapannya seperti orang yang bersalah. Zioga memperhatikan Ona dan Angkasa.

"Ck. Kena apa gue sampai suka dia dulu?" Gumam Ona masih dapat di dengar sama mereka. "Apaan dah, si dedemit ndelik gue? Emangnya gue salah apa sih? Gila itu sih Mak rompang." Katanya menggelengkan kepalanya tak percaya.

"Maklum Ona, orang gila emang gitu, cocok deh. Satu nya munafik satu nya gak tau malu." Ucap Arel dibalas anggukan kepala sama Ona.

"Lo beneran udah gak suka sama dia?" Tanya Bara dibalas anggukan kepala sama Ona.

"Liat dia aja gue biasa aja tuh. "

Boim terkekeh kecil.

Ona menatap Zioga yang duduk di sampingnya. Cowok itu dingin banget ya tuhan. Main hp aja kerjaannya.

"Kak."

"Hm."

"Gue mau bilang sesuatu, coba deh lihat kesana."

Zioga menoleh ke kanan kearah yang Ona suruh. "Apaansih?" Tanyanya gak mengerti karena memang selain tembok gak ada sesuatu yang baik untuk dipandang.

"Gak ada apa apa kan?" Tanyanya. "Sekarang lihat ke gue!"

"Hm?" Zioga menaikkan alisnya menatap Ona.

Cewek itu tersenyum manis. "Sekarang ada apa di depan lo?"

"Tembok." Jawab Zioga menatap tembok dibelakang Ona.

Ona menggelengkan kepalanya pelan. "Bukan tembok tapi gue, jodoh lo."

Bara tersedak minumannya menyembur ke wajah Najak.

"Ih jorok banget Baraaa." Jeritnya langsung meraih tisu dan membersihkan wajahnya.

"Sorry kelepasan."

Zioga diam menatap Ona yang saat itu tengah terkikik geli sama ucapannya sendiri.

"Hati hati ntar terkabul loh Na?" Goda Arel.

"Siapa tau?" Jawab Ona mengedikkan bahunya. Dia menyeruput jus alpukat nya tidak sadar kalau ucapannya tadi membuat Zioga sedikit—ehmmm salting.

Sial!










To be continued

ONA (COMPLETED}Where stories live. Discover now