48 | Kritis

6.6K 210 2
                                    

Selamat membaca

typo banyak

revisi kalo mood



>>>>>>><<<<<<

Semua kepala menengadah ketika pintu ruang ICU terbuka. Pria tua yang diketahui sebagai dokter pun muncul di ikuti salah seorang suster yang membawa peralatan medis.

Zioga langsung berdiri dengan wajah tegang. Begitu juga dengan mama Mira, mama Mela, kak Zidan, Tari, Najak,  Arel dan Boim yang memilih untuk standbye disana sampai dokter keluar membawa kabar.

"Gimana, Dok, kondisi calon mantu saya?" Tanya mama Mira, mamanya Zioga, dengan nada tak sabaran.

"Iya, gimana putri saya, gimana?" Tambah mama Mela bernada yang sama tingginya.

"Adik saya baik baik aja, kan, Dok?" Zidan ikut menengahi pembicaraan.

"Jawab. " Mohon Zioga dengan suara bergetar.

Dokter itu membuka masker yang menutupi wajahnya. Zioga tak bernapas ketika wajah Dokter itu terlihat lebih serius.

"Bagian bekas luka jahit transplantasi jantungnya mengalami infeksi. Kepalanya terluka akibat terbentur keras hingga membuat sistem otaknya sempat berhenti bekerja atau mati sementara. Terlebih ada cidera di rusuknya. Dan sepertinya dia diberikan obat yang membuat sistem tubuhnya lemah berfungsi. Selebihnya, dia mengalami luka luka ringan."

Mendengarnya, semua orang semakin tak bisa bernapas dengan lega. Mama Mela dan mama Mira terdiam kacau. Zioga meneteskan air matanya sedikit membuka bibirnya tak percaya mendengar penjelasan Dokter.

"Karena itu pasien dinyatakan kritis. Atau lebih tepatnya besar kemungkinannya dia tidak akan selamat."

JLEDER!!

Zidan menarik kerah baju Dokter.

"Bicara apa Dokter! Jangan bicara sembarangan! Ona ... Pasti akan selamat. Gue percaya itu Dok! Anda harus segera melakukan yang terbaik untuk adik saya bagaimana pun caranya!" Teriak Zidan murka.

Tubuh Mela merosot ke lantai, Tari langsung bergerak memegangnya.

Mentari datang dengan raut cemas.

"Gimana Ona?" Tanya Mentari dengan napas tersengal.

"Kritis." Saut Najak membuat ekspresi Mentari berubah.

Zioga mengerang frustasi. Ona kritis dan besar kemungkinannya gadis itu akan—ahh tidak. Zioga memukul tembok rumah sakit.

"Berdoa lah kepada tuhan yang terbaik untuk pasien. Sejatinya saya hanyalah manusia biasa. Saya juga akan melakukan yang terbaik untuk pasien saya, tidak ada Dokter yang mengharapkan hal buruk terjadi kepada pasiennya." Ucap Dokter itu memahami perasaan mereka.

"Pasien akan di pindahkan ke ruang lain untuk di tangani lebih lanjut."

"Saya boleh melihat anak saya sebentar Dok?" Tanya Mela dibalas anggukan oleh Dokter.

"Silahkan. Tapi hanya satu orang. Bergantian."

Mama Mela langsung menyerobot masuk.

Tari dan Mentari membantu mama Mira duduk di kursinya. Belum ada kata lega, justru ini lebih buruk. Mereka tidak merasa lega sama sekali. Ona kritis, kritis, dan membuat Zioga sangat tidak bisa berpikir jernih.

Kepalanya di kuasai Ona. Kewarasannya pun dikelabui akan gadis itu. Ona, gadis yang berlabel kata gakpapa itu tengah terbaring didalam sana membuat panik semua orang diluar ruangan.

Dari luar pintu ruangan Arel menatap cewek yang terbaring di atas kasur. Ona dipasang berbagai alat medis yang membuatnya tampak rapuh. Matanya kembali menatap sosok Zioga yang terlihat begitu kacau. Zioga yang seperti ini sama persis dengan sosok yang dulu sering dilihatnya saat Ona belum hadir di hidup Zioga.

Langkah Arel mendekatinya.

"Lo yang sabar, Ga. Doain, hanya itu satu satunya harapan dan jalan yang bisa kita lakukan. Kita sholat berjemaah untuk meminta kesembuhan Ona. Mentari tadi udah gue suruh beli beberapa lembar pakaian buat kita semua ganti." Ucap Arel.

"Gue akan mati kalau lo mati Na." Zioga mengerang frustasi.

"Lo jangan bilang begitu, Ona belum mati Ga, dia masih kritis, walau kecil kemungkinannya untuk siuman tetapi keajaiban hanya di tangan tuhan. Jangan pantang menyerah! "

Langkah Zidan mendekati mereka.

"Arel benar Ga. Mending kita sholat berjamaah aja, kita sholat tahajud sekaligus subuh, sebentar lagi waktu subuh. Ayo bersiap-siap Ga."

Cowok itu hanya menurut saja.









To be continued

ONA (COMPLETED}Where stories live. Discover now